Share

05. Tanggung jawab

Penulis: ZuniaZuny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-29 13:29:54

Lila diminta masuk oleh Evelyn setelah Lily pingsan mendengar kabar kehamilannya. Evelyn menasehati Lila agar dia tetap mendampingi Lily, apapun keadaannya. Evelyn juga menjelaskan kalau Lily sedang berada di fase terendah dalam hidupnya. Jika dia tidak didampingi, ditakutkan kondisi Lily semakin memburuk, bahkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lagi.

"Bulan depan, bawa Lily kembali ke sini ya .... Kita lihat perkembangan pada fisik dan psikisnya. Kuatkan dia, apapun yang terjadi! Jangan sampai Lily sendirian, apalagi sampai dia depresi.” Evelyn memeluk Lila yang pipinya sudah dibanjiri air mata.

"Terima kasih Dokter, Anda sudah menghubungiku karena kondisi Lily pingsan tadi."

Evelyn mengangguk dan tersenyum. "Kamu mau janji sama Dokter untuk menemani Lily, kan?” Evelyn bertanya halus.

“I-ini semua salahku, Dok! Aku yang memintanya masuk ke bar untuk menggantikanku, saudara kembarnya. Aku yang salah. Aku yang harusnya menderita. Tapi, kenapa Lily yang malah jadi korban? Kenapa, Dok? Kenapa?!”

"Kamu pasti bisa, Lila. Kamu harus percaya, semua pasti ada jalan keluarnya.” Evelyn menguatkan Lily.

Usai pulang, Lila memastikan Lily tenang dulu sebelum dia pergi meminta pertanggung jawaban Alex atas semua yang terjadi. Sementara itu, Nicho memperhatikan mereka berdua dari ruang tengah. Sepertinya, dia belum sadar kalau Lily hamil.

Kebencian pasti ada.

Sebagai manusia biasa, Lily pasti merasakan sakit hati yang begitu dalam. Apalagi, saudara kembarnya sendiri yang menjebloskannya ke dalam neraka.

Kehamilan pasti menjadi dambaan setiap pasangan, tapi yang terjadi kepada Lily terlalu parah. Lily bahkan tidak tahu harus senang atau sedih tentang mengandung bayi ini? Tidak ada kejelasan apapun tentang kecelakaan ini. Satu-satunya informasi yang bisa mereka dapat hanyalah CCTV, tapi terlambat.

Lily pura-pura tidur karena dia tidak bisa terus-terusan melihat Lila. Kebenciannya sudah kelewat batas. 

"Lily, apa kamu tidur?" tanya Lila hati hati.

"Hems, aku ingin istirahat, pergilah!" Lily meminta Lila keluar dan membiarkannya seorang diri di dalam kamar.

Mendapatkan penolakan dari saudaranya sendiri membuat Lila sungguh sakit hati dan semakin membenci Alex. Berniat membuat perhitungan dengan lelaki berprofesi sutradara terkenal itu.

“Lila, mau kemana?” tanya Nicho, dia melihat Lila terburu-buru mengambil kunci mobil.

“Ada urusan!”

“Cih, jarang sekali kamu cuek seperti itu,” balas Nicho.

“Bukan urusanmu!” Lila terlalu geram dengan Alex sehingga isi pikirannya hanya bagaimana caranya dia bisa bertemu Alex, pagi ini juga.

Suasana rumah tiba-tiba sunyi, hanya suara film yang diputar. Samar-samar, Nicho mendengar isak tangis dari kamar ujung lantai satu. Nicho memutuskan mendekat, setelah tahu jika ada Lily, dia masuk dan mendekati ranjang.

"Lily." Nicho memegang tangan Lily, tatapan mereka bertemu. Manik mata biru samudra itu memandang intens manik coklat Hazel Lily.

"A- ada apa kak?" ucap Lily gemetar membuat Nicho segera menarik tangan Lily dan memeluknya.

"Lily, apapun yang terjadi padamu, aku akan selalu ada untukmu. Aku janji," ucap Nicho tepat di telinga Lily membuatnya seketika meremang. Reflek Lily mendorong tubuh Nicho dan memaksanya pergi. "Keluar!?"

Nicho terkejut melihat perubahan emosi sang adik. Lily terlihat ketakutan dan memeluk tubuhnya sendiri, seolah merasa kembali di jamah pria seketika menjadikannya kotor. 

"Pergi?"

"Jangan sentuh aku?!"

"Lily, tenanglah! aku kakakmu." Nicho sungguh merasa bersalah, jika bisa dia ingin jujur tentang perasaan terpendam namun tampaknya emosi Lily sedang buruk. Belum lagi, dia masih harus mencari tahu apa motif Lila yang sebenarnya?

Srek

Kembali dipeluk Lily meski dia berontak berkali kali. "Lepas, lepaskan aku?"

Bugh

Bugh.

Dipeluk hangat sang adik, cukup lama. Merasa jika adiknya sudah cukup tenang, Nicho memberanikan diri berkata, "Lily, aku ingin memberitahumu sesuatu." Nicho melirik Lily sekilas karena gugup menatapnya. Lily terdiam sesaat dan menjawab, "katakan Kak, apa itu?"

"Kenapa kamu menggantikan Lila pergi ke club?"

Degh.

Lily sungguh terkejut mendengar pertanyaan dari Nicho. "Dari mana kakak tahu jika aku menggantikan Lila pergi ke club?" desak Lily curiga.

"Itu, itu karena …, Lila mengajakku ke club dan aku menolaknya. Aku tak menyangka jika Lila melakukan hal serendah itu, menyuruhmu menggantikannya. Apa yang sebenarnya kalian sembunyikan dariku?"

Lily gemetar, tubuhnya berkeringat dingin, tak tahu harus menjawab apa. Diam untuk beberapa saat, akhirnya Lily berkata, "masalah Lila menyuruhku menggantikannya tak sepenuhnya salah Lila karena aku memang menerima permintaannya."

Lily berpikir keras, 'darimana dia tahu kalau aku menggantikan Lila? Apakah Lila memberitahu Kak Nicho? itu tidak mungkin karena ini rahasia kami berdua. Lalu siapa? Apakah kak Nicho mengikuti aku? Jika benar dia mengikutiku berarti dia tahu apa yang terjadi padaku,' batin Lily, mengernyitkan kening bingung dan semakin berprasangka pada Nicho. 

"Maaf jika membuatmu tak nyaman dengan pertanyaanku, Lily. Tapi …, aku terus memikirkannya."

Lily memandang tajam pada Nicho. "Aku tahu jika kamu menolak ajakan Lila, tapi tak ada yang tahu tentang kesepakatan kami, selain aku dan Lila. Lalu, darimana kamu tahu? Apa kamu mengikutiku ke Club?"

"Aku tidak mengikutimu."

"Lalu bagaimana kamu tahu jika aku yang pergi ke Club?"

Nicho diam seribu bahasa, tak bisa mengatakan jawaban yang sebenarnya. Dia juga bingung untuk memikirkan alasan yang tepat. 

"Kenapa kamu hanya diam? Jawab, Kak?" desak Lily.

"Aku tak sengaja mendengar percakapan kalian. Karena aku mencemaskan kalian, aku pergi ke Club. Namun saat aku mencarimu, kamu tak ada disana." 

"Bohong!"

"Aku harus bagaimana agar kamu percaya padaku?"

"Pergilah Kak, aku mau istirahat." Lily membelakangi Nicho, buliran bening sudah membanjiri wajahnya. Dunia terasa hancur berkeping keping, tak ada kebaikan yang memihak padanya.

Disaat seperti ini Lily sangat ingin mempercayai seseorang yang mampu menjadi sandaran namun kebohongan yang dikatakan Nicho membuatnya semakin tak percaya pada siapapun. Bahkan orang orang terdekatnya saja, berani menusuknya dari belakang.

Nicho tak bisa berbuat apapun, memilih pergi meninggalkan Lily. 

Drrt, drrt.

Tiba tiba ponsel Nicho bergetar dan ada pesan masuk dari Ardo.

{Aku mengikuti Lila, dia sekarang berada di lokasi syuting untuk menemui Alex. Apa perlu aku rekam pembicaraan mereka?}

{Rekam saja. Siapa tahu ada hal penting yang dikatakan Alex.}

Ardo membaca pesan Nicho, segera mengeluarkan ponsel dan mulai merekam momen penting yang akan terjadi.

Brakh

"Alex kamu berhutang penjelasan kepadaku?" teriak Lila setelah menggebrak meja.

Alex tersenyum devil dan bangkit dari duduknya. "Apa ini sambutan hangat dari kekasihku setelah membuatku kecewa?" 

"Kamu yang membuatku kecewa," bantah Lila.

"Maaf sayang, aku bisa menjelaskannya padamu."

Alex mendekat dan memeluk Lila dari belakang, mengendus ceruk lehernya membuat gadis itu beringsut. "Jelaskan apa yang terjadi setelah kamu ke kamar bersama Lily, saudara kembarku?"

"Apa katamu? Saudara kembar?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gelora berbahaya Kakak   111. Operasi Plastik

    Stevani pernah berkata pada Lila jika dia memakai metode hymenoplasty yaitu operasi selaput dara, untuk mengembalikan keperawanan.Hymenoplasty terbagi atas dua prosedur, yaitu simple hymenoplasty dan alloplant. Simple hymenoplasty dilakukan saat ada selaput dara yang masih tersisa. Selaput dara yang tersisa akan dijahit sehingga bentuknya bisa kembali seperti semula.Sedangkan untuk Stevani memakai metode Alloplant (metode memasang selaput dara buatan) karena selaput dara benar- benar tidak ada yang tersisa akibat one night stand yang sering dia lakukan.Bahkan dia juga menggunakan operasi Vaginoplasty yaitu operasi vagina yang bertujuan mengembalikan vagina menjadi kencang kembali.Stevani merasa jika perlu memperbaiki ototnya yang kendur karena bergonta ganti pasangan dengan para pria hyperseks.Hal itu tentunya menjadikan Lila merasa takut jika Alex berpaling darinya dan memilih Stevani karena dunia malam tak jauh dari kehidupannya sehari hari.Ternyata persepsi Lila keliru setelah

  • Gelora berbahaya Kakak   110. Miom

    "Miom?” ucap Alex, bergetar.“Tenanglah, semua tak seburuk yang kamu pikirkan. Aku akan mengobatinya dengan kemampuanku. Okey."Alex menunduk tak bisa berkata kata. "Terima kasih, Dokter.""Dengan senang hati. Baiklah, aku permisi dulu."Alex terduduk lemas sepeninggal dokter tersebut. "Lila," ucap Alex tatkala melihat sang kekasih.Beberapa perawat mendorong brankar dengan Lila di atasnya. Mereka memindahkan Lila ke ruang VIP. Alex setia mengikuti sampai Lila berhasil di pindahkan, segera duduk menunggu wanita yang dipuja hingga Lila sadar.Alex memandang sayu wanita yang kini tergolek lemah. Dirinya sungguh menyesal mengirim chat dan memanggil Stevani. Andai tak melakukannya, hal ini tak akan terjadi. Dipandang lekat Lila yang kini menutup mata dan belum sadarkan diri. "Lila, maafkan aku. Sebenarnya aku ingin melepasmu, aku tak mau kamu menderita karena aku. Jika cintaku hanya membuatmu sakit, lebih baik aku pergi, jangan seperti ini!? Aku ingin melihatmu bahagia seperti Lila yang d

  • Gelora berbahaya Kakak   109. Semua terhenti karena Lila

    Lily sungguh kesal melihat reaksi Nicho yang tak tanggap sama sekali.Dirinya duduk di pangkuan dan menci um bibir lembut itu. Seolah merubah sosoknya seperti bukan dirinya saja. Nicho menyusuri leher jenjang Lily, memberi reaksi cipratan api gairah di diri sang adik.Nicho menci um bibir Lily, membuatnya tersenyum. "Jadi kamu benar benar ingin aku menja mahmu, Lily?"Lily mengangguk mantap, membuat Nicho menyesap lagi bibir candunya. Menjelajahi isi di dalam dan mengobrak abrik seperti orang kesetanan. Lidah saling bertautan layaknya sedang menari balet. Nicho segera membuka kancing baju Lily dan mulai melancarkan aksinya."Ah," ucap Lily, saat Nicho menyesap pelan asetnya.Tiba tiba terdengar bunyi ponsel Lily, nyaring dan berisik. Namun, Lily dan Nicho terus melanjutkan aksinya. Lily meraba dada bidang Nicho dan meremas rambut coklat itu sambil terus berciuman tanpa lelah.Lagi-lagi, ponsel Lily berdering membuat Nicho kesal. Dilepas pagutan, membuat Lily mengernyitkan kening. "Ada

  • Gelora berbahaya Kakak   108. Jamahlah aku!

    Jam sudah siang, tapi dua insan di sebuah penginapan itu belum juga terbangun. Lily mengerjapkan mata, melihat sekitar. Dirinya bangun dan berjalan ke ruang tamu, ada Nicho tertidur di sofa.Lily mendekat dan duduk di lantai berada tepat di depan Nicho, memperhatikan wajah sembab yang di usir semalam.Lily menatap intens detail wajah Nicho, dari lentiknya bulu mata untuk ukuran lelaki. Alis mata yang indah, hidung mancung dan bibirnya sensual.Melihat pergerakan Nicho, Lily segera berdiri dan berlari ke kamar mandi, menghilangkan penat dengan mengguyur tubuhnya. Nicho sendiri membelalakkan mata terkejut melihat jam sudah menunjukkan jam 11.00 siang. "Kenapa Lily berada di kamar mandi dapur?" gumam Nicho tak paham, segera mengambil pakaian ganti dan mandi di toilet kamar.Karena tadi gugup, Lily tak sempat mengambil baju ganti. Dirinya segera melilitkan handuk di tubuh dan berjalan pelan menuju kamar. Lily mengendap-endap layaknya pencuri yang akan mengambil barang berharga orang lain.

  • Gelora berbahaya Kakak   107. Lagi dan lagi

    "Apa yang kamu lakukan di sini Lila?" tanya Stevani bergerak hendak bangun membuat ranjang empuk itu bergoyang dan membuat Alex membuka mata.Alex mengucek mata dan terduduk seketika saat melihat Lila ada di depan matanya saat ini. "Lila!"Lila hampir saja menangis, tapi ditahan. Sungguh tak bisa menjelaskan suasana hatinya saat ini, antara sakit, sedih, kecewa dan dikhianati."Dia masuk tanpa izin dan mengganggu kita, Sayang," ucap Stevani, membuat Alex seketika melotot."Stevani, aku tak membutuhkanmu lagi, sekarang kamu bisa keluar," ucap Alex tegas."A-apa?""Tapi aku masih ingin melakukannya, Alex?" rengek Stevani."Cukup!" bentak Alex, membuat Stevani ketakutan.Aakh!Tiba-tiba Lila mengerang kesakitan, memegang perutnya."Lila!"Alex memegang tubuh Lila dan menggendongnya ala bridal ke ranjang."Lila, kamu tak apa-apa?”Lila segera menepis tangan Alex.Melihat itu semua membuat Stevani sungguh muak. Dirinya seperti j*l*ng saja. Habis manis sepah dibuang. Stevani segera memakai

  • Gelora berbahaya Kakak   106. Zico sudah beristri

    "Apa ini!?"Lila sangat syok melihat beberapa foto Zico menggendong seorang bayi dan seorang wanita yang tergolek lemah di atas ranjang, sepertinya si wanita habis melahirkan bayi yang digendong Zico. Di tunjukkan foto itu kepada Zico. "Bisakah kamu jelaskan padaku? Apa ini?"Zico terbelalak kaget. Tak menyangka jika ada photo dirinya di ponsel Lila."Ah itu. Itu foto adikku melahirkan dan aku mendampinginya."Catlyn dan Marco segera merebut ponsel dan melihat foto di dalamnya.Lila tersenyum. "Tapi kelihatan sekali jika kamu sangat bahagia, seperti seorang suami saja.""Jadi kamu berpikir jika aku sudah mempunyai anak dan istri, begitukah, Lila?" teriak Zico marah.Marco hampir saya memukul Zico jika saja Catlyn tak menghentikannya. Tangan mengepal erat hingga memutih, membuat Catlyn ketakutan."Maaf Zico, bukannya Lila menuduhmu, tapi seseorang dengan berani mengirimkan foto tak terduga kepada kami di saat momen sakral yang hendak kalian lakukan, jelas sekali jika dia mempunyai mak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status