Balaupata melompat keluar dari dalam lubang besar yang tercipta akibat ledakan Pukulan Jari Dewa milik Bara Sena. Tubuhnya penuh dengan luka oleh serangan beruntun yang Dewa Cahaya itu lancarkan. Meski begitu, dia nampak baik-baik saja. Hanya saja, kulitnya yang semula abu-abu kecoklatan, kini mendadak menjadi merah membara.
"Bajingan keparat...! Kau bisa membuatku menjadi seperti ini...Siapa kau sebenarnya!?" geram Balaupata.Bara tersenyum sinis."Mana wajah percaya dirimu yang tadi? Baru menghadapi kami saja kalian sudah keteteran seperti ini. Apalagi jika kalian bertemu dengan pemimpin kami?" cemoh Bara sekaligus membuat keadaan semakin panas."Pemimpin!? Siapa pemimpin kalian!?" teriak Balaupata dengan wajah yang mendadak berubah menjadi pucat seperti mayat. Bara menduga perubahan itu terjadi karena makhluk tersebut merasa kaget atau justru karena takut. Pemuda itu pun memiliki satu akal untuk mengerjai makhluk dari alam Swattwam tersebut.Bara Sena menatap wanita bercadar yang ada di depan sana dengan hati yang penuh tanda tanya. Apalagi setelah dia melihat dengan mata kepala sendiri, kemampuan wanita itu menahan serangan kuat darinya meski tetap membuat Dewa ceking itu terluka."Katakan padaku, siapa kalian sebenarnya." ucapnya sambil sedekap tangan.Wanita bercadar itu membuka cadar yang menutupi wajahnya. Saat cadar itu terbuka, barulah Bara bisa melihat kecantikan yang sebelumnya tertutup. Matanya menatap tanpa kedip kearah wanita bernama Jiao Fang dengan perasaan takjub."Cantiknya...Apakah semua Dewi yang aku temui selalu cantik seperti ini? Luar biasa..." batinnya sambil menahan perasaan. Wanita yang ada di depan sana menatap Bara dengan tatapan mata sedikit canggung."Namaku, Jiao Fang. Aku adalah Dewi Kehidupan di Langit Sembilan. Mereka bertiga merupakan kakak seperguruanku. Dan wanita yang kau bunuh tadi, dia adalah adik kandungku." ucap Jiao Fang namun dengan ekspresi y
Empat Dewa menyerang Bara Sena dengan cepat. Pemuda itu tersenyum tipis lalu dia mengerahkan kekuatan Dewa Angin miliknya pada kedua kaki. Di tambah dengan menggunakan Jurus Hantu Menari membuat dirinya tidak terlihat di mata mereka berempat.Melihat lawan tiba-tiba menghilang bak di telan bumi, keempat Dewa itu pun berhenti bergerak dan saling celingukan. Mereka sama-sama saling pandang sambil mengangkat bahu."Kemana perginya bocah itu?" tanya pria bertubuh ceking. Pria berkumis tipis melirik ke kanan ke kiri."Hati-hati...Sepertinya dia menggunakan Jurus aneh yang..." Buk!Belum habis dia berkata, tiba-tiba saja satu serangan yang tak terlihat mendarat di perutnya dengan telak hingga tubuhnya terlempar ke langit. Darah menyembur dari mulut pria tersebut. Tiga Dewa yang lainnya terkejut dengan serangan mendadak namun tidak terlihat orangnya. Pria berkumis tipis jatuh dari langit hingga menciptakan ledakan di bawah sana. Mereka bertiga
Ledakan besar menciptakan Awan jamur raksasa yang membubung tinggi ke langit. Tangan raksasa milik Wang Lin hancur berkeping-keping menjadi serpihan kecil. Pria itu pun terpental ke belakang sambil memuntahkan darah merah segar. Matanya menatap nanar kearah Bara Sena yang berdiri dengan tenang seolah tak terjadi apa-apa. Seketika itu juga, pikirannya menjadi kalut dan bingung setelah melihat kekuatan pemuda tersebut. Dia tak menyangka sama sekali, kekuatannya yang sudah setingkat Dewa bisa dikalahkan begitu saja oleh seorang anak muda yang menurutnya tidak lebih kuat dari dirinya.Bara tersenyum sinis melihat Wang Lin yang terpana menatap kearahnya."Apakah kau masih merasa menjadi orang yang paling kuat di dunia ini? Aku tidak tahu kau berada di langit mana. Asal kau tahu, aku paling benci kepada orang yang telah menyikiti orang terdekatku. Bahkan jika kau berlindung dibawah ketiak pemimpinmu, aku akan tetap mengejarmu kemana pun kau pergi," ucap Bara la
Xia Qing Yue berteriak keras mengerahkan seluruh kekuatan yang dia miliki untuk menahan tangan raksasa tersebut. Meskipun tidak mungkin menang melawannya, hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini untuk mempertahankan harga dirinya.Pedang Es raksasa meluncur dari dalam lingkaran yang ada di belakang tubuhnya. Disebut pedang raksasa namun terlihat sangat kecil dibandingkan dengan telapak tangan yang bisa menutupi satu kota tersebut. Kedua mata Qing Yue menyala putih."Mungkin ini adalah akhir dari hidupku...Dewa bernama Wang Lin itu benar-benar ikut campur dengan urusan sepele di dunia manusia..." batin Qing Yue pasrah.Daaarrr!Pedang Es menghantam telapak tangan raksasa namun hancur seketika. Wang Chun yang ada di bawah sana tertawa melihat itu."Mampus kau Qing Yue! Kakekku sudah datang untuk menghukum mu! Kau tak akan bisa lari dari kematian!" teriaknya. Qing Yue melirik dengan sengit."Kau pria banci yang berani nya berlindun
Di suatu tempat yang penuh dengan pohon persik, seorang wanita berpakaian dan bercadar serba putih nampak berjalan sambil sesekali berhenti untuk memetik buah berwarna merah muda tersebut. Keranjang yang dia bawa mulai penuh berisi buah persik. Wanita itu berjalan menuju ke arah gubuk kayu di tengah perkebunan. Dia meletakkan keranjang berisi buah tersebut di atas meja kecil. Kedua matanya yang indah menatap kearah sungai kecil yang berada di samping gubuk tersebut. Sungai itu terlihat jernih dan menyegarkan.Dari arah seberang sungai, datang seorang pria berpakaian hijau. Sambil membawa kipas hijau di tangan, dia melompati sungai tersebut dengan mudah dan melayang di udara. Pria tersebut mendarat di depan wanita bercadar sambil tersenyum."Bagaimana kabarmu Nona Qing Yue? Sudah hampir satu purnama sejak aku datang kesini, kau masih terlihat begitu anggun..." kata pria tersebut sambil menatap liar kearah wanita yang ada di depannya.Wanita b
Bara Sena menyentuh pipi Tian Zu Ning dengan lembut. Aura keemasan keluar dari tangannya yang kemudian merasuk ke dalam tubuh Dewi Naga Azure tersebut. Beberapa saat kemudian, kedua mata wanita cantik itu pun terbuka. Begitu dia melihat sosok yang ada di depannya, dengan wajah cemas dia bangkit berdiri kemudian memeluk Bara dengan erat tanpa mempedulikan adanya orang lain disana.Dewi Indira dan Luo Zhen sama-sama terkejut melihat Tian Zu Ning yang sudah sembuh dalam waktu yang sangat cepat. "Dia menyembuhkan luka Tian Zu Ning dengan mudahnya...Memang luar biasa bocah satu ini," batin Luo Zhen. Sementara Indira hanya terdiam namun dia tersenyum melihat Tian Zu Ning bertingkah seperti anak belia yang baru saja ditinggal lama oleh kekasih pujaan hatinya."Cinta seorang Dewi Naga, sepertinya rumor itu benar. Naga yang jatuh cinta, meski langit runtuh pun tidak akan mengubah perasaan itu..." batin Indira.Setelah cukup lama berpelukan, Tian Zu Ning p