Share

Bab 7

    Arjuna memasuki rumah sembari bersenandung. Entah kenapa, pameran tadi begitu ia nikmati. Apakah karena gadis dekil tadi? Ah, pasti perempuan itu tidak suka jika disebut gadis dekil.

    "Tumben anak Mama pulang keliatan sumringah gitu? Habis menangin tender besar ya, Sayang?" Andini merangkul bahu Arjuna dari balik sofa tempat Arjuna duduk

    "Eh, Mama," Arjuna mencium tangan Mamanya. "Enggak kok, Ma. Arjuna nggak menangin tender besar. Arjuna cuma habis dari pameran.

    Kening Andini berkerut. "Pameran? Sejak kapan anak mama ini suka lihat pameran?

    Arjuna tertawa kecil. Sejak dulu, ia memang tak pernah mau mendatangi tempat-tempat pameran karena menurutnya itu semua membuang-buang waktu

    "Yah, tadi awalnya liat pameran busana jurusannya Nadhine. Tapi cuma bentar karena aku nggak ngerti apapun tentang fashion. Akhirnya aku keluar, terus liat di gedung sebelah ada pameran juga. Aku samperin, ternyata pameran lukisan. Ya udah aku masuk aja. Mama tau nggak, aku ketemu siapa?

    Sang Mama segera beranjak duduk di sebelah putranya. Arjuna kalau sedang bahagia begini memang senang sekali bercerita padanya. "Memangnya siapa?

    "Perempuan dekil yang keliatan smart banget!" lagi-lagi Arjuna tertawa. "Enggak sih, Ma. Nggak dekil-dekil banget. Cuma emang kalo dijejerin sama Nadhine mereka kayak langit dan bumi soal penampilan.

    "Kalau soal cantiknya?" tanya Andini mulai tertarik

    Arjuna nampak berpikir. "Cantikan cewek ini, mungkin.

    Andini tersenyum. "Apalagi kelebihannya dibanding Nadhine?

    "Yah, she look so smart. Aku suka banget, Ma, tadi selama keliling pameran lukisan ditemenin sama dia dan dijelasin satu-satu makna tiap lukisan. Itu dia nggak nyontek di catatan loh, Ma. Tapi dengan liat lukisan itu doang dia paham maknanya! Makanya aku menikmati banget muterin pameran lukisan ini.

    Andini mengelus lengan Arjuna. Putra semata wayangnya ini memang mudah tertarik dengan perempuan pintar. Bagi Arjuna, perempuan pintar berada di urutan teratas dalam status sosial perempuan. Karena menurutnya, perempuan pintar akan mampu melakukan apapun sendirian dan tidak akan menjadi perempuan manja

    "Kalau Nadhine?" Andini bertanya dengan sedikit sinis. Arjuna sangat mengerti jika Mamanya ini tidak menyukai kekasihnya itu

    "Yah, Nadhine emang nggak pinter-pinter banget, sih. Tapi nggak tau, Juna kadang kayak nggak bisa lepas aja dari dia.

    "Kamu pasti bisa lepas kalau sudah bertemu dengan perempuan yang akan Mama kenalkan ini, Sayang!

    Arjuna memeluk Mamanya. "Kalau masih nggak bisa lepas juga?

    "Mama lepaskan secara paksa!" gurau Mamanya membuat Arjuna terbahak

    Kayaknya, Mama emang udah sreg sama cewek itu. Well, kita lihat aja. Kalau dia nggak lebih baik dari gadis dekil tadi, mending gue nikahin Nadhine aja! Batin Arjuna dalam hati

    **

    Dua hari setelah pameran, Reni menghabiskan waktu  untuk beristirahat. Ia tidak keluar apartemen sama sekali, kecuali untuk mengambil makanan yang dia pesan secara online. Waktu dua hari ini juga ia pergunakan dengan baik untuk memikirkan tentang perjodohannya yang ia anggap cukup konyol

    Omongan Ryo tempo hari benar-benar menancap di ingatannya. Ia tak bisa mengelak jika ternyata semua yang dilontarkan Ryo telah menjadi sentilan yang setiap hari menyadarkan dirinya. Seberapa besar rasa sayang orang tuanya kepadanya, dan sebegitu kecil pembuktian rasa sayangnya pada mereka

    "Mungkin, kali ini gue harus pulang. Kayak kata Kak Ryo, semua bisa dicoba dulu," Reni mengangguk memantapkan diri. "Toh, kalau gue nggak suka, gue bisa nolak, kan?

    **

    Ketika Reni membuka pintu, Papa dan Mamanya bersorak senang

    "Sayang, Mama kangen sekali sama kamu!" Santi langsung memeluk Reni. Matanya bahkan sampai berkaca-kaca

    Reni balik memeluk Mamanya. "Maaf ya, Ma. Kemarin-kemarin Reni sibuk pameran jadi nggak sempet ngabarin Mama sama sekali," ia menoleh ke arah Papanya. "Reni udah berhasil nyelesaiin pameran Reni, Pa. Dan Reni dapat nilai tertinggi.

    Papanya tersenyum. "Papa tau, kamu pasti selalu jadi yang terbaik.

    Reni menghembuskan napas panjang. Ia menyusun ulang semua kalimat yang sedari keluar dari apartemen sudah ia pikirkan

    "Pa, Ma, Reni udah pikirin semua ini matang-matang. Reni juga udah mikirin semua resikonya. Reni mau menerima perjodohan ini," setelah berbicara demikian wajah Papa dan Mamanya jauh lebih sumringah

    "Tapi, ada syaratnya?

    "Apa, Sayang? Katakan syaratnya, akan Papa penuhi.

    "Ini untuk pertama dan terakhir ya, Papa dan Mama melakukan perjodohan konyol seperti ini. Kalau misalkan nanti Reni dan si cowok pilihan Mama Papa ini nggak cocok, Reni berhak untuk membatalkan semua ini. Gimana?

    Kedua orang tuanya saling berpandangan

    "Baik, syarat diterima!

    Reni tersenyum lega

    "Besok kita ketemu sama keluarga mereka!" ujar Mamanya yang langsung membuat Reni terkejut bukan main

    "Besok banget, Ma?

    Mamanya mengangguk. Reni merasa jantungnya hampir saja mencelos.

    ***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status