Asap hitam membubung tinggi di udara. Kusumadewi dan Bolo Satrio nampak tegang menatap kearah gumpalan asap tersebut."Apakah usaha kita berhasil?" tanya pria bertubuh kekar itu sambil memanggul palu besar miliknya. Meski dia bertanya, sebenarnya dia sudah menebak jawaban itu sendiri."Aku tak yakin. Saat aku menyerangnya dengan kekuatan penuh, aku melihat sekilas tatapan matanya yang mengerikan. Apakah dia seorang Dewa atau seorang Iblis...? Aku merasa aneh dengan tatapan matanya..." sahut Kusumadewi."Mungkin saja dia seorang iblis. Gandi pernah berkata kalau pertarungan ini adalah yang terberat untuknya karena harus melawan anak terkuat di Keluarga Geni. Jika dia tidak mempan dengan serangan kita berdua, takutnya Gandi pun akan kesulitan melawan dia..." ucap Bolo Satrio.Tiba-tiba saja dari arah asap tebal itu meluncur dua tangan merah raksasa yang langsung menangkap tubuh kedua roh senjata tersebut. Kusumadewi dan Bolo Satrio tak bisa menghind
Sukma Geni tersenyum melihat Gandi yang dalam keadaan baik-baik saja padahal sudah mendapat serangan cepat darinya."Bagus kalau begitu. Kau memang sudah mengalami banyak perubahan semenjak terakhir kali kita bertemu." kata wanita itu. Gandi tersenyum kecil lalu dia pun sedikit membungkukkan badan untuk mengambil ancang-ancang. Begitu dia melompat ke udara, tanah di bawah kakinya pun meledak. Sukma Geni cukup terkejut dengan kecepatan Gandi yang luar biasa. Hanya dalam waktu kurang dari dua hitungan jari, tubuh Gandi sudah ada didepan mata. Dengan tangan terbuka, dia siap menanti serangan dari pemuda tersebut.Tiba-tiba saja tubuh Gandi lenyap saat jarak sudah tinggal beberapa langkah saja. Namun sesaat kemudian pemuda itu muncul tepat di depan mata Sukma Geni dan langsung menendang perut wanita itu dengan telak hingga membuat sang Ratu Jagat tersebut terpental keras ke udara.Gandi kembali melancarkan serangan dengan mengandalkan kecepatan dari
Anoman yang dipercaya kembali oleh Batara Geni memimpin pertarungan terakhir tersebut muncul di atas kubah merah raksasa. Tampangnya yang penuh wibawa itu membuat semua mata tertuju kepadanya. "Saudara-saudaraku sekalian yang sudah hadir di sini, aku sebagai penengah sekaligus Pembawa acara yang dipercaya oleh Mahadewa Batara Geni, menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya atas kehadiran para tamu undangan dari berbagai tempat yang tak bisa aku sebutkan satu persatu. Pertarungan kali ini, akan mempertemukan dua petarung hebat. Mereka adalah Raja Naga Air dari Kerajaan Naga Air, yaitu Gandi Wiratama melawan Ratu Jagat dari Kerajaan Jagat Lelembut, Sukma geni yang merupakan Putri dari Mahadewa Selatan, Batara Geni. Dan setelah sebelumnya melalui turnamen panjang dan menegangkan, akhirnya babak terakhir ini segera di mulai!" seru Anoman hingga suaranya terdengar ke seluruh penonton yang ada disana.Sambutan dari Anoman membuat semua Dewa yang ada di sana be
Setelah puas saling berpelukan, keluarga yang baru saja saling di pertemukan itu pun saling melepaskan pelukan. Gandi mengusap air matanya sambil menatap kearah dua orang tuanya yang belum pernah dia lihat sama sekali. Banyu Segara dan Sri Wedari saling bergandengan tangan ikut merasakan kebahagiaan keluarga Gandi tersebut."Ayah...Ibu...Bagaimana bisa kalian hidup lagi?" tanya pemuda itu setelah perasaannya kembali tenang. Sanskara mengusap punggung anaknya itu dengan perasaan yang masih meluap-luap. Bagaimana tidak, terakhir kali dia melihat putranya itu masih bayi dan sekarang dia melihat bayi itu telah tumbuh menjadi seorang pemuda tampan dan gagah."Kau pasti tahu siapa orang yang sudah berusaha keras melakukan ini. Aku sendiri tak menyangka sama sekali, kalau aku punya besan seorang Mahadewa yang begitu terhormat dan disegani di Tiga Dunia ini...Gandi putraku, kau memang luar biasa," kata Sanskara membuat Gandi tertegun."Jadi ayah mertua yang t
Setelah puas saling berpelukan, keluarga yang baru saja saling di pertemukan itu pun saling melepaskan pelukan. Gandi mengusap air matanya sambil menatap kearah dua orang tuanya yang belum pernah dia lihat sama sekali. Banyu Segara dan Sri Wedari saling bergandengan tangan ikut merasakan kebahagiaan keluarga Gandi tersebut."Ayah...Ibu...Bagaimana bisa kalian hidup lagi?" tanya pemuda itu setelah perasaannya kembali tenang. Sanskara mengusap punggung anaknya itu dengan perasaan yang masih meluap-luap. Bagaimana tidak, terakhir kali dia melihat putranya itu masih bayi dan sekarang dia melihat bayi itu telah tumbuh menjadi seorang pemuda tampan dan gagah."Kau pasti tahu siapa orang yang sudah berusaha keras melakukan ini. Aku sendiri tak menyangka sama sekali, kalau aku punya besan seorang Mahadewa yang begitu terhormat dan disegani di Tiga Dunia ini...Gandi putraku, kau memang luar biasa," kata Sanskara membuat Gandi tertegun."Jadi ayah mertua yang t
Gandi menatap kedua orang asing yang juga tengah menatap kearah dirinya. Meski dia tak mengenali siapa mereka berdua, entah mengapa ada perasaan yang begitu familiar di dalam hatinya. Perasaan aneh yang membuat dia seolah pernah mengenal kedua orang asing tersebut."Siapa kalian!?" tanya Gandi dengan mata menatap penuh selidik.Kedua sosok itu berjalan mendekat kemudian berhenti tepat dua langkah di hadapan Raja Naga Air tersebut. Dengan jarak yang begitu dekat, membuat pemuda itu merasa jantungnya semakin berdebar."Pria ini sangat mirip dengan diriku...Siapa sebenarnya mereka ini?" batin Gandi sambil menebak-nebak. Tiba-tiba saja terdengar suara isak perlahan dari sosok wanita yang ada di depannya tersebut. Hal itu membuat Gandi semakin tak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Nampak si sosok pria mencoba menenangkan hati wanita itu dengan cara merangkul dan mengelus punggungnya."Gandi..." lirih wanita itu masih dengan suara isak t
Gandi melangkah memasuki istana Kerajaan Probo Lintang yang sudah banyak kedatangan tamu dari berbagai wilayah. Meski yang akan menjadi tontonan hanyalah turnamen Probo Lintang, namun para penonton ini benar-benar diluar dugaan."Mereka pada datang kesini...Pengaruh ayah mertua sungguh luar biasa...Bahkan, ada banyak orang yang tak aku kenal..." batin Gandi.Dia pun menghampiri Batara Geni yang tengah menyambut para Dewa Pelindung dari empat wilayah. Mereka adalah Dewi Gaia dari Barat, Dewa Haechi dari timur, Dewa Neza dari utara dan Anoman dari selatan. Melihat siapa yang datang, Batara Geni segera mendekati Gandi dan merangkul nya."Ini dia orangnya, dia adalah Raja Naga Air saat ini," kata Batara Geni sambil membawa Gandi mendekati kearah empat Dewa Pelindung tersebut."Jadi dia yang akan menjadi Pilar Dunia menggantikan kita nanti?" tanya Dewa Neza yang berwujud anak kecil dengan rambut kepang dua. "Masih muda, tapi sudah berada
Sosok Dewa Yama itu tersenyum tipis menatap Batara Geni yang memberi hormat kepadanya."Aku juga tak menyangka akan memenuhi undangan darimu. Jika bukan karena orang itu, aku tak mungkin datang kesini," kata Dewa Yama dengan tatapan sedikit membuat Batara Geni merasa tertantang."Benarkah hanya karena orang itu? Bukankah sebelumnya aku pernah berkata padamu, bahwa perselisihan para dewa sangatlah sia-sia. Waktu kita sedikit, jika kau masih ingin menjadi pemilik Neraka, mau tak mau kau harus bergabung bersama Dewa yang lainnya. Sehebat apa pun kau sebagai Dewa neraka, Mata Kebenaran tetaplah di atas segalanya...Kau tahu itu bukan?" kata Batara Geni dengan sorot mata yang tak mau kalah dari Dewa Yama.Melihat tatapan mata berani dari Dewa muda itu membuat Dewa Yama tertawa."Entah kenapa aku suka dengan keberanianmu. Aku akui, kau memang orang yang ditakdirkan untuk menyelamatkan dunia ini. Karena selama aku hidup, tak ada satu pun Dewa yang berani menatapku seperti apa yang kau lakukan
Bara membuka kedua matanya secara perlahan. Dia melihat Fang Yin yang tengah menyalurkan tenaga dalam ke tubuhnya dengan air mata yang menetes di pipinya. Yoriyu nampak telungkup di belakang Dewi Pedang tersebut. Pemuda itu pun tersenyum tipis."Dasar orang-orang bodoh..." batinnya lalu dia meraih tangan Fan Yin yang tengah menempel di dadanya. Wanita itu nampak terkejut. Belum habis rasa terkejutnya, Bara telah menarik tangan itu sehingga dia pun jatuh ke dalam pelukan sang Pemuda."Kau!" seru Fang Yin namun Bara segera menutup mulut wanita itu dengan jarinya agar Yoriyu yang tengah telungkup tidak mendengarnya. Fang Yin yang berada dalam pelukan pemuda itu menatap dengan perasaan yang sulit untuk di artikan."Kenapa aku merasa nyaman berada di posisi seperti ini...? Apa yang terjadi pada diriku...?" batin Fang Yin."Gadis bodoh...Kenapa kau tidak pergi setelah aku melepasmu?" tanya Bara dengan suara lirih. Dia masih bersandiwara agar Fang Yin ti