MasukJam istirahat yang Earl tunggu-tunggu pun tiba. Pria itu membiarkan ibunya makan siang bersama Edgar, sementara dia pergi menemui Audrey."Baiklah!" Pria itu pun berdiri. "Sudah waktunya untuk mendisiplinkannya!"Dia yang Earl sebut, siapa lagi orangnya kalau bukan Audrey?Mentang-mentang mereka sudah baikan dan Earl memberinya kelonggaran, Audrey pikir dia bebas melakukan apapun yang dia mau?Enak saja. Tentu saja tidak bisa begitu. Gadis itu tetap harus patuh. Suka atau tidak, mau atau tidak. Kalau Earl bilang 'ayo makan', maka Audrey harus menurut.Lagipula, Audrey hanya perlu pergi dan menikmati makanannya.Earl yang menyetir, dia juga yang mengeluarkan uang. Pria itu tak mengerti apa yang membuat Audrey menolak ajakannya. "Membuatku jengkel saja!" gerutunya.Kebetulan, Audrey baru keluar dari ruangannya. Dia berjalan menuju kantin sekarang. Friska menggandeng tangan kanannya sementara Aleia menggandeng tangan kirinya."Mau makan apa?" tanya Aleia. "Hari ini biar aku yang traktir!
Keesokan harinya .... Pagi itu Audrey bekerja seperti biasa, yang membedakan adalah dia mengunggah beberapa foto atau iklan secara berkala di akun media sosialnya. Dia memang bukan selebgram atau artis, tapi memiliki jumlah pengikut yang fantastis meskipun ia tak pernah menunjukkan wajah aslinya. Ngomong-ngomong, Jeremy Sanders tidak hanya mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang industri dan perdagangan, dia juga mulai merambah bisnis sebagai pengembang properti. Karena Audrey adalah anak baru, dia diberi tugas yang paling mudah dan minim resiko, yaitu mempromosikan cemilan, biskuit, cola dan sebagainya. "Baiklah, sudah saatnya menghubungi Joanna sekarang!" Dia pun mengambil ponselnya, rencananya ingin meminta tolong pada sahabatnya itu, namun dia malah melihat pesan yang dikirim Earl 10 menit yang lalu. [ Earl : Istirahat nanti, temui aku di parkiran. Kita makan di luar. ] [ Earl : Pikirkan apa yang ingin kamu makan, aku akan mencari restoran yang cocok. ] [ Audr
Mulut Audrey langsung kicep mendengarnya. Memang sih, pesona Earl terlihat semakin awur-awuran, tapi dia nggak akan mengakuinya agar pria itu nggak besar kepala."Dih?!" Gadis itu melipat tangan, menunjukkan ekspresi jijik. "Siapa juga yang bilang situ keren? PD amat jadi orang?!"Berbulan-bulan berinteraksi dengannya, tentu Earl mulai paham bagaimana tabiatnya. Dia tahu, kok, kalau Audrey bohong, tapi dia pura-pura nggak tahu biar Audrey nggak marah-marah."Ya udah!" Pria itu mengalah dan turun dari motor. Tak lupa membantu Audrey memakaikan helm untuk menjaga keselamatan.Hanya perhatian kecil sebenarnya, tapi itu sukses membuat Audrey terkena serangan jantung lagi dan lagi.'Apa lagi ini, Ya Tuhan?' Mereka sangat dekat dan Audrey nggak berani bergerak. Apalagi saat Earl melihat wajahnya dari jarak lebih dekat.'Hah?' Jantungnya berdetak nggak karuan dan tanpa ia sadari dia menutup matanya. 'Apa dia mau menciumku? Aku belum siap. Bagaimana ini?'Untungnya, Earl tidak berniat melaku
Gadis itu tersenyum manis, seolah mengiyakan ajakan Earl untuk unboxing di hotel. Padahal, dalam hatinya mengumpat sangat keras. 'Memang benar-benar pria mesum. Apa hanya bercinta saja yang ada di kepalanya?' Sepasang suami istri itu pun undur diri, dan tak ada yang mereka bicarakan selama perjalanan. Audrey sibuk melihat pemandangan di luar, sementara Earl yang mengira Audrey sedang marah pun membuka obrolan ringan. "Jangan marah, aku tadi hanya bercanda," katanya. "Aku mengatakan itu agar Dokter Aksa nggak curiga dengan hubungan kita." 'Idiot ini!' gumam Audrey. Padahal, mengatakan pada Dokter Aksa kalau mereka belum pernah berhubungan saja rasanya sudah aneh. Apa Earl pikir membicarakan hal romantis di depan Dokter Aksa membuat pria itu nggak curiga? Sepertinya, Earl lupa kalau Dokter Aksa itu bukan anak TK yang bisa ia ditipu begitu saja. Kesal, Audrey pun mengajukan protes. "Bukannya pernikahan kita ini rahasia? Kalau mulutmu ember begitu, bagaimana kalau keluargamu
Malam itu, akhirnya Ayesha merasakan lagi malam panas yang dia rindukan. Ranjang berderit, desahan dan umpatan terus keluar dari bibirnya.Edrigo begitu liar, persis seperti Earl sebelum dia impoten. Di ambang kewarasannya, Ayesha bahkan berani meminta lebih. "Bolehkah aku mencarimu saat aku menginginkannya?""Tentu," jawab Edrigo. Menikmati kemolekan tubuh istri sepupunya yang terawat, mana mungkin pria hidung belang seperti Edrigo menolak."Tapi, apa kamu nggak takut? Gimana kalau kamu malah hamil anakku?""Nggak takut." Ayesha meremas sprei. "Soal hamil atau enggak, biar aku yang urus."Tentu saja Ayesha tidak takut. Dia, kan, sudah tidak memiliki rahim, tapi rahasia itu akan dia jaga. Tak akan dia biarkan orang lain tahu tentang hal ini kecuali Earl dan Audrey.Tanpa mereka sadari, sesosok bocah berdiri di ambang pintu, namanya Zayn.Dia tidak tahu apa yang ayahnya lakukan, tapi dia penasaran siapa perempuan asing yang ada di kamar ayahnya."Apa itu mama?"Tangannya yang kecil men
Pria itu berusia 32 tahun sekarang. Menjadi duda karena istrinya meninggal setelah melahirkan seorang anak.'Edrigo, dia?' Ayesha mendapati dua gadis berpakaian seksi memegang lengannya. 'Apa yang dia lakukan di sini?'Mabuk dan frustasi membuatnya kehilangan akal sehat. 'Kalau aku memintanya memuaskanku malam ini, apa dia bersedia?'4 tahun menduda, Ayesha yakin Edrigo kesulitan menyalurkan nafsunya. Makanya dia ada di sini sekarang, mencari gadis cantik untuk dijadikan sebagai alat pemuas ketika ia butuh.Karena Ayesha juga sedang kesulitan, dia mulai berpikir, kenapa mereka tidak saling membantu saja?"Edrigo?" Wanita itu menyibakkan rambutnya, menunjukkan area leher dan dadanya yang terbuka. "Bisakah kamu mengantarku pulang?"Sekarang, Ayesha berubah pikiran. Dia tidak ingin pulang diantar Laluna lagi."T-tapi,-" kata Laluna."Kamu pulang saja naik taksi!" usir Ayesha.Jujur saja, Edrigo tak menyangka akan bertemu dengan Ayesha di tempat seperti ini. Dan dia tidak terlalu dekat de







