Share

4) Rasa Yang Membuncah

Tante Sonya sangat ingin meloncat dan berteriak kegirangan. Namun dia masih sadar untuk tetap duduk tenang di samping suaminya.

Masih banyak pertanyaan yang terisa dalam benak yang harus mendapat jawaban dari suaminya. Tante Sonya teremnung sambil memutar otak, mencari dan menyusun kata serta kalimat yang tepat untuk penyelidik tanpa harus dicurigai.

“Emangnya mau kapan Gerald ke sininya lagi? Tumben Ioh Papa ampe segitunya maksa mama. Ada apa denganmu? Hehehe…” Tante Sonya kembali berpura-pura santai dan keberatan untuk menutupi rasa senangnya yang membuncah dalam dada. 

“Kapan aja bisa, tapi papa janjian sama Gerald minggu depan, bisa kan Mah? Maksudnya, Mama gak ada kegiatan di luar kota kan minggu depan?” Pak Hendrawan pun tak kalah antusiasnya.

“Sepertinya sih gak ada. tapi gimana dengan Edgar? Mama malu, gak bernai dipijat lelaki lain kalau ada Edgar di rumah.” Tante Sonya menyoal anak bungsunya yang sudah duduk di bangku SMA.

“Mama kayak gak tahu aja, malam Sabtu dan malam Minggu mana pernah Edgar tinggl di rumah.” Pak Hendrawan mengingatkan.

“Heheh iya juga ya. Tapi Papa harus nemenin kalau Mama benar-benar jadi dipijat sama Gerald. Mama takut kalau dipijat hanya berduaan. Apalagi kan mama belum terlalu kenal dengan Gerald, bagaimana kalau dia kurang ajar sama mama?” Tante Sonya kembali menutupi perasaannya yang sejatinya dia sangat ingin meloncat-loncat kegirangan.

“Mama percaya deh sama Papa. Gerald itu bukan anak muda yang kurang ajar. Mana berani dia ganggu atau godain istri dosennya sendiri? Emang mau jadi mahasiswa abadi apa? Hehehe.” Pak Hendrawan terus berusaha meyakinkan istrinya.

“Emang Papa udah lama kenal sama Gerald? Kok baru sekarang sih pakai jasa dia buat mijit?” Tante Sonya makin penasaran dan ingin terus menelisik keterangan dari suaminya.

“Gerald Arisandy itu sebenarnya mahasiswa yang pendiam. Papa baru kenal seminggu yang lalu, itu pun atas rekomendasi Pak Juang. Walau dia mahasiswa papa, tapi kalau pendiam begitu gak terlalu dikenal, Mah. Namun demikian, papa sangat yakin,  walau Gerald alumni STM, tapi dia tetap anak baik.”  Pak Hendrawan style yakin dengan pengenalannya terhadap Gerald.

“Berarti istrinya Pak Juang pernah dipijat jug sama Gerald ya?” Tante Sonya akhirnya berani bertanya atas pikirannya yang sejak tadi bergelayut.

“Kata Pak Juang sih udah sering. Tapi selalu ditemani Pak Juang, sama aja kaya mama mungkin awalnya juga gak berani.”

“Oh gitu. Ya udah kalau memang Papa maksa terus, minggu depan mama usahakan dipijat sama Gerald. Tapi sekarang kita makan dulu yu!” ajak Tante Sonya mengakhiri obrolannya di ruang keluarganya.

‘Jangan-jangan Bu Jaung juga sudah merasakan rudalnya Gerald? Ah, sialan. Kalau itu sampai terjadi, rasanya aku benar-benar tidak rela. Rudal Gerlad tidak boleh ada yang menikmatinya, titik!’ batin Tante Sonya.

Pasangan berbahagia itu pun makan malam bersama dengan suasana yang sangat berbeda. Wajah Pak Hendrawan tampak sumringah dan bercahaya, mungkin karena habis dipijat, atau mungkin juga karena senang karena istrinya dengan mudah bisa diluluhkan hatinya.

Pada awalnya Pak Hendrawan merasa sangat berat merayu istrinya. Selama ini dia mengenal istrinya sebagai wanita yang sangat menjaga jarak dengan lelaki lain, walau kesehariannya tidak berpakaian yang serba tertutup.

Pak Hendrawan sudah kenal betul siapa istrinya. Godaan laki-laki lain di segala tempat sukses dia singkirkan, bahkan ketika lebih dari tiga bulan tinggal di Jepang, istrinya sama sekali tidak dikabarkan selingkuh atau ada tanda-tanda ke arah sana.

‘Ternyata melihat istri kita dipijat oleh lelaki lain itu, sangat luar biasa sensasinya. Tidak bisa diucapkan dengan kata-kata namun bisa dirasakan dengan debaran jantung yang bergelora. Silakan rasakan langsung sama Pak Hendrawan.’

Kata-kata motivasi dari Pak Juang sukses membuat Pak Hendrawan semakin giat merayu istrinya untuk bisa sudi dipijat oleh Gerlad. Pak Hendrawan bahkan sudah tidak sabar ingin segera merasakan sensasi dan fantasi gila yang sering obral oleh koleganya itu. .

Setelah selesai makan malam, mereka pun langsung masuk kamar tidur. Pak Hendrawan yang merasa lelah dan kekenyangan, langsung tertidur dengan pulas, stelah terlebih dahulu meminta maaf pada istrinya karena belum bisa memberikan nafkah batinnya. Dan Tante Sonya pun sangat memakluminya.

Ketika Pak Hendrawan sudah terbang jauh di alam mimpi, Tante Sonya semakin anteng dengan lamunannya. Bibirnya kembali tersenyum membayangkan akan kembali bisa disentuh Gerald.

Walau mungkin nantinya hanya sekedar sebuah pijatan, namun Tante Sonya yakin itu adalah merupakan jalan pembuka baginya untuk bisa kembali berkomunikasi dengan Gerald, yang selanjutnya tentu saja terserah dia.

Dalam perenungan panjangnya, Tante Sonya mulai bertanya-tanya tentang suaminya yang sebegitu memaksa dirinya agar mau dipijat Gerald.

‘Apakah suamiku memiliki fantasi seksual yang aneh? Aku pernah mendengar ada beberapa suami yang memiliki orientasi seks cucukold. Benarkah demikian?’ tanya Tante Sonya dalam hati.  

Tante Sonya mulai menarik benang merah dari sikap dan ucapan suaminya yang berubah drastis. Menurut hematnya, bisa jadi gangguan seksual suaminya selama ini diakibatnya dari beban psikologisnya sendiri. Fantasi seksual suaminya telah membebani pikirannya sendiri hingga berpengaruh pada fungsi kejantanannya.

Sudah lebih dari setahun Pak Hendrawan mudah gelisah dan mengaku mudah merasa letih. Gairah seksualnya menurun drastis bahkan hingga ejakulasi dini. Setiap melakukan persetubuhan, suaminya selalu kalah duluan di saat Tante Sonya belum merasakan apa-apa.

Hal itu teramat disadari Pak Hendrawan. Dia sangat sadar bagaimana kualitas hubungan ranjangnya dengan istrinya. Oleh karena itu, dia membelikan alat vibrator yang secara tidak langsung dapat membantu memuaskan istrinya saat bersenggaman dengannya. 

Pada awalnya alat tersebut dipakai sebagai simulator sebelum berhubungan badan. Akan tetapi lama kelamaan secara diam-diam Tante Sonya menggunakannya untuk menyalurkan hasrat seksualnya di belakang Pak Hendrawan. Namun justru hal tersebut bukannya memadamkan gairah, namun juatru semakin meluap-luap. Tak jarang Tante Sonya sampai harus melakukan masturbasi di kantornya.

Karena merasa jenuh dan bosan menggunakan dildo, akhirnya Tante Sonya nekad mencari kepuasan dari lekaki lain. Dia ingin kembali merasakan nikmatnya bercinta tanpa alat bantu. Gerald adalah lelaki pertama yang benar-benar mampu memberikan kenikmatan dan kepuasan dalam bercinta pada Tante Sonya.

Dalam perenungan panjangnya Tante Sonya tiba-tiba tersenyum geli, mengenang peristiwa yang menjijikkan yang terjadi beberapa jam sebelum bertemu Gerald pada hari itu.

‘Kalau saja siang itu tidak ada peristiwa menjijikkan di kantor, mungkin aku tidak bertemu Gerald. Untung saja siang itu aku mendapatkan kesialan, hingga betah berlama-lama di restoran dan akhirnya bertemu dengan Gerald dan mendapat kenikmatan yang tiada terhingga.’ Bibir Tante Sonya kembali tersenyum merekah.

Benar-benar ‘Ah benar-benar sengsara membawa nikmat.’

Akhirnya memori Tante Sonya benar-benar kembali melayang pada peristiwa yang terjadi dan dia alami beberapa bulan yang lalu…

^*^

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ar_key
ya Allah aku ikut nyesek bacanya ... semangat Gerald kamu bisa ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status