Collin tampak murka. Siapa Nadine berani menasihatinya?!“Kau—”“Bagaimanapun juga, Nyonya Laura dan Tuan Asher adalah orang tua Anda. Mereka membiayai hidup Anda, memberi Anda kebahagiaan, dan selalu mengabulkan semua keinginan Anda selama ini. Ada baiknya Anda membalas kebaikan mereka, bukan marah mengadukan penderitaan Anda terus-menerus!”Nadine akhirnya menyerahkan ponsel itu. Dia kemudian keluar dari kamar.Collin hanya menatap ponsel Nadine sambil merenungkan ucapannya. Apa yang Nadine katakan memang benar.Selama ini, dia hanya menargetkan menikah dengan Jolie. Dia bekerja hanya karena kewajiban. Jika dia bukan putra Asher Smith, dia mungkin saat ini sedang bekerja keras mencari nafkah, bahkan tak peduli dengan Jolie atau wanita mana pun.“Ck! Tau apa dia tentangku,” gumam Collin, lalu menarik selimut sampai ke dagu, tak jadi menghubungi Laura.Ketika malam semakin larut, Collin sudah tidur pulas di kamar sempit itu. Nadine pelan-pelan naik ke ranjang, lalu berbaring di sebela
Nadine mengeluarkan beberapa lembar kwitansi dan kartu kredit-debit Collin. Membuat pria itu mengerutkan kening.“Anda perlu membayar biaya pertanggungjawaban pada kecelakaan, lalu biaya rumah sakit, sekaligus operasi, juga rawat inap selama satu minggu ini.”“Kau memakai kartuku tanpa izin?” Collin mengusap wajahnya dengan kasar. “Apa kau tidak mengklaim asuransi? Kau juga bisa menyuruh pihak Smith Group untuk mengurus itu semua!”Nadine memang punya kuasa memakai tabungan Collin di saat mendesak. Awalnya, Nadine akan memakai uang pribadinya, tapi jelas tak cukup untuk menanggung semua kerugian.“Smith Group hanya membantu permasalahan hukum karena Anda melanggar rambu lalu lintas hingga menyebabkan kecelakaan beruntun. Anda yang harus mengganti rugi seluruhnya. Dua pemilik mobil mewah yang juga mengalami kecelakaan tidak mau bernegosiasi dan menginginkan mobil baru yang sama.”Collin tak membantah lagi. Memang benar semua itu karena kesalahannya.Collin kini sepenuhnya yakin … dia t
Asher mengabulkan permintaan Nadine tanpa ragu. Setelahnya, Nadine diantar menuju rumah sakit. Asher dan Laura menyusul tak lama setelah keberangkatannya. Mereka sampai di rumah sakit hampir bersamaan.“Bagaimana kondisi Collin, Mark? Apanya yang harus dioperasi?” Laura langsung mencecar Mark dengan pertanyaan setelah sampai.Mark dan Nadine yang duduk menunggu di depan ruang operasi langsung berdiri.Laura tampak begitu khawatir. Wajahnya memerah menahan tangisan.“Dia mengalami cedera kaki kiri dan luka dalam yang harus dioperasi. Untungnya Collin sempat melepas sabuk pengaman menghindari benturan mobil lain dari sebelah kiri dan langsung dilarikan ke rumah sakit tepat waktu. Mobil bagian kirinya rusak parah.”Tak mengherankan. Collin melaju dengan kecepatan tinggi. Sementara kendaraan yang sedang melaju dari arah kiri juga sama-sama kencang. Ada beberapa mobil lain yang ikut tertabrak di belakang mobil itu.Laura terduduk dengan lemas. Inilah yang dia takutkan ketika mengetahui pe
Nadine lebih dulu sampai di ibu kota. Dia langsung menuju ke kantor, meninggalkan barang-barangnya di ruang kerja, lalu ke ruangan Asher.“Tuan Asher, saya membawa kontrak kerja sama dengan Perusahaan Hartley.” Dia menyerahkan map di atas meja kerja Asher setelah duduk.“Di mana Collin? Apa dia meninggalkanmu di jalan?”Nadine tersenyum. Kali ini, dia yang meninggalkan Collin.“Saya pulang lebih dulu naik kereta api, Tuan. Maaf, saya tidak bisa pulang bersama Collin.”“Tidak. Justru Collin yang seharusnya minta maaf padamu. Apa kau sekarang baik-baik saja? Rick bilang kalau kakimu sakit dan dia sempat membawamu ke rumah sakit.” Asher juga melihat kaki kanan Nadine tadi sulit menapak lantai saat masuk ke ruangannya.“Tidak apa-apa, Tuan. Kaki saya hanya lecet. Terima kasih atas perhatiannya.”Asher menatap menantunya sambil memikirkan banyak hal. Apa dia sudah melakukan kesalahan mengambil keputusan menikahkan Nadine dengan putranya yang sulit diatur?“Aku pernah bilang padamu. Pernika
Collin kesal karena Rick tidak datang tepat waktu. Dia kemudian keluar mencari karyawan Rick yang sebelumnya bertemu dengannya, namun malah disuguhkan pemandangan yang membuatnya semakin kesal.“Apa dia memang suka merayu semua pria yang baru saja dikenal?”Collin marah. Bukan cemburu.Rick seharusnya menghargai Collin yang repot-repot datang menemuinya sampai ke luar kota. Namun, Rick malah merayu Nadine, mengabaikan janji bertemu dengannya.Nadine juga tidak membalas pesannya. Seolah-olah dia sengaja membuat Collin menunggu sendiri dan malah merayu pria lain!Collin melangkah ke arah mereka dengan kesal. Hingga berdiri menghadang mereka.“Sedang apa kalian di sini?” tegur Collin.Nadine dan Rick tak menunjukkan rasa bersalah sedikit pun! Nadine hanya melihatnya sekilas, lalu pura-pura mellihat kolam renang di samping.“Oh, kami baru saja menyelesaikan kontrak. Kau bisa pulang sekarang,” balas Rick tak peduli.“Apa?!” Collin berpaling ke arah Nadine. “Siapa yang memperbolehkanmu mend
Pagi harinya, Collin menyempatkan menelepon Nadine. Nada panggilan tersambung, tapi Nadine sengaja tidak mengangkat panggilannya.Collin tak bisa tidur nyenyak semalaman, memikirkan pertentangan hati dan pikirannya. Dia cukup mengkhawatirkan kondisi Nadine, juga merasa bersalah.Collin menggunakan alasan pertemuan dengan Rick satu jam lagi sebagai alasan menghubungi Nadine. Dia berniat menanyakan di mana Nadine bermalam, dan apakah orang suruhan Asher berhasil menolongnya?“Kenapa dia tidak mengangkat teleponku?” geram Collin.Collin menyambar kunci mobil. Dia melesat ke distrik hiburan malam.Saat hari terang, area itu tak begitu ramai. Hanya ada beberapa restoran dan toko-toko biasa yang sepi pengunjung.Collin segera masuk ke motel yang pertama dikunjungi Nadine.“Semalam ada keributan di sini. Wanita yang kau cari sudah pergi sejak tadi malam,” ujar resepsionis motel sambil menguap, tak niat menjawab dengan sopan.Collin berdecak sebal. Sia-sia dia mengkhawatirkan Nadine! Dia kem