Direstui sama orang tua Asher nggak, ya?
Hening … semua terdiam setelah Asher membongkar aibnya sendiri. Laura tercengang sampai tak berkedip saat memandangi wajah pria itu. Kejadian hari ini terasa begitu cepat baginya. Laura baru ingat jika dokter Ruben yang memeriksa dirinya sejak semalam pun sudah tahu tentang kehamilannya. Kenapa Laura baru sadar akan hal ini? “A-Anda ….” Sejak kapan Asher tahu bahwa Laura sedang mengandung darah dagingnya? Laura ingin menanyakan itu, tetapi suaranya hilang ditelan rasa keterkejutan yang begitu hebat. “K-Kau … jangan bercanda, Asher Smith ….” Regina ingin membentak putranya, tetapi suaranya justru terdengar lirih. Asher masih duduk dengan santai dan terlihat seperti tak pernah melakukan kesalahan apa pun. “Bukankah Mama selalu khawatir aku tidak akan memiliki anak karena selalu menolak pernikahan? Sekarang, Mama sudah dapat menantu dan cucu sekaligus. Bukankah aku hebat?” Mulut Laura terbuka sambil menatap Asher dan Regina bergantian. Bagaimana bisa, orang setenang itu setela
Laura baru tahu ... meskipun telah bekerja hampir satu bulan bersama Asher. Ternyata, apa yang dikatakan orang-orang mengenai pria itu benar adanya. Asher merasa dunia hanya berputar di sekelilingnya. Dialah yang berhak memutuskan segala sesuatu tanpa memikirkan pendapat orang lain. Pria arogan dan dominan yang tak bisa disanggah atau ditolak keinginannya. Akan tetapi, Laura juga enggan kehilangan kebebasannya. “Maaf, Tuan Asher, tetapi saya berhak memutuskan akan menikah atau tidak.” “Kalau begitu, keluar dari rumah ini sekarang juga kalau tidak ingin menikah denganku,” usir Asher tanpa ekspresi. Sungguh? Semudah itu Asher akan melepaskannya? Laura pun tak akan membuang kesempatan supaya bisa pergi dari tempat itu. Dia hendak berbalik, tetapi baru dua langkah saja, Asher melontarkan ucapan yang membuat bulu kuduk Laura meremang dan otot-ototnya menegang sehingga tak bisa beranjak dari tempatnya. “Setelah kau keluar dari rumah ini, aku tidak akan membiarkanmu membesarkan darah da
“Kau melupakan malam itu, bukan?” Asher kian mendekat, Laura pun menggeser badannya pelan. “Aku akan segera mengingatkanmu,” bisik Asher. “T-Tuan … saya tidak-” GREP! Asher berhasil menangkap pinggang Laura. Kemudian menggeser lembut telapak tangannya ke arah perut wanita itu dengan gerakan menggoda. Laura yang mendapatkan serangan mendadak itu hanya bisa terdiam dengan jantung berdebar-debar kencang. Dia ingin menyingkirkan tangan Asher dari perutnya, namun belaian tangan pria itu, anehnya membuat dirinya tenang. Apakah karena janin di dalam rahimnya yang merespon sentuhan sang ayah? Laura bertanya-tanya dalam hati. “Aku tidak akan melakukan itu hari ini. Bersabarlah …,” ucap Asher seolah Laura-lah yang menginginkannya. Asher menggeser badan ke bawah dan menyandarkan kepala di bantal. Matanya terpejam dengan tangan yang masih terus membelai lembut perut Laura. “Jangan terlalu tegang. Tidurlah,” gumam Asher. Laura menggelengkan kepala. “Tuan … pergilah ke kamarmu. Saya tidak n
Tidak ... bukan itu yang membuat Laura menangis! Laura menepuk-nepuk lengan Asher dan menunjuk arah gelas minuman. Asher yang paham segera membantu Laura meminumkan air itu untuk Laura. "Sekarang jawab pertanyaanku ... kau menangisi pernikahan mantan tunanganmu? Hem? Kau masih menyukainya?" desak Asher dengan murka. Laura memang terkejut karena Noah akan menikah lebih cepat dari yang seharusnya. Namun, dia sudah merelakannya. Noah tidak ditakdirkan untuk bersatu dengannya. Selain itu, Laura juga semakin kaget karena Asher mempercepat resepsi pernikahan mereka. Padahal, Laura sebelumnya sudah merasa lega karena akan menikah secara tertutup. Dia masih memiliki banyak waktu untuk berpikir. Alasan apa yang sebaiknya dia katakan jika Simon atau Noah bertanya padanya, sebelum Asher mengumumkan pernikahan mereka. Tetapi, apa sekarang? Asher seenaknya sendiri mengubah lagi ucapannya dan ingin mempercepat resepsi pernikahan mereka!Simon dan Noah akan segera tahu jika Laura mengandung ana
“Kenapa harus ditunda kalau pada akhirnya kalian tetap akan menikah?” Asher tak mengerti kenapa Noah tiba-tiba ingin menunda pernikahan.Bayangan Noah yang terus memandangi Laura saat mereka berjumpa di kantor, tiba-tiba terlintas dalam benak Asher. Apakah Noah masih menginginkan Laura menjadi pengantinnya?Itu tidak boleh terjadi!“Aku tidak mencintai Nora,” ucap Noah lirih. Noah menunduk dengan mengapalkan tangan sehingga kertas undangan itu sedikit menekuk. Kemudian dia menatap Asher dengan sorot mata memelas. Asher sedikit tergerak melihat wajah sendu keponakannya. Dia pun sebenarnya tak menyukai Nora sejak tahu gadis itu banyak mengatakan kebohongan.Terlebih lagi, Nora juga dengan tak tahu malunya telah mengumbar aib saudarinya sendiri. Mengira jika Asher tak mengenal Laura.Akan tetapi, jika Noah tidak segera menikahi Nora, Asher juga tak akan bisa mengadakan pesta besar-besaran untuk pernikahannya dengan Laura. Asher tak ingin membuat Laura bersedih karena tak bisa mengadaka
Pagi yang cerah dan suara kicauan burung peliharaan Adam menyambut pagi Laura. Selusin pelayan saat ini berdiri di kedua sisi ranjang, menanti Laura membuka mata sejak setengah jam yang lalu. “Bangun, Em …,” bisik Laura seraya mengguncang badan Emma yang masih meringkuk di sebelahnya.Emma menggeliat dan membuka mata perlahan. Laura pun segera bangun terduduk dan diikuti Emma yang terbelalak kaget melihat para pelayan.“Selamat pagi, Nona Laura dan Nona Emma,” sapa para pelayan serempak. Dua orang pelayan gegas menarik Emma turun dari ranjang dan memintanya pindah kamar. Sementara itu, pelayan yang lain membantu Laura bangun, kemudian membimbingnya masuk ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, wangi bunga mawar menyambut indra penciumannya. Laura diminta berbaring ke tempat tidur pijat untuk diberikan perawatan tubuh lengkap. Terdapat sepuluh pelayan yang masing-masing melakukan tugas yang berbeda. Dua mengurusi rambut Laura, empat pelayan mengoleskan lulur di setiap tangan dan kaki
“Tuan-” Asher menempelkan ibu jarinya di bibir Laura. “Shh … kau sekarang istriku sekarang, jangan memanggilku tuan lagi … dan kau tidak perlu bersikap sopan padaku.” Jantung Laura seperti melompat-lompat keluar tatkala Asher kian memajukan wajahnya. Mendadak, Laura terhuyung sambil mencengkeram kemeja Asher. “Saya … pusing, Tuan,” dusta Laura. Dia hanya ingin menghindari berhubungan suami-istri dengan Asher malam ini. Memang benar dia sudah menjadi istri sah Asher Smith sekarang, juga memiliki kewajiban untuk melayani sang suami. Akan tetapi, Laura benar-benar belum siap! Dia bahkan tak mengingat pergulatan panas dengan pria itu sebelumnya. Bagaimana bisa dirinya tiba-tiba bermesraan dengan Asher? Laura tak sanggup membayangkannya.“Pusing kenapa? Apa bayi kita rewel lagi?” Asher tampak panik. Tangannya langsung membelai perut Laura. “Sepertinya, saya ... kelelahan ….” Laura sengaja membuat suaranya terdengar begitu lemah. Karena Laura memang sering pingsan, Asher pun percaya s
“A-apa … saya tidak-” “Jaga dan temani Laura Wilson, Theo,” sela Asher sambil berbalik dan kembali melangkah, mengikuti Adam dan Regina.‘Siapa juga yang mau menangisi Noah?’ Laura sangat kesal karena dituduh sembarangan, setelah dia bertekad akan berusaha mencintai dan menerima Asher. Theo pun segera mendekati Laura, menunggu wanita itu melangkah. Laura mengentakkan kaki, kemudian menyusul keluarga barunya.Mereka akhirnya sampai di depan pintu gedung pernikahan. Laura dapat melihat dari kejauhan, pasangan yang mengenakan pakaian pengantin di depan sana tampak begitu mesra. Nora tersenyum lebar saat para tamu mengucapkan selamat padanya. Noah pun tak pernah berhenti memamerkan senyuman. Arah pandangan Laura berhenti pada ayah dan ibu tirinya. Dalam beberapa tahun terakhir, saat ini adalah kali pertama Laura melihat Simon tampak sangat bahagia.Hal tersebut berhasil membuat Laura sakit hati. Simon dapat tersenyum lebar, seakan-akan tak pernah kehilangan Laura sama sekali. ‘Papa mu