Share

Bab 6

Author: RENA ARIANA
last update Last Updated: 2021-06-21 12:29:58

"Ra, bangun …  nyenyak banget tidurnya." Dokter Adit menepuk wajahku, membuat mataku terbuka secara perlahan. "Biasanya, di facial itu sakit, kok kamu malah tidur nyenyak?" tanyanya. Aku tertawa menahan rasa malu. 

 

 

"Em, gak tahu, Dok. Gak ada rasa sakit. Ada dikit, dikit … banget …. Tapi, entah kenapa sakit itu tidak terasa dan dapat terkalahkan oleh rasa kantuk," jawabku penuh keramahan. 

 

 

"Ya ampun, Tiara … kamu ini lugu dan polos," ucapnya. Ya ampun Dokter Adit ,,, please simpan senyumu, aku bisa meleleh kalau seperti ini.

 

 

"Tuh kan, senyum sendiri. Kenapa? Saya ganteng?" cetusnya. 

 

 

"Hahahahah, ampun deh, PD banget," ucapku. Padahal dalam hati memang iya banget malah. Istighfar Tiara, Astagfirullah….

 

 

"Please jangan panggil saya Dokter, tapi kita berteman?" 

 

 

"Oke, Adit … terima kasih mau menjadi temanku yang buruk rupa dan jauh dari kata sempurna ini," celetukku tanpa rasa canggung. Kami betul-betul telah merasa cocok untuk berteman.

 

 

Adit mengambil kaca dan memberikannya padaku. Alamak, memang jerawatku sudah pada kempes, tapi wajahku kini penuh tanda merah. Aw ,,, baru terasa ada rasa perih. Perih atau pedih? Entahlah intinya semacam itu. Kupegang wajah ini secara perlahan.

 

 

"Dok." Tidak ada jawaban … aku mencobanya kembali.

 

 

"Dok ,,, dok ,,, dok ,,,."  

 

 

Masih tidak ada jawaban. Ini orang kenapa ya? Masa iya ganteng-ganteng tidak dapat mendengar?

 

 

"Adittttttttttt!!!!!!!!!" Triaku. 

 

 

"Aku di sini, Tiara … jangan berteriak. Memang aku tuli?" tuturnya.

 

 

"Ih … bukan gitu, Dok. Habis saya panggil-panggil gak mau nyaut. Ini saya mau nanya, merah-merah ini bakal ilang gak? Masa kirikilnya lepas, bekas kirikilnya lebih menyeramkan," keluhku.

 

 

 

"Oh tenang. Saya punya ini." Dengan menampakkan gigi yang rata, Dokter Adit mengeluarkan satu paket perawatan wajah.  

 

 

"Dalam dua minggu, wajahmu akan bebas jerawat, komedo, dan flek parah. Wajah juga akan terlihat glowing alami," terangnya.

 

 

"Wah ,,,, Dok, ini kan krim wajah yang suka diposting oleh penulis favoritku, Rena Ariana ….," ucapku.

 

 

"Iya, dia itu memang salah satu custumer saya. Biar cepat glowingnya, jangan lupa rajin konsultasi. Selama proses penyembuhan, jangan makan makanan yang mengandung banyak kadar minyak, karena kulit wajahmu tipe berjerawat. Hindari setres dan rajinlah mencuci muka. Gunakan krim ini siang dan malam. Di kemasan ada cara pemakaiannya," terangnya. Wah ternyata Mbak Rena kenal Dokter Adit. 

 

 

"Baiklah, Dokter Adit. Terima kasih banyak," ucapku. Ingin rasanya berkata, 'Terima kasih Dokter tampan, tapi takut di serampang. Wkkwkwkwk'

 

 

****

 

 

"Ehem … ehem … asyik banget ngobrolnya!" celetuk Mba Milka yang entah kapan dia tibanya. Mba Milka langsung datang dan duduk menghampri kami.

 

 

"Ra, Ayok pulang," ajaknya. Aku terdiam. "Lihat tu udah pukul 11.30 siang. Di depan banyak yang mau konsultasi juga," ucap Mba Milka.

 

 

"Hheheh iya … makasih Adit. Kami pulang dulu," ucapku sambil menarik tangan Mba Milka. Entah, sepertinya Kakak iparku ini bingung terihat matanya melotot saat aku memanggil Dokter Adit, tanpa embel-embel Dokter. Cckkckck, bodo agh, yang penting hari ini aku happy. Sangat happy, Tiara seperti terlepas dari kandang singa dapat bernafas dengan bebas.

 

 

"Tiara! Jangan lupa! Mulai besok kita mulai program dietnya!" triaknya mengingatkan.

 

 

"Siap, Adit!" Mba Milka masih termenung melihat sikapku. Lucu banget jika wajahnya seperti ini …

 

 

 

Buk !

 

 

Aw ,,, aku menabrak seseorang saat keluar dari klinik Adit.

 

 

"Hati-hati, Ra," ucap Mbak Tiara.

 

 

 

"Dasar kebooo!!!!! Emang ya, kalau kebo itu gak bisa jalan pake mata! Secara gitu, keberatan badan,"maki seseorang yang suaranya tak asing di telingaku. 

 

 

"Hoh, ternyata anak dari keluarga kurang beradab ya? Pantas bahasa yang keluar, bahasa mulut tidak berpendidikan," balasku memaki tatkala mataku melihat kearahnya. Siapa lagi kalau bukan Ida dan Sandra calon iparnya. Mereka memang cocok.

 

 

"Aduh kalian ini, cantik si, tapi sayang, mulutnya bau sampah! Jangan menghina! Bisa saja besok kalian yang berada di posisi Tiara! Jangan sukak menyakiti hati orang lain dengan mulut kalian, kalau tidak mau mulut kalian itu bau tempat sampah busuk!" cetus Mba Milka. 

 

 

 

"Widih, biarkan saja Mba Sandra. Lihat tu gajah, abis nyalon, hahahhaha mukanya malah budukan begitu. Dasar! Jelek mah jelek aja keles!" lontar Ida. 

 

 

"Oh gitu ya, kalau gitu, minggir! Gajah mau lewat!" Dengan menarik tangan Mba Milka, aku sengaja menabrak Ida dan Sandra hingga mereka tersungkur. Tidak lupa, setelah mereka terjatuh, aku memutar balik dan sengaja menginjak tangannya. 

 

 

"Awww … sakit!" pekiknya. 

 

 

Tak peduli, kuabaikan keduanya. 

 

 

*****

 

 

"Nanti sampai rumah, kamu langsung pake scincarenya," ucap Mba Milka.

 

 

 

"Siap, Mba. Makasih ya, sudah mengenalkan Tiara sama Dokter Adit."

 

 

 

"Sama-sama, Sayang …." Ya Allah Kakak Iparku ini sangat baik. Pantas saja Ibu sangat sayang padanya. Tidak semua mertua itu jahat, hanya ada beberapa. Dan tidak semua menantu tidak mau menghargai mertua, seperti Mba Milka yang sangat menghargai Ibu dan Ayah.

 

"Kamu cepat akrab ya sama, Adit?" ucapan Mba Milka kali ini benar-benar mampu membuat kerongkonganku mengering.

 

"Iya, Mba. Dia lucu, baik."

 

"Ganteng lagi! Jomblo lo!" sambarnya ketika aku belum selesai berbicara.

 

"Mba lupa? Aku ini kan masih istri Bara. Lagi pula tidak mungkin, Mba," ucapku.

 

"Tidak mungkin kenapa? Minder sama tubuhmu? Mba yakin kamu bakal bisa memikat hati Adit," cetusnya.

 

 

"Agh, Mba ini. Jangan bikin Tiara terbang ke awan. Nanti kalau jatuh sakit, Mba.

 

"Lihat saja kalau program dietmu berhasil. Inget mulai hari ini, jangan terlalu banyak makan nasi! kurangin makanan berminyak yang bisa menumpuk lemak. Jangan terlalu banyak minum air dingin apalagi dingin dan manis. Mulai besok, taro irisan lemon di botol minumu. Dan ... rajin olahraga pastinya. Hehhehe Mba Milka sok tahu ya? Hihihi maaf, itu akan menjadi urusan kamu dan Adit," jelasnya.

 

Aku memeluk Mba Milka. Mengucapkan banyak terima kasih. 

 

Hem ... apa kabar si kembar. Bundanya malah asyik sendirian. Maafka Bunda kembar .... 

 

*****

Aku dan Mba Milka pulang dengan perasaan senang. Tidak sabar untuk besok. Mulai besok aku akan banyak menghabiskan waktu dengan Handshome Dokter. ' Ampun Tiara ,,, mikir apaan si?' Ada-ada saja aku ini.

 

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yanie Abdullah
jangan terlalu lebay dong
goodnovel comment avatar
Poernama
semangat Tiara
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gendut Alasan Suami Mendua   ENDING

    ENDING"Apa anda benar-benar tidak tahu dimana keberadaan Milka?" Ilham bertanya pada Rian bos istrinya itu."Saya tidak tahu, Pak Ilham. Benar. Untuk apa saya menyembunyikan istri anda?" jawab Rian mulai terbawa emosi dengan pertanyaan Ilham yang terkesan menyudutkan bahwa Rian mengetahui keberadaan Milka. "Sudah enam bulan ini saya kehilangan kontak dengan Milka semenjak dia mengundurkan diri dari perusahaan saya," lanjut Rian lagi. Ilham pun meminta maaf pada Rian. "Maaf, kalau begitu saya pamit dulu," ucap Ilham kemudian beranjak dari ruangan Rian. Sampai di depan ruangan Rian, Ilham menjambak rambutnya. Menahan pusing dan sakit kepala yang hampir pasrah mencari keberadaan Milka. Bahkan bertanya pada keluarganya pun Ilham tidak mendapatkan jawaban apapun."Kemana kamu, Sayang!" jerit Ilham dalam hati. "Aku sangat merindukan kalian berdua. Istri dan anakku. Rasanya begitu menyiksa. Tolong hubungi aku, Milka. Aku rindu. Aku bisa gila kalau seperti ini terus. Kenapa kamu tega sekali

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Akhirnya

    POV IDA"Gimana?" ulangku bertanya. Setujukah? Biar adil. Hidup itu harus adil!" Aku mendekati wajah suami dan istri sirinya itu. "Kurang ajar kamu!" ucap Putri. "Wah! Aku gak kurang ajar dong. Mas Hildan itu suamiku. Dari mana aku kurang ajar? Disini ada hakku dan anak-anakku. Pilih saja! Kehilangan rumah, atau usaha dengan segala kemewahannya?" Aku kembali mengingatkan kehancuran mereka yang sudah berada di depan mata."Dasar wanita brengsek!" maki Putri tidak terima. Jelas saja aku meringis mendengar makiannya. Rasanya manusia bodoh satu ini memang ingin ditertawakan. "Ha! Aku brengsek? Loh, bukannya kamu yang brengsek?" kataku lagi. Muak sudah aku dengan keduanya. Tak peduli kalau kami harus bercerai. Tapi aku juga tidak mau jika cerai tidak mendapat apapun. Lagi, aku punya dua anak dengan Mas Hildan. "Udah, Mas. Kasih saja. Yang penting perempuan ini enyah dari kehidupan kita," ucap Putri. Aku tersenyum girang. "Yes!" batinku dalam hati. "Satu lagi." Aku kembali berbicara mem

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Rencana

    RencanaPOV IDAKeributan besar terjadi di rumah malam ini. Mas Bara membawaku pergi ke sebuah rumah minimalis yang lumayan mewah dan mobil mewah terparkir di halaman itu. Saat kutanya pada Bang Bara itu rumah dan mobil siapa, Bang Bara jawab Hildan. Membuatku tak percaya. Namun ketidakpercayaan itu berubah jadi rasa percaya ketika Hildan keluar dari rumah itu bersama dengan perempuan cantik. Kemudian mereka masuk ke dalam mobil. Yang membuatku lebih kaget lagi, pakaian Mas Hildan sangat berkelas layaknya orang kaya berduit. Jelas saja membuatku terpana. Tega sekali dia berlaku seperti ini padaku dan kedua anakku. Singkat cerita, aku pun mengikuti Mas Hildan dan perempuan itu ternyata mereka pergi ke hotel. Setelah keduanya keluar lagi dari hotel, akupun masuk ke dalam hotel bersama Bang Bara, bertanya pada Resepsionis siapa mereka. Dan yang mengejutkan, ternyata mereka adalah pemilik hotel itu. Aku benar-benar ditipu mentah-mentah. Setelahnya, aku dan Bang Bara memutuskan pulang ke r

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Kacau balau

    Kacau balauIlham menatap pilu kepergian Milka. Rasanya seolah ada yang menyayat hatinya. "Kenapa setelah aku menyadari perasaan sayangku, justru kamu pergi dariku, Milka," lirih Ilham. Laki-laki itu pun melangkah ke kamar dengan perasaan yang tak menentu. Seolah hilang arah dan seketika tidak memiliki semangat dalam hidup. Seharian, Ilham hanya diam di kamar. Tidak makan ataupun minum. Ia hanya meratap memikirkan Milka dan anaknya. Semua seolah berbalik 180 derajat Biasanya saat ada Milka dia tak pernah merasakan hal seperti itu meskipun dalam hatinya dia mencintai Tiara juga. Namun saat ini, perasaan cinta pada Tiara seolah hilang, dan justru terfokus pada Milka dan anaknya. "Seperti inikah rasanya berharga seseorang setelah pergi? Kenapa berharganya seseorang terasa setelah kepergiannya. Kenapa saat bersama seolah semua biasa saja?" lirih Ilham seraya menjambak rambutnya. ***"Bund, Ayah mau ke tempat Ilham dulu. Sudah tiga hari ini, dia tidak masuk kantor. Nomor juga tidak aktif

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Butuh waktu

    Butuh Waktu"Hari ini kami tidak boleh berangkat kerja, Milka," cegah Ilham saat Milka sudah siap dengan pakaian kantor dan tas di tangannya."Aku kariawan orang. Tidak bisa seenaknya begitu!" balas Milka. "Tapi aku suami kamu, dan kau berhak melarangmu!" tekan Ilham lagi sembari menghalangi Milka yang sudah siap hendak membuka pintu. Ilham sendiri berdiri di depan pintu kamar lalu mengunci pintunya dan mengambil kunci itu supaya Milka tidak bisa keluar dari kamar. "Awas, Mas! Aku mau kerja nanti kesiangan!" ucap Milka geram. "Kamu gak ada masuk kerja hari ini. Begitupun aku. Aku tidak tahan didiamkan oleh kamu! Kita selesaikan masalah kita. Jangan keras kepala, Milka! Jangan seperti anak kecil! Kamu itu seorang Ibu. Mari bicara dengan kepala dingin!" ujar Ilham. "Duduk!" pintanya sambil mendorong tubuh Milka hingga wanita itu pun terduduk di tepi ranjang. Wajah Ilham mendekat pada Milka, sementara Milka membuang muka. "Aku tanya sama kamu, kamu benar-benar ingin pisah dari aku? T

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Menyedihkan

    MenyedihkanTepat pada pukul 20.00 seperti yang telah disepakati, Bara pergi menemui Pak Santoso. Bersyukur Pak Santoso tidak membatalkan proyek kerja samanya. Jadi, Bara pun merasa aman. Setidaknya, Bara tidak kehilangan pekerjaannya. Setelah selesai menemui Pak Santoso, Bara pun langsung berpamitan untuk pulang. Namun, langkahnya terhenti ketika dirinya mendapati Hildan turun dari mobil bersama wanita cantik. Penampilannya juga sangat rapi tidak seperti saat sedang berada di rumah. Bahkan, pakaian yang Hildan gunakan juga tidak sama seperti pakaian yang dipakai saat bertengkar dengan Ida siang tadi. "Masa sih Hildan pura-pura miskin di depan istrinya? Kelewatan," batin Bara. Namun, saat dirinya ingin berontak, Bara kembali teringat kesalahannya di masa lalu. "Tidak mungkin kesalahanku ditanggung oleh Ida. Hildan! Rasanya aku ingin membunuhmu!" batin Bara sambil mengepalkan kedua tangannya. Diam-diam Bara pun mengikuti Hildan dan wanita itu. Langkah kaki Bara terhenti di sebuah ho

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status