Pov Ningrum
"David! Mau ngapain? Jangan gitu aku deg-degan," ucapku karena tubuh David begitu dekat dengan tubuhku. Wajahnya mengarah ke wajahku membuat jantung ini berdegup tak beraturan.
"Panggil aku, Sayang! Abang! Mas! Atau Ayah kaya Tiara. Masa Davad David!" jawabnya seraya mengarahkan wajahnya lebih dekat.
"Ih David! Belum siap akuh!" Nanti juga akan mengalir dengan sendirinya panggilan Sayang itu," kilahku.
"Sayang," panggilnya lirih. Kali ini David berani mengecup bibirku.
"Davidddd!! Setopppp! Aku mau pipis," ucapku seraya berlari ke kamar mandi. Bukan apa, tapi jantung ini tak dapat kukendalikan.
Tak terasa pernikahan Ningrum dan Ilham sudah memasuki tahun pertama pernikahan. Rasanya baru kemarin mereka menikah, tapi sudah satu tahun. Begitu banyak kesabaran yang harus dihadapi Ningrum. Nyatanya, sikap asli Ilham mulai terlihat. Apa Ilham egois? Hanya Ilham yang tahu. Entah apa yang membuat pria itu menjadi dingin pada istrinya. Suaminya itu lebih banyak diam. Membuat Ningrum berpikir kalau Ilham belum bisa melupakan Tiara. Atau kehadiran seorang anak yang menyebabkan suaminya lebih banyak diam?Kebahagian rumah tangga Ningrum harus diuji ketika sikap Ilham mulai berubah. Apa sebenarnya penyebabnya?Keduanya ingin pindah dari rumah Adit dan Tiara. Namun, Adit tidak mengijinkannya. Bagi Adit kumpul bersama keluarga adalah yang paling utama. Semakin banyak keluarga maka akan semakin rame juga rumahnya. Di depan mereka, Ilham mampu terlihat biasa saja. Tapi jika hanya ber
Pagi ini Ningrum pulang dengan rambut basah. Dan langsung duduk ikut sarapan dengan yang lain."Darimana kamu?" selidik Ilham curiga karena wajah Ningrum terlihat sangat senang tak seperti biasanya."Nginep di tempat temen, Mas. Mau pulang semalam udah keburu larut malam," jawab Ningrum sambil menyendok nasi goreng."Lain kali biasakan menghubungi suami, biar nggak panik di rumah," ujar Tiara."Udah deh, Mbak. Nggak usah dibahas." Ningrum urung melanjutkan sarapan dan langsung masuk ke kamar. Tiara jadi merasa tak enak terutama pada suaminya."Maaf, mungkin aku salah berbicara seperti itu," ucap Tiara.Ilham berpamitan pada Adit dan Tiara lalu menyusul Ningrum ke kamar. Sampai di kamar mereka berde
Hah … kenapa bisa seperti ini. Itu vidioku dengan Hildan sedang memadu kasih. Siapa yang melakukannya? Apakah Hildan yang tega merekam? Tapi untuk apa? Air mataku menetes dengan sendirinya. Tak menyangka dengan apa yang kulihat. Bibirku bergetar tak berani menatap wajah Ilham. Tiara, Milka, Mas Adit, semua tak menyangka dengan perbuatanku. Saat Mbak Tiara melihat dengan jelly wajah laki-laki yang sedang buas menerkaku dia pun berucap."Itu bukanya Dokter Hildan?" tanya Tiara."Ningrum!!!!" pekik Ilham membuatku takut. Ah, siapa yang tega melakukan ini.Di vidio itu aku nampak seperti perempuan yang menjijikan sungguh. Bagaimana ini ini? Apa yang harus aku katakan dengan Vidio itu."I … itu bukan aku!" Sebisa mungkin aku mencoba untuk berkila
"Mas Adit," lirihku."Hildan lepasin aku!" Kudorong tubuh Hildan hingga tersungkur. Mata ini terus menatap pada Mas Adit. Di belakang dia juga ada Ilham. Sial ….Buk!Buk!Buk!Tiga kali Mas Adit melayangkan tonjokan untuk Hildan."Kamu! Detik ini juga kujatuhkan talak tiga!" pekik Ilham."Jangan pernah injakan kaki di rumah atau pun klinik ini lagi!" tegas Mas Adit."Ini nggak kaya yang Mas Adit lihat! Ini salah paham," kelitku."Nggak usah banyak berkelit! Kamu pikir aku bodoh!" Ilham menimpali penuh emosi.
"Am, lo ditinggal Ningrum selingkuh nggak ada rasa sedih?" tanya Milka sambil asik mengunyah cemilan favoritnya."Jujur ya, sebenarnya selama ini gue itu nggak ada perasaan untuk Ningrum. Cuma melihat perjuangan dia buat dapetin gue, Nggak ada salahnya gue nyoba. Eh apeknya, ketipu gue sama muka polosnya." Ilham tertawa mengingat awal perkenalan dengan Ningrum."Masa sih, nggak ada perasaan buat, Ningrum?" tanya Tiara menimpali. "Kamu nggak ingat waktu nggombalin Ningrum di depan kami? Ya 'kan, Mas?" Tiara mengalihkan pembicaraan pada suaminya."Ya, itukan dalam proses mencintai, Ra. Tapi sumpah, aku berusaha mencintai Ningrum itu membutuhkan perjuangan super extra. Berasa nikah sama ABG labil. Gila!" celetuk Ilham yang ditertawakan oleh Adit."Serius itu ngomong begitu?" Milka mengubah posisi duduk menghadap Ilham. Dia ingin m
"Mas kamu kenapa jarang pulang?" Protes Ida pada Hildan."Kamu nggak mau kan tinggal di rumahku yang dekat dengan rumah sakit dan kantor. Kamu lebih suka tinggal numpang bersama Abangmu yang benci banget sama aku! Tambah lagi si Sandra Kaka ipar kamu itu!" cetus Hildan."Pokoknya kamu jangan macam-macam lagi di belakang aku, Mas!" ancam Ida."Sadar diri kamu! Seperti apa bentuk tubuhmu! Tidak ada pria yang mau jadi suami kamu, Da! Nggak usah belagu!" cemoh Hildan berbisik di telinga Ida. Sungguh, seketika Ida teringat kelakuan Abangnya pada Tiara. Seperti inikah sebuah karma. Kalau tidak berpikir panjang tentang anak, mungkin saja Ida sudah meninggalkan Hildan. Tapi dia masih memberi kesempatan untuk Hildan. Dia menganggap ini karma hidupnya. Dulu dia sendiri mneyuruh Abangnya menduakan Tiara. B
"Mas! Kamu nggak apa-apa?" tanya Ida pada Ningrum. Sebenarnya Ida sendiri syok melihat Ningrum dan suaminya. Seperti tidak ada tempat lain untuk melakukannya."Tutup pintunya," ucap Ilham. Ida mengangguk dan langsung menutup pintu. Sementara itu, Ida melihat madu dan suaminya tengah mengenakan pakaian. Sementara Ilham kembali memuntahkan sesuatu meski telah menahannya. "Hhhooekk.""Hhhooekkk." Hanya air liur yang keluar dari mulutnya."Mas! Kamu nggak apa-apa kan?""Nggak apa-apa gimana? Aku jijik. Emang kamu nggak jijik?" tanya Ilham pada Ida."Udah nggak usah dibahas. Kepalaku pusing," sungut Ilham. Ida jadi merasa tidak enak.Krek!
Adit sudah sampai di Swiss beberapa jam yang lalu. Dia pun segera memberi kabar pada Tiara.Setelah memberi kabar pada Tiara, Adit dan Bara pun keluar untuk bertemu client.Bruk!Seorang perempuan menabrak Adit."Zilfa?" ucap Adit senang."Aa … Adit?" ucap Zilfa tak kalah senang."Ya Tuhan … Zil! Lo apa kabar? Nggak nyangka gue ketemu lo disini.""Iya, gue juga nggak nyangka ketemu lo disini. Lo apa kabar? Udah nikah?" tanya Zil."Udah mau punya anak tiga malah. Oh iya, gue buru-buru. Ni kartu nama gue. Jangan lupa lo hubungi gue," ucap Adit berlalu menyusul Bara.&nb