Tujuh bulan yang lalu sebelum Tante Sonya bertemu Gerald.
Siang ini Tante Sonya sedang kedatangan tamu penting di ruangan kantornya. Dia bahkan harus berpesan pada sekretarisnya agar tidak mengganggunya, dan melarang siapapun masuk ke ruangannya. Tamu penting yang dihadapi Tante Sonya adalah dua orang pejabat dari dinas departemen perikanan dan kelautan setempat.
Pak Handoyo dan Pak Guntoro, merupakan orang penting dan memiliki kewenangan penuh dalam memuluskan kerjasama proyek ekspor benih lobster ke beberapa negara termuka di kawasan Asia dan Amerika, terutama negara Jepang yang benar-benar diincar oleh perusahaan tempat Tante Sonya mengabdi.
Tante Sonya memiliki tugas dan tanggung jawab penuh agar proyek tersebut sukses dan berkelanjutan. Bonus besar dan kesempatan tinggal di Jepang selama tiga bulan sudah menanti Tante Sonya, jika tender proyek itu benar-benar dimenangkan oleh perusahaannya.
Guna kepentingan hal tersebut di atas, Tante Sonya berusaha bersikap manis kepada dua tamu pentingnya itu. Walau perut buncit, kepala botak, wajah tua dan sikap mesum mereka benar-benar telah membuat Tante Sonya jengah dan muak. Dia memang sitri yang kurang mendapat kepuasan batin dari suaminya, namun bukan yang seperti itu juga seleranya.
Tatapan mata Pak Handoyo dan Pak Guntoro selalu jelalatan saat melihat tubuh Tante Sonya yang seksi dan aduhai. Tante Sonya merasa pandangan kedua bandot tamunya lama-lama seperti menelanjangi dirinya. Senyum mereka pun lama-lama sangat menjijikkan. Dan Tante Sonya hanya membalasnya dengan senyum manis.
“Jadi bagaimana Bapak-bapak. Seberapa besar peluangnya perusahaan kami memenangkan tender ekspor yang ke Jepang itu?” tanya Tante Sonya sambil tetap berusaha menyenangkan kedua tamunya walau hatinya sangat mangkel.
Mendengar pertanyaan Tante Sonya, Pak Handoyo dan Pak Guntoro sontak saling bertatapan. Lalu keduanya tersenyum. Wajah mesum mereka yang biasa berhadapan dengan Pak Himawan sebelum digantikan Tante Sonya, seketika berubah semringah. Karena pertanyaan itu yang sejak tadi mereka tunggu-tunggu.
Pada tender-tender sebelumnya Pak Handoyo dan Pak Guntoro tidak perlu lagi membahas komisi karena Pak Himawan sudah memahaminya. Bukan hanya komisi persentase yang sangat menggiurkan, namun dua orang wanita panggilan kelas tinggi pun sudah disiapkan. Dari mulai selegram sampai artis sinetron yang sedang naik tahta.
Namun kali ini dua bandot tua itu mempunyai maksud lain setelah melihat sosok Tante Sonya yang sangat menggiurkannya. Mereka tidak menyangka akan berhadapan dengan wanita yang sangat cantik dan seksi seperti Tante Sonya.
Sejak pertama bertemu, keduanya sudah terkesima dan saling mengirim kode rahasia untuk bisa menggarap istri salah seorang dosen kampus ternama itu secara bersama-sama.
“Begini, Bu. Biasanyakan kami berurusan dengan Pak Himawan. Kalau beliau sudah tahu berapa komisi yang harus kami terima dari perusahaan ini, dan ada bonus tambahan yang biasanya selalu dia persiapkan sebelumnya,” jawab Pak Handoyo sambil kembali tersenyum mesum nan licik.
Hati Tante Sonya ingin muntah. Sebenarnya dia pun sudah mendapat penjelasan singkat dari Pak Himawan tentang trik menaklukan para mafia dan cecunguk seperti dua bandot yang kini sedang berada di ruangannya.
“Pak Han, kami sangat mengerti dan akan memenuhi persyaratan itu seperti yang biasa Pak Himawan lakukan selama ini. Percayalah, struktrural kami memang berubah namun kebijakan tetap seperti biasa, sesuai yang telah digariskan selama ini,” ucap Tante Sonya dengan tenang dan berwibawa.
“Oh bagus. Kamu sangat bersyukur kalau Ibu sudah mengerti dan tahu tentang itu, bagus, sangat bagus.”
“Ya terima kasih, Pak. Lantas apa yang harus kami lakukan sekarang?”
“Hmmm, begini Bu. Kali ini sepertinya kita akan menemukan sedikit masalah, karena adanya kekurangan-kekurangan yang perlu segera ibu ketahui sekaligus dilengkapi dan dipenuhi. Agar tidak menimbulkan permasalahan yang cukup pelik dalam proses selanjutnya,” timpal Pak Handoyo.
“Kekurangan dan masalah apa, kalau boleh saya tahu, Pak? Mungkin saya bisa membantu memperbaiki atau melengkapinya sekarang juga.” Tante Sonya menjawab tegas dan masih dengan senyum manisnya, walau dadanya mulai sedikit bergemuruh karena muak yang ditahan.
“Gak banyak sih Bu, kekurangannya hanya satu, dan kebetulan kekuarangan itu ada dalam diri ibu. Namun kabar baiknya, Ibu pasti bisa membantu kami untuk mengusahakannya,” balas Pak Handoyo santun.
Mata kedua bandot itu tampak berbinar-binar. Secercah harapan yang telah mereka pantaunya sejak tadi, tampaknya tak lama lagi akan segera digenggamnya dengan mudah.
“Wah kebetulan dong kalau begitu, Pak!” seru Tante Sonya excited. “Saya akan segera melengkapai dan memenuhinya. Yang penting tender itu benar-benar jatuh ke perusahaan kami.” Tante Sonya agak sedikit antusias. Dia berharap segalanya segera tuntas dan kedua bandot itu segera beranjak dan enyah dari hadapannya, dan duduk manis di rumahnya menunggu transferan dari atasannya.
“Kalau masalah keberhasian tender jatuhnya kemana, itu sudah menjadi jaminan kami. Perushaan ini tentu saja yang menjadi prioritas kami. Tapi dengan syarat kekurangan yang satu itu sudah terpenuhi.”
“Ya kamu pesti memebuhinya dengan segera Pak!”
“Kami jamin proyek itu akan jatuh keperusahaan ini. Sebannya kami sudah membawa dokumennya tinggal kami tanda tangani saja. Bagaimana Bu, sanggup untuk memenuhi kekurangan yang satu itu?” tanya Pak Handoyo dengan seringai mesumnya.
Walau kalimat yang disampaikan dua bandot ini sejak tadi terkesan berbelit-belit dan sedikit ambigu. Namun Tante Sonya yang terbiasa dengan metode kerja praktis, terpaksa harus besabar dan mengalah.
“Baiklah, kalau begitu, sekarang sebutkan kekurangannya apa, biar secepatnya saya usahakan. Dan yang terpenting dokumen ini bisa segera Bapak-bapak tanda tangani,” kata Tante Sonya dengan sangat gembira setelah melihat dan menerima dokumen yang disodorkan Pak Handoyo.
Tante Sonya mengkaji dan membaca beberapa point penting dalam dokumen tersebut. Semuanya asli. Kontrak proyek yang dimaksud pun sudah mencantumkan nama perusahaannya. Bahkan cap dan meterai pun sudah dipersiapkan hanya tanda tangan basah dari kedua orang di depannya saja yang belum ada.
“Oke Bapak-bapak, sebutkan saja, apakah saya harus menyiapkan bonus tambahan menginap di hotel bersama artis tiktok atau selegram yang sedang naik dahan, ranting dan daun?” ucap Tante Sonya sedikit bercanda untuk mencairkan suasana.
Tentu saja semua dia ucapkan setelah mendapat pesan singkat dari Merry, sekeretarisnya. Merry bahkan menyarankan atasannya itu bersikap to the point dengan menyodorkan beberapa artis tiktok yang sudah Merry call untuk dipersembahakn pada dua bandot mesum itu.
“Terim kasih kalau Bu Sonya sudah memahaminya. Namun kali ini kami berubah pikiran. Dan kami yakin Bu Sonya akan sangat bisa mengusahakan kekurangan tersebut dengan secepatnya. Kami hanya tinggal membubuhkan tanda tangan di dokumen sangat simpleitu,” lanjut Handoyo.
“Baik kalau begitu silakan Bapak-bapak tanda tangani, saya akan langsung menyuruh sekretaris saya untuk mempersiapkan kekurangan yang Bapak-bapak maksud itu. kebetulan beberapa artis tiktok terbaru memang sudah mulai kami kabari,” lanjut Tante Sonya percaya diri.
“Hehehe, tidak usah meminta bantuan sekretaris Ibu, karena kekurangan itu bisa Ibu penuhi sendiri sekarang juga,” kata Pak Handoyo dengan seringai yang terlihat semakin mesum dan licik.
“Maksud Bapak?” Tante Sonya belum paham. Kedua matanya sedikit menyipit memandangi wajah-wajah memuakkan di depan matanya.
Untuk yang kesekian kalinya, Tante Sonya terpaksa menarik napas panjang untuk mendinginkan hatinya yang sudah mulai terpancing amarah akibat kesal dengan berbelit belitnya Handoyo dan Guntoro.
‘Sungguh birokasi yang sangat bobrok!’ maki Tante Sonya dalam hati.
Pak Handoyo lalu menyerahkan dokumen tersebut kepada Pak Guntoro untuk ditanda tangani setelah dia sendiri menandatanginya. Lalu setelah selesai Pak Guntoro pun memperlihatkan dokumen tersebut pada Tante Sonya. Dan seketika itu juga hati Tante Sonya bersorak. Ternyata tidak sesulit yang dibayangkan bernegosiasi dengan dua bandot yang terkenal sangat licik ini. “Maksud saya begini Bu. Saat ini kami sama sekali tidak sedang butuh teman seorang selegram atau artis tiktok sekalipun. Kami melihat penampilan dan tubuh Bu Sonya jauh lebih menarik dan menggairahkan.” “Hah!” Tante Sonya membelalakan matanya tanpa bisa berkata-kata. “Tetapi maaf Bu, kami tidak memaksa. Kalau Ibu keberatan dengan terpaksa kami pun akan pamit dengan membawa kembali dokumen ini, hehehe.” Pak Handoyo terkekeh licik. “Maksudnya Bapak-bapak mengingkan tubuh saya, begitu?” tanya Tante Sonya sambil mengernyitkan dahinya. Tante Sonya benar-benar tidak menyangka orang-orang ini menginginkan tubuhnya yang dia pikir t
Gerald sedang dirundung malang. Pikirannya suntuk karena kuliahnya terancam droup out akibat orang tuanya benar-benar mengalami kesulitan ekonomi yang sangat dahsyat. Gerald sebannya tidak tinggal diam. Setiap hari mendatangi banyak restaurant, kantin, kios, bengkel hingga warung-warung kecil yang mungkin sedang membutuhkan karyawan lepas. Gerald mau bekerja apa saja asal tetap bisa melanjutkan kuliahnya yang tinggal dua tahun lagi. Namun semua nihil. Ketika itu sudah hampir empat Gerald tinggal di kostan Bu Ana. Tinggal di sana awalnya secara tidak sengaja dia dipertemukan dengan Bu Ana di pasar. Waktu itu Bu Ana yang sedang berbelanja kecopetan tas tangannya yang berisi uang dan perhiasan yang akan dijualnya, atas tukar tambah yang lebih besar. Bu Ana berteriak minta tolong. Banyak yang mengejak copet itu, namun Gerald yang kebetulan ada di sana yang bisa menangkap copet itu sekaligus mengambil tas Bu Ana. Sang copet babak belur dihamili masa, sementara Gerald mengembalikan tas t
Alasan yang dibuat-buat pada Bu Ana, akhirnya membuat Gerald bingung sendiri. Sejatinya dia sama sekali tidak punya janji dengan siapapun. Gerald belum banyak punya teman, dan hampir semua temannya tidak tinggal di kost. Mereka bersama orang tuanya dan cukup jauh. Sebagai lelaki yang sudah mengenal dunia esek-esek dan bahkan sudah pernah beberapa kali melakukan hubungan badan, Gerald bukan tidak tahu gelagat Bu Ana yang sepertinya akan membawa dia menuju sesuatu yang seharusnya tidak mereka lakukan. Gerald sangat paham, namun dia juga masih menjaga menocba menjaga kewarasannya dan berusaha menjunjung tinggi moral dan etika. Biar bagaimana pun Bu Ana adalah wanita yang sangat dihormatinya. Dan walau tidak terlalu kenal dengan suaminya, namun Gerald yakin Pak Sukardi orang baik. Sebenarnya Gerald tadi sempat berpikir untuk memanfaatkan kesepian Bu Ana. Kalau boleh jujur, Gerald selama ini pun sangat memahami kebaikan Bu Ana pada dirinya yang relatif agak berlebihan dan berbeda, bukan
‘Semoga saja Tante Sonya seorang pengusaha dan mau mengajak aku bekerja di perusahaannya. Kalau dilihat dari penampilannya sepertinya dia memang seorang pengusaha. Semoga saja ini adalah jawaban atas semua doa-doaku dan ibuku. Semoga ada rizki buatku dan kedua adikku, Amiin,’ ucap Gerald dalam hati. Dengan dada yang terasa lega dan disorong sebuah harapan baru dan semangat membara, Gerald mencari barang yang sedang dicari Tante Sonya. Dan sama sekali tidak ada kendala karena memang barang tersebut sangat mudah dicari hampir di semua toko yang menjual aksesotis kendaraan. Ketika akan balik kanan kembali dari toko hendak menemui kembali Tante Sonya, Gerald menghentikan langkahnya karena posnsel yang disimpan di saku celananya bergetar pertanda ada panggilan masuk. “Assalamulaikum Bu,” Gerald pun langsung membuka percakapan telpon dengan ibu kostanya. “Waalaikumsalam, Gerald sekarang sedang di mana?” tanya Bu Ana dengan nada yang terdengar sedikit cemas. “Saya sedang di rumah teman
[Ger, kalau ada waktu, besok tante tunggu di tempat yang nanti tante infokan, kira-kira jam makan siang. Bisa gak] Gerald membaca pesan singkat dari Tante Sonya dengan wajah yang berbinar-binar. Kala itu dia baru saja naik angkot hendak pulang ke kostannya. [Siap Tante] Dengan sigap Gerald segera membalasnya. [Oke, nanti tante infokan lagi ya] balasan dari Tante Sonya kembali masuk dan Gerald membalasnya dengan emot kepalan tangan siap!. Walau tidak tahu apa maksudnya Tante Sonya mengajak kembali bertemu, namun Geralad langsung menyetujuinya karena sangat yakin akan banyak kebaikan setelahnya. Bukan hanya sekedar materi, namun Tante Sonya memang sanggup membuat Gerald nyaman dan percaya diri saat bersamanya. Hampir saja Gerald melanjutkan chatnya itu dengan menanyakan kebernaran jumlah uang yang diberikan Tante Sonya padanya, takutnya salah hitunga atau salah ngasih. Namun dia pikir lebih baik besok ditanyakan langung saat bertemu. Dan Gerald berusaha untuk tidak dulu memakainya, s
Sore sampai malam di hari pertama itu, tugas Gerald benar-benar hanya menemani Umi Yani. Walau pada awalnya tidak terlalu saing kenal, namun lama kelamaan mereka pun menjadi sangat akrab. Terlebih lagi Umi Yani tipe orang yang mudah terbuka kepada orang yang bisa dipercaya. Selama ini Umi Yani memang tidak kenal terlalu dekat dengan Gerald, namun nama Gerald bukanlah sesuatu yang baru baginya. Ustad Umar, Umi Anisa dan tetangga lainnya beberapa kali menceritakan kebaikan seorang Gerald. Umi Yani juga sangat yakin, tidak mungkin adik iparnya meminta Gerald menemaninya, jika pemuda itu tdak bisa dipercaya. Umi Yani justru akan menolak mentah-mentah jika Bang Andre yang menemaninya. Dia sudah tahu siapa Andre yang sebenarnya. Gerald juga mulai mengetahui jika Umi Yani aslinya berasal dari Kuningan. Sementara Ustad Buyamin, berasal dari Bandung sama seperti Ustad Umar. Umi Yani telah dikaruniai tiga anak yang sudah dewasa. Dua laki-laki, satu perempuan. Semua sudah menikah dan tinggal b
Adegan yang sangat panjang dan panas namun tidak terlalu mengesankan. Gerald merasa tak sabar ingin segera merasakan nikmatnya bercinta dengan wanita itu. Khayal dan angannya dipenuhi dengan berjuta kenikmatan yang akan dia dapatkan dibanding dengan percintaan-percintaan sebelumnya. Bibir basah Tante Sonya yang merekah pasrah saat berbicara, tergambar jelas di mata Gerald. Harum tubuh Tante Sonya yang menggairahkan, kembali tercium jelas di hidung Gerald. Kelembutan kulit tangan Tante Sonya dan kenyalnya buat dadanya saat menyentuh lengannya, kemballi semua terasa seperti nyata. Bahkan sang jantan merasakannya teramat nyata. Gerald menelan ludah berkali-kali. Jantungnya berdegup kencang, seperti ketika waktu dia membayangkan bisa melumat bibir Tante Sonya saat sedang bersama tadi. ‘Sedang apa Tante Sonya sekarang? Apakah dia sedang dicumbu suaminya?’ Pertanyaan terakhir Gerald tiba-tiba dia rasa sangat mengganggu dan membuatnya terbakar cemburu dalam birahi. Sungguh sangat mengge
Tangan yang satu lagi beralih ke bawah. Tante Sonya memerlukan kedua tangannya untuk mendaki puncak dahsyat birahinya. Satu tangan untuk menekan kedua jarinya masuk lebih dalam lagi pada lobang surgawi yang menimbulkan rasa nikmat itu, sementara tangan yang lain mengusap-menekan-memilin klitorisnya yang merah dan berdenyut-denyut. Tante Sonya mengangkat pinggulnya, memberikan tekanan ekstra ke seluruh daerah kewanitaannya, menggosok-gosoknya dengan sangat keras dengan kedua tangannya. “Geraaaaald oooh gantengku oooh…” Gerald di kamar kostnya, terus menggosok-gosok dan mengurut batangnya dengan sangat keras. Naik turun tangannya semakin cepat, semakin cepat, dan semakin cepat. Napasnya terengah-engah. Kakinya terasa melayang, padahal keduanya menjejak kasur dengan keras. Satu tangannya yang bebas kini mencengkram seprai, seakan mencegah tubuhnya melambung ke langit-langit. Gerald tak tahan lagi, tubuhnya merinding merasakan tubuhnya yang seperti akan meledak. “Tante Sonyaaaa aaaaah