Menceritakan tentang kisah romansa dari Nicholas Michelle yang mencintai adik angkatnya sendiri yaitu Lily Charoline. Konflik terjadi saat Lily berniat membantu saudara kembarnya Lila untuk memutuskan hubungan dengan Alex, produser yang menjadikan Lila artis sekaligus kekasihnya. Siapa sangka niat baik Lily malah menjadikannya terjerumus dalam masalah besar yaitu hubungan semalam dengan Nicholas. Karena Lila berniat jahat pada Lily, Nicholas berusaha menutupi aib Lily. Tak hanya itu, Nicholas juga membantu Lily di dalam suka dan dukanya sehingga lambat laun Lily merasakan jatuh hati pada Nicholas. Disaat mereka merasakan saling jatuh cinta, Lila terus mengganggu karena dia juga menyukai Nicholas. Berusaha keras menjauhkan lily dari Nicholas. Nicholas memutuskan untuk menyatakan cintanya namun rahasia yang selama ini ditutupi akhirnya terbongkar juga. Lily mendapatkan kenyataan jika yang merenggut kesuciannya tak lain adalah kakaknya sendiri berdasarkan lukisan sketsa wajah yang diingat dan kancing kemeja serta luka goresan kuku Lily. Hancur, sakit, kecewa, benci dan juga merasa dikhianati, itulah perasaan Lily saat tahu semua rahasia tentang Nicholas. Namun bukankah cinta itu buta? sehingga kesalahan seberat apapun akan dimaafkan.
Узнайте большеDi sudut ruangan, seorang gadis duduk di bangku bar, merasa tidak nyaman dengan suasana yang penuh kegaduhan dan suasana hiruk-pikuk di dalam bar.
"Dimana kamu, Alex?" Gadis itu terus berbicara sendiri, mencari-cari kehadiran Alex, kekasihnya. "Aku sudah menunggu dari satu jam tadi, apakah Alex mempermainkanku?!"
Dia adalah Lily Charoline, gadis cantik dan lekuk tubuh indah, apalagi matanya berwarna coklat hazel. Kekesalan itu semakin nampak ketika seseorang tiba-tiba memeluknya dari belakang. Dia reflek berdiri, ingin memukul orang itu karena telah lancang. Tapi begitu melihat wajahnya, dia langsung tersenyum.
"Lila sayang, kenapa kau menghindariku?" Alex membalas senyum Lila. “Aku bukan orang asing. Aku Alex, kekasihmu. Kenapa kau ingin memukulku?”
"Ma-maaf, aku hanya terkejut.” Lila dan Alex berdiri berhadapan. “Aku sudah menunggu satu jam lebih, apa ini caramu minta maaf?”
"Ciuman kerinduan," ucap Alex setelah mencium kening Lila sambil menatap intens wajah Lila. “Apa ini cukup untuk membayar penantianmu?”
Aroma alkohol, parfum, dan asap rokok bercampur menjadi satu, menciptakan udara yang pekat dan sulit untuk bernapas.
Dentuman musik keras terasa menggema di dinding, menciptakan getaran yang bisa dirasakan di setiap inci tubuh. Para pengunjung tampak menikmati diri mereka, menari dengan semangat, tertawa dan menikmati minuman beralkohol yang menghiasi meja-meja di sekeliling mereka.
Lily melotot tak percaya, seolah- olah jantungnya hampir berhenti berdetak. Wajahnya memerah, penuh dengan rasa bingung dan gugup. Matanya bahkan tak berkedip karena keterkejutan yang ia rasakan. Tak ada kata yang bisa diucapkan, hanya bisa diam terpaku menatap Alex dengan perasaan campur aduk.
"Em, aku ingin ke toilet sebentar."
"Oh begitu. Apa perlu diantar, Sayang?"
“Tidak usah, aku bisa pergi sendiri,” ketus Lily. Dia sebenarnya merasa risih karena baru kali ini dia berada di bar dengan pakaian terbuka. Lily segera pergi ke toilet sedangkan Alex tersenyum layaknya hewan buas yang siap menerkam mangsa.
Sesuai dugaan Alex, Lily pasti syok setelah mendapat ciuman pertama. Momen ini dimanfaatkan untuk memasukkan serbuk sialan ke minuman Lily sebelum dia kembali dari toilet.
Lily masih menggerutu di kamar mandi. Dia tidak menyangka Alex senekat itu menciumnya di khalayak umum, apalagi malam ini, bar sesak dengan orang-orang yang sedang berpesta.
Brengsek laki-laki itu! Harusnya dia menemui adikku, bukan menemuiku! Sialan, aku tidak bisa membiarkan adikku tau dia telah mengambil ciuman pertamaku!” Lily menggosok bibir dan memukul tembok, melampiaskan amarahnya.
Kejadian ini bermula ketika Lila, kembaran Lily, sudah tidak nyaman dengan hubungannya dengan Alex. Mereka punya wajah kembar identik, hanya saja, ada perbedaan di bagian daun telinga dan gaya rambut.
Beberapa bulan menunggu sampai Lily punya rambut panjang sebahu, sama seperti Lila, hingga rencana itu baru bisa berjalan hari ini.
Lila yang sudah muak dengan Alex, minta tolong kakaknya agar datang menemui Alex di bar dan menyatakan kalau hubungan mereka telah berakhir. Awalnya, Lily menolak karena dia belum pernah pergi ke bar sebelumnya.
"Come on Lily, kamu pasti bisa menggantikan Lila demi permintaan saudara kembarmu."
"Aku hanya perlu menolak secara halus dan pergi meninggalkan Alex. Itu saja." Desakan Lila membuat Lily luluh, apalagi Lila ada urusan penting yang tidak bisa dia tinggalkan.
Semua rencana telah disusun, bahkan kata-kata untuk mengakhiri hubungan Lila dengan Alex juga sudah siap. Tapi, keadaan benar-benar terbalik, kejadian malam di bar adalah neraka bagi Lily, tak ada satupun yang tahu akan hal itu.
Hampir sepuluh menit Lily terpaku di hadapan cermin. Setelah menarik nafas dalam, dia kembali menemui Alex, duduk dan menyunggingkan senyum manis. “Perutku sedikit bermasalah.”
"Hmm, tidak usah dipikir. Satu jam pun tidak terasa bagiku karena aku tau, kamu pasti kembali ke sini.”
Reflek lily tersenyum kikuk, semakin tak nyaman dengan bualan lelaki satu ini. Dia sadar, Alex memiliki rahasia yang tidak diberitahu Lila padanya. Pun ketika Alex menyerahkan minuman kepada Lily, gadis itu sedikit ragu, tapi Alex tetap memaksa.
“Jarang-jarang bar ini penuh sesak dengan orang berpesta. Pasti malam ini kamu merasa gerah. Minumlah, Sayang! Aku yang bayar, kok.”
Ragu-ragu Lily menerima minuman itu. Dia makin merasa tidak nyaman karena mata Alex terus memandangi lekuk tubuhnya. Ini pertama kalinya dalam hidup Lily memakai pakaian terbuka dan seketat ini.
Usai menghabiskan cocktail lemon pemberian Alex, Lily langsung menatap laki-laki itu sangat tajam. “Aku tidak mau basa-basi, ada yang harus kubicarakan, saat ini juga!”
"Mmm...” Alex menatap Lily, dia hanya tinggal menunggu efek serbuk sialan itu. “Ada apa, Sayang?”
"Alex, hubungan kita sampai...” Ucapan Lily terhenti karena kepalanya tiba-tiba pusing dan sekujur tubuhnya terasa panas.
"Hubungan kita apa? Sayang, kamu kenapa? Sayang...”
Pyar!
Gelas yang dipegang Lily terjatuh dan berserakan di lantai. Semua pasang mata melihat Lily, tapi Alex segera menenangkan mereka, terutama pelayan yang merasa jengkel karena ada pelanggan yang sengaja memecahkan gelas. “Dia kekasihku, biar aku yang urus. Oh iya, gelas yang pecah, aku bayar juga, nanti berikan saja bill-nya.”
Dengan pandangan yang semakin redup, samar-samar Lily melihat Alex membayar tagihan di bar itu, lalu duduk di sampingnya. “Sayang, kamu sakit?”
Lily menggeleng pelan, merasakan kepalanya sakit sekali dan pandangannya menjadi kabur. Pandangan matanya semakin kabur dan seketika dia pingsan. Gelap.
"Sayang, bangunlah!”
"Hei!" Alex menggoyang goyangkan tubuh Lily, tapi tidak ada respon. Dia bisa memastikan, serbuk itu bekerja semestinya.
Bar itu memiliki tiga lantai. Lantai satu dan dua untuk pelanggan yang ingin berpesta, sedangkan lantai tiga adalah penginapan yang didesain setara hotel untuk pengunjung yang ingin menikmati malam bersama kekasihnya.
Alex merebahkan tubuh Lily ke atas kasur. “Sekarang, kamu tidak bisa lagi menolak!”
Baju Lily dibuka Alex, sangat pelan, hingga semua kancingnya terlepas. Alex menarik nafas dalam, lalu menyingkirkan semua pakaian Lily. Tapi, begitu Lily tidak menggunakan sehelai kain apapun, pria itu terkejut bukan main.
"Kenapa terasa aneh? Di-dia bukan Lila, kekasihku?” Alex terus memperhatikan sekujur tubuh Lily, dari atas ke bawah. Nafsu bejat kalah dengan rasa penasarannya.
“Lila sialan! Aku tidak peduli itu dirimu atau bukan. Aku harus melakukannya, aku sudah tidak tahan lagi!” Alex menanggalkan pakaiannya dan siap merenggut kehormatan Lily. Tiba tiba…
Brak!
Pintu dibuka paksa oleh seorang lelaki kekar nan tinggi.
“Brengsek, berani-beraninya kau sentuh dia!”
Alex tersentak, dia langsung berdiri. Tatapan mereka bertemu. “Kau siapa? Berani-beraninya kau masuk tanpa izin?”
“Cepat tinggalkan kamar ini atau aku menghajarmu!”
“Apa katamu?!” Alex lari mendekati laki-laki itu, meloncat tinggi, lalu mengayunkan tangannya yang sedari tadi tergenggam.
Namun, secepat kilat, kaki kanan pria tinggi itu menerjang tubuh Alex, membuatnya terhempas hingga kepalanya terbentur pinggiran laci.
“Sialan, apa maumu?”
Lily sungguh kesal melihat reaksi Nicho yang tak tanggap sama sekali.Dirinya duduk di pangkuan dan menci um bibir lembut itu. Seolah merubah sosoknya seperti bukan dirinya saja. Nicho menyusuri leher jenjang Lily, memberi reaksi cipratan api gairah di diri sang adik.Nicho menci um bibir Lily, membuatnya tersenyum. "Jadi kamu benar benar ingin aku menja mahmu, Lily?"Lily mengangguk mantap, membuat Nicho menyesap lagi bibir candunya. Menjelajahi isi di dalam dan mengobrak abrik seperti orang kesetanan. Lidah saling bertautan layaknya sedang menari balet. Nicho segera membuka kancing baju Lily dan mulai melancarkan aksinya."Ah," ucap Lily, saat Nicho menyesap pelan asetnya.Tiba tiba terdengar bunyi ponsel Lily, nyaring dan berisik. Namun, Lily dan Nicho terus melanjutkan aksinya. Lily meraba dada bidang Nicho dan meremas rambut coklat itu sambil terus berciuman tanpa lelah.Lagi-lagi, ponsel Lily berdering membuat Nicho kesal. Dilepas pagutan, membuat Lily mengernyitkan kening. "Ada
Jam sudah siang, tapi dua insan di sebuah penginapan itu belum juga terbangun. Lily mengerjapkan mata, melihat sekitar. Dirinya bangun dan berjalan ke ruang tamu, ada Nicho tertidur di sofa.Lily mendekat dan duduk di lantai berada tepat di depan Nicho, memperhatikan wajah sembab yang di usir semalam.Lily menatap intens detail wajah Nicho, dari lentiknya bulu mata untuk ukuran lelaki. Alis mata yang indah, hidung mancung dan bibirnya sensual.Melihat pergerakan Nicho, Lily segera berdiri dan berlari ke kamar mandi, menghilangkan penat dengan mengguyur tubuhnya. Nicho sendiri membelalakkan mata terkejut melihat jam sudah menunjukkan jam 11.00 siang. "Kenapa Lily berada di kamar mandi dapur?" gumam Nicho tak paham, segera mengambil pakaian ganti dan mandi di toilet kamar.Karena tadi gugup, Lily tak sempat mengambil baju ganti. Dirinya segera melilitkan handuk di tubuh dan berjalan pelan menuju kamar. Lily mengendap-endap layaknya pencuri yang akan mengambil barang berharga orang lain.
"Apa yang kamu lakukan di sini Lila?" tanya Stevani bergerak hendak bangun membuat ranjang empuk itu bergoyang dan membuat Alex membuka mata.Alex mengucek mata dan terduduk seketika saat melihat Lila ada di depan matanya saat ini. "Lila!"Lila hampir saja menangis, tapi ditahan. Sungguh tak bisa menjelaskan suasana hatinya saat ini, antara sakit, sedih, kecewa dan dikhianati."Dia masuk tanpa izin dan mengganggu kita, Sayang," ucap Stevani, membuat Alex seketika melotot."Stevani, aku tak membutuhkanmu lagi, sekarang kamu bisa keluar," ucap Alex tegas."A-apa?""Tapi aku masih ingin melakukannya, Alex?" rengek Stevani."Cukup!" bentak Alex, membuat Stevani ketakutan.Aakh!Tiba-tiba Lila mengerang kesakitan, memegang perutnya."Lila!"Alex memegang tubuh Lila dan menggendongnya ala bridal ke ranjang."Lila, kamu tak apa-apa?”Lila segera menepis tangan Alex.Melihat itu semua membuat Stevani sungguh muak. Dirinya seperti j*l*ng saja. Habis manis sepah dibuang. Stevani segera memakai
"Apa ini!?"Lila sangat syok melihat beberapa foto Zico menggendong seorang bayi dan seorang wanita yang tergolek lemah di atas ranjang, sepertinya si wanita habis melahirkan bayi yang digendong Zico. Di tunjukkan foto itu kepada Zico. "Bisakah kamu jelaskan padaku? Apa ini?"Zico terbelalak kaget. Tak menyangka jika ada photo dirinya di ponsel Lila."Ah itu. Itu foto adikku melahirkan dan aku mendampinginya."Catlyn dan Marco segera merebut ponsel dan melihat foto di dalamnya.Lila tersenyum. "Tapi kelihatan sekali jika kamu sangat bahagia, seperti seorang suami saja.""Jadi kamu berpikir jika aku sudah mempunyai anak dan istri, begitukah, Lila?" teriak Zico marah.Marco hampir saya memukul Zico jika saja Catlyn tak menghentikannya. Tangan mengepal erat hingga memutih, membuat Catlyn ketakutan."Maaf Zico, bukannya Lila menuduhmu, tapi seseorang dengan berani mengirimkan foto tak terduga kepada kami di saat momen sakral yang hendak kalian lakukan, jelas sekali jika dia mempunyai mak
Nicho segera mengambil nasi dan memotong ikan sebagian, mulai makan ditemani keheningan malam, makan dengan begitu lahap. Entahlah mungkin karena lapar atau karena masakan dari Lily, yang jelas Nicho sungguh bahagia sekaligus sedih, saat ini.Air mata menetes jatuh di makanan sehingga terasa asin. Namun, Nicho terus makan dengan lahap tanpa menghiraukan air mata yang kini semakin deras menetes.Uhuk. Uhuk.Saking semangat makan dalam tangis, Nicho sampai tersedak.Bugh.Bugh.Nicho memukul mukul dadanya sendiri dan segera minum jus yang dibuat Lily.BrakhNicho menggebrak meja, meluapkan semua amarahnya. "Brengsek kamu Dilon. Tega sekali kamu menjeratku, menodai sucinya persahabatan kita. Aku tak akan pernah memaafkanmu, argh," teriak Nicho kesal. Dirinya bangkit dan mulai mencuci piringnya dan sisa Zoya, membereskan semua sisa makanan.Memandang nanar pada pecahan gelas yang tadi sempat dijatuhkan Lily, Nicho segera mengambil sapu dan memungutnya ke tempat sampah. Dirinya terus fokus
"Kamu?" teriak Nicho."Kamu?"Dilon juga terkejut dengan adanya Zoya di tempat itu. Sungguh tak menyangka jika Zoya begitu nekat mengikutinya.Sebelumnya Dilon berpamitan pada Zoya, akan pergi menemui Nicho dan mengatakan perihal kehamilannya. Namun, Zoya malah mengikutinya dan berjalan satu langkah di depannya."Kenapa kamu ada di sini Zoya?" bentak Dilon."Jangan halangi aku Kak, aku mau mengatakannya langsung kepada Nicho," ucap Zoya mendekat.Nicho sendiri merasa linglung saat ini. Dia tak mengerti apa-apa, melihat ekspresi Lily yang sedih dan menghindar darinya. "Ada apa sebenarnya? Lily, katakan padaku?" pinta Nicho."Aku hamil anakmu, Nicho dan kamu harus bertanggung jawab," ucap Zoya lantang."Apa?"Nicho lebih syok dibanding Lily.Bagaimana tidak? dia tak menyentuh Zoya, tapi kini disuruh bertanggung jawab. "Kamu gila Zoya.""Ya, aku sudah tergila-gila denganmu dan kamu harus bertanggung jawab, Nicho.""Apa yang harus aku pertanggungjawabkan? Sedangkan aku tak pernah menyentu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Комментарии