Home / Romansa / Gelora Cinta Pria Arogan / 142. Memohon Maaf Orangtua

Share

142. Memohon Maaf Orangtua

Author: Neza Visna
last update Last Updated: 2025-07-07 09:06:26

Kiara mengejar Rinjani dan mencegatnya.

"Tolong," desisnya, suara serak dari terlalu banyak menangis. "Aku bisa membayar saham itu. Papa nggak akan melepasnya. Kamu tahu itu!"

Rinjani melepaskan genggaman Kiara dengan gerakan halus tapi tegas. "Kalau kamu ingin tetap berkarier, saham itu harus kembali."

“Brama, please. Kamu tahu betapa papa menginginkan saham itu.’

Di belakang mereka, Brama mengawasi dengan tangan di saku, wajahnya seperti topeng. "Kamu harus berterima kasih pada Rinjani," ujarnya dingin. "Tanpa dia, aku tidak akan memberikan pilihan ini sama sekali."

Kiara terhuyung mundur seperti ditampar.

Rinjani memandang Kiara dengan tatapan yang tidak menghakimi. "Kamu beruntung masih punya pilihan. Banyak orang kehilangan segalanya tanpa kesempatan untuk memperbaikinya."

Kiara tertawa getir. "Kamu pikir tahu segalanya tentangku? Kamu nggak akan ngerti, perjuanganku untuk sampai di titik ini! Kamu dapat segalanya tanpa usaha!"

"Kamu pikir aku tidak berjuang?" Rinjani mengangkat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gelora Cinta Pria Arogan   146. Ketegangan Baru

    “Yu!” katanya, menatap putrinya tajam. “Masih ada yang kamu sembunyikan dari kami?”Dunia Rinjani seakan berhenti sejenak.Kepalanya berdenyut. Napasnya tercekat. Dia tahu, ini adalah kesempatannya untuk mengatakan ke orangtuanya kalau dia kembali bersama Brama. Namun, dia tidak berani.Aku cuma… nggak mau kalian jadi bahan gosip,” suara Rinjani pecah di ruang tamu yang terasa terlalu lengang.Pada akhirnya dia terlalu pengecut untuk mengakui itu dan mengatakan hal yang sejak tadi memberatkan hatinya. “Semua tetangga udah tahu aku menikah, kalau aku tiba-tiba pulang dan tinggal di rumah ini lagi, pasti mereka kepo. Mereka bakal nanya-nanya, bisik-bisik, ngasih tatapan aneh. Aku nggak mau kalian jadi jadi bahan omongan.”Karena orangtuanya menjual sarapan di pagi hari mereka dengan begitu mudahnya berbaur dengan tetangga sekitar tempat itu, dia tidak ingin kehadirannya menggangu kehidupan sehari-hari mereka."Kita tidak hidup untuk memenuhi ekspektasi orang lain!"Sementara ibunya m

  • Gelora Cinta Pria Arogan   145. Minggat!

    Apa semudah itu? Dia merasa tidak pernah berhasil membuat orangtuanya tenang. Dia tahu jelas, masalah ini akan membuat mereka kecewa kalau tahu, tapi dia masih melakukan itu.Ibu Jagat menghampirinya dan merangkulnya. Merasakan hangat pelukan itu, tangis Rinjani meledak tanpa bisa dia tahan.Tubuhnya gemetar, wajahnya basah, dan suaranya tertahan dalam sesenggukan yang bergetar."Mereka, mereka membenciku sekarang. Aku harus gimana, Ma?” gumamnya sembari sesegukan.Ibu Jagat membelai punggung Rinjani perlahan, menenangkannya seperti seorang ibu pada anaknya sendiri. “Ssst… tenang, sayang. Nggak ada orangtua yang benci anaknya. Mereka cuma butuh waktu untuk menenangkan diri.”“Mereka bilang nggak peduli lagi sama aku!" Rinjani tersedu-sedu.Ayah Jagat mendekat sambil membawa segelas air hangat. “Itu Cuma omongan orang emosi, jangan dimasukkan ke hati. Kasih mereka waktu untuk menenangkan diri.Rinjani menggeleng, matanya merah dan sembap. “Maaf, maaf membuat keributan kaya gini. Karena

  • Gelora Cinta Pria Arogan   144. Murka Ayah dan ibu

    Dia menatap Brama panik, Brama memegang tangan Rinjani, berusaha menenangkannya.“Bu, nggak usah dipikirkan. Itu bukan apa-apa.”“Yu, jangan bohong sama Ibu. Jangan disembunyikan kalau ada masalah.”Rinjani menghela napas panjang, mendadak dia lelah menutupi ini semua. Dia bisa memaksa Brama untuk tidak membongkar hubungan mereka, tapi dia tidak berhak untuk melarang Jagat dan Evie untuk ikutan sembunyi-sembunyi.“Bu, aku akan bawa Jagat untuk menjelaskan semuanya ke Ibu. Semua itu Cuma salah paham. Kalian nggak perlu khawatir.“Kamu serius?”“Iya, Bu. Aku masih di luar ini. Baru mau pulang, sudah dulu ya.”Dia buru-buru menyudahi pembicaraan itu karena tidak tahu harus mengatakan apa. Dia hanya bisa menatap benda pipih di tangannya itu dengan pandangan melankolis.Seketika, suasana romantis malam itu buyar begitu saja.“Maaf, aku merusak suasana.”“Jangan dipikirkan. Bukan salah kamu.” Brama tidak ingin melihat Rinjani kecewa seperti itu. “Apa rencana kamu?”“Aku nggak tahu.” R

  • Gelora Cinta Pria Arogan   143. Ibu Curiga

    Radit yang baru saja tiba, langsung menegur Brama dengan nada tidak senang."Radit! Sopan santun!" tegur sang ibu.Radit menghela napas. "Maaf, Bu. Aku cuma terkejut." Brama tersenyum maklum. “Nggak Papa, Tante. Aku pamit dulu.” Dia menyalami keduanya sekali lagi dengan penuh sopan santun.Radit sampai terkejut melihatnya. “Biar aku yang antar ke depan.” Dengan gerakan kasar, Radit menyambar lengan Brama. "kita bicara di depan!”Brama membiarkan Radit menariknya menjauh dari sana.“Mbak Rinjani tahu kamu datang ke sini?” Radit bertanya dengan suara kecil saat mereka sudah jauh di gerbang rumah.“Nggak.” Kalau Rinjani tahu, dia tidak akan mengizinkan Brama datang, Brama tahu jelas itu.“Heh! Sudah kuduga! Mbak Rinjani nggak akan pernah setuju membiarkan ayah dan ibu tahu tentang kalian! Kamu bilang apa ke mereka?”Brama menatap pria di depannya itu tenang. Rasanya dia sangat jarang bicara dengan Radit, meski mereka pernah tinggal di tempat yang sama. “Kenapa kamu begitu an

  • Gelora Cinta Pria Arogan   142. Memohon Maaf Orangtua

    Kiara mengejar Rinjani dan mencegatnya."Tolong," desisnya, suara serak dari terlalu banyak menangis. "Aku bisa membayar saham itu. Papa nggak akan melepasnya. Kamu tahu itu!"Rinjani melepaskan genggaman Kiara dengan gerakan halus tapi tegas. "Kalau kamu ingin tetap berkarier, saham itu harus kembali."“Brama, please. Kamu tahu betapa papa menginginkan saham itu.’Di belakang mereka, Brama mengawasi dengan tangan di saku, wajahnya seperti topeng. "Kamu harus berterima kasih pada Rinjani," ujarnya dingin. "Tanpa dia, aku tidak akan memberikan pilihan ini sama sekali."Kiara terhuyung mundur seperti ditampar.Rinjani memandang Kiara dengan tatapan yang tidak menghakimi. "Kamu beruntung masih punya pilihan. Banyak orang kehilangan segalanya tanpa kesempatan untuk memperbaikinya."Kiara tertawa getir. "Kamu pikir tahu segalanya tentangku? Kamu nggak akan ngerti, perjuanganku untuk sampai di titik ini! Kamu dapat segalanya tanpa usaha!""Kamu pikir aku tidak berjuang?" Rinjani mengangkat

  • Gelora Cinta Pria Arogan   141. Bisa Sendiri

    “No! Nggak akan! Kamu gila? Aku harus bilang apa ke Mama dan papa?”Brama terlihat tidak senang. “Bilang saja apa adanya. Kenapa memangnya?!”Rinjani mengangkat telunjuknya. “Brama! Jangan bercanda. Sebelum kita menikah, nggak akan ada menginap! Nggak ada seks!”“Kenapa?” Brama mengerutkan kening, keberatan. Dari semua syarat yang diajukan Rinjani, itu mungkin yang terberat.Dia sudah tahu rasa Rinjani, dan dia jelas merindukan rasa itu. Lembut tubuh gadis itu, suara merdunya, dan desahan itu. Semuanya teringat jelas.Berada dekat Rinjani tanpa bisa menyentuhnya? Dia tidak tahu apakah akan bertahan.“Kamu bilang, hubungan ini akan mengikuti mauku. Sekarang, kamu menyesal?”Brama mengerutkan kening, tubuhnya yang biasanya tegak sekarang sedikit membungkuk ke depan. "Kamu serius?""Aku ingin memulai semuanya dengan benar," Rinjani menjawab dengan suara yang tidak goyah. "Tidak ada kompromi untuk ini."Brama berdiri dan berjalan ke jendela, punggungnya pada Rinjani. Bahunya yang bias

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status