Share

Tertantang

Author: Axeliayaa
last update Last Updated: 2025-02-26 01:01:49

Pintu kantor catatan sipil terbuka, dan Elena melangkah keluar dengan anggun. Senyum tipisnya masih terukir, tidak lebar, tetapi cukup untuk memperlihatkan kepuasan dalam dirinya.

Di sisinya, pria tampan yang baru saja resmi menjadi suaminya berjalan dengan tenang, tangannya dimasukkan ke dalam saku celana jasnya, memperlihatkan sikap santai yang tetap penuh wibawa.

Namun, langkah mereka terhenti begitu saja.

Di depan pintu, Rafael sudah berdiri menunggu. Tatapannya tajam, wajahnya tegang. Samantha ada di sampingnya, masih menempel seperti bayangan, seolah takut Rafael akan berpaling begitu saja.

Elena mendesah pelan. Sudah kuduga.

"Apa maksudmu dengan semua ini, Elena?" Rafael akhirnya membuka suara.

Elena menatapnya sebentar, lalu mengangkat bahu santai. "Apa maksudmu? Bukankah semua sudah jelas?"

"Apa kau bercanda?!" Rafael hampir membentaknya. "Kau benar-benar menikah hari ini? Dengan pria yang bahkan tidak pernah kukenal?!"

Elena terkekeh pelan. "Bukankah itu bukan urusanmu lagi, Rafael? Hubungan kita sudah berakhir. Apa yang kulakukan setelah ini, dengan siapa aku menikah, atau bagaimana aku menjalani hidupku, sama sekali tidak ada kaitannya denganmu."

Rafael mengepalkan tangan. "Tapi kau—"

"Dan satu hal lagi," Elena memotongnya dengan tegas. "Aku sudah menyerahkan semua harta yang kita peroleh bersama selama pernikahan. Aku tidak butuh itu. Uang itu tidak ada artinya bagiku."

Samantha menegang di samping Rafael.

Mata Rafael menyipit. "Apa maksudmu?"

Elena menatapnya tajam. "Kekayaan keluargaku lebih dari cukup. Aku tidak kekurangan."

Samantha spontan menggenggam lengan Rafael, seolah takut akan sesuatu.

Elena menyeringai kecil, lalu menatap Samantha dengan sinis. "Jadi, kusarankan kau mengurus Samantha dan bayi di perutnya baik-baik. Jangan sampai ia mengalami nasib yang sama seperti aku dulu."

Samantha terbelalak, wajahnya memucat.

"Aku harap kali ini kau bisa belajar menjadi suami yang lebih baik," lanjut Elena dengan nada santai, tapi ucapannya terasa seperti belati yang menusuk Rafael.

Rafael terdiam. Rahangnya mengeras, dadanya naik turun, tapi tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya.

Elena tersenyum kecil, lalu menarik tangan suaminya.

Tanpa menoleh lagi, mereka berjalan melewati Rafael dan Samantha, menuju mobil yang sudah menunggu di pinggir jalan.

Sebuah Rolls-Royce mewah dengan warna hitam mengilap terbuka otomatis, seolah sudah tahu siapa yang akan menaikinya.

Sang pria membuka pintu untuk Elena dengan penuh wibawa, lalu mempersilakannya masuk.

Elena melangkah dengan anggun, lalu duduk di dalam mobil itu tanpa sedikit pun melihat ke belakang.

Tak lama kemudian, pria itu menyusul masuk dan pintu tertutup rapat.

Mesin mobil dinyalakan, dan Rolls-Royce itu melaju meninggalkan kantor catatan sipil, membawa Elena menjauh dari masa lalunya—menuju kehidupan barunya.

Sementara itu, Rafael hanya bisa berdiri diam, masih belum percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Samantha, yang tadi begitu percaya diri, kini menggigit bibirnya cemas.

Entah kenapa, tiba-tiba ia merasa tak aman.

------

Di dalam kabin Rolls-Royce yang sunyi, Elena menyandarkan tubuhnya dengan santai, menikmati sensasi lembut jok kulit yang mewah. Aroma kayu mahoni dan parfum maskulin memenuhi ruang sempit di antara mereka.

Ia menoleh ke pria di sampingnya, lalu terkekeh pelan.

"Jadi, namamu Arvino?" katanya, nada suaranya penuh hiburan. "Lucu sekali. Aku baru tahu namamu setelah kita resmi mendaftarkan pernikahan."

Arvino—pria tampan dengan jas maroon yang senada dengan gaun Elena—hanya menatapnya dengan senyum samar. Tatapan matanya tajam, penuh ketertarikan, tetapi juga mengandung sesuatu yang misterius.

"Aku juga baru tahu kalau kau pemilik Hotel Emerald," balas Arvino santai. "Kupikir kau hanya tamu biasa sepertiku saat kita pertama kali bertemu di lounge hotel."

Elena tertawa kecil. "Aku memang tamu biasa. Menjadi pemilik hotel bukan hal yang istimewa. Aku lebih suka menyamar dan melihat segalanya dari sudut pandang pelanggan."

Arvino mengangguk kecil, seolah memahami keinginannya untuk tetap low profile.

Elena mengalihkan pandangannya ke jas mewah yang dikenakan pria itu. Potongannya tegas, menjangkarkan postur Arvino yang sudah terlihat maskulin secara alami. Kainnya terlihat mahal, seperti sesuatu yang hanya dipesan secara eksklusif oleh kalangan elite.

"Jadi," Elena menyandarkan dagunya ke jemari, menatapnya penuh selidik. "Jasmu terlihat terlalu mahal untuk seseorang yang tinggal di hotel sebagai tamu biasa. Kau juga dari kalangan atas, ya?"

Arvino menyeringai. "Aku hanya seseorang yang menghargai kualitas."

Elena menyipitkan mata, tidak sepenuhnya puas dengan jawaban itu. "Kau menghindari pertanyaanku."

Arvino terkekeh ringan. "Bukan menghindar, hanya tidak ingin terburu-buru. Kau akan tahu seiring waktu, Elena."

Nada bicaranya begitu percaya diri, begitu misterius. Elena terdiam sejenak, mengamati suami barunya ini.

Arvino bukan orang biasa. Itu jelas.

Dan itu membuatnya semakin menarik.

Elena menyunggingkan senyum tipis, lalu mengalihkan pandangannya keluar jendela.

Menikah dengan seorang pria yang ia hampir tidak kenal mungkin terdengar gila.

Tapi, entah kenapa, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Elena merasa tertantang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Getting Married Again   Ruang Rahasia Arvino

    "Ikut aku," kata Arvino, suaranya datar, tapi ada ketegasan di dalamnya.Elena mengernyit, tapi ia membiarkan pria itu menariknya, melangkah mengikuti Arvino melewati koridor panjang dengan langit-langit tinggi dan lampu gantung kristal. Setiap sudut rumah ini memang penuh kemewahan, tapi Elena sudah terlalu sering melihat itu.Yang membuatnya penasaran adalah ke mana Arvino akan membawanya.Mereka berhenti di depan sebuah pintu besar berwarna hitam dengan ukiran emas. Arvino membuka pintu itu dengan sidik jarinya, lalu menoleh ke Elena."Masuklah," ujarnya.Elena melangkah masuk dengan sedikit ragu.Dan di dalamnya—Matanya membelalak.Ruangan itu luas, dengan rak-rak kayu tinggi yang dipenuhi buku, tetapi bukan itu yang membuat Elena terkejut. Di tengah ruangan, ada sebuah meja panjang dengan layar monitor besar yang menampilkan berbagai angka, grafik, dan beberapa rekaman CCTV yang terlihat seperti dari beberapa tempat berbeda.Di sudut lain, ada lemari kaca yang berisi tumpukan be

  • Getting Married Again   Proyek Bisnis

    Keesokan PaginyaElena terbangun dengan sinar matahari yang menyusup melalui tirai kamar yang sedikit terbuka. Ia menggeliat perlahan, lalu duduk sambil mengusap wajahnya. Malam tadi, ia benar-benar butuh waktu lama untuk bisa tidur.Ia melirik ke sisi ranjangnya. Arvino sudah tidak ada. Sepertinya pria itu bangun lebih awal.Elena menghela napas, lalu bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai, ia mengenakan gaun santai yang tersedia di lemari, lalu turun ke lantai bawah.Begitu ia tiba di ruang tamu yang luas dan mewah, ia mendapati beberapa pelayan sibuk menata meja sarapan. Namun yang membuatnya terkejut adalah pemandangan di sofa.Arvino sedang duduk santai, mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku, dengan setumpuk dokumen di tangannya. Di hadapannya, ada seorang pria berjas hitam yang sepertinya sedang memberikan laporan.Begitu menyadari kehadiran Elena, Arvino mengangkat wajahnya dan tersenyum tipis."Selamat pagi," sapanya santai

  • Getting Married Again   Hasrat yang Tertahan

    Elena menatap Arvino dengan sorot mata yang sulit dijelaskan. Ada keheranan, ada kelegaan, tapi juga ada perasaan yang lain— perasaan belum pernah ia rasakan sebelumnya bahkan kepada Rafael. Pria itu masih menatapnya dengan dalam, seolah ingin membaca apa yang tersembunyi dalam pikirannya. Bibir Elena masih terasa panas karena sentuhan barusan. "Kau…" Elena berdeham, mencoba mencari suara normalnya. "Kenapa berhenti?" Arvino tersenyum kecil. Senyum yang menggoda sekaligus penuh misteri. "Aku bilang aku tidak suka memaksa, kan?" ucapnya santai. Matanya menelusuri wajah Elena, seakan mengukir setiap detailnya dalam ingatan. "Aku akan menunggu sampai kau benar-benar siap," lanjutnya. "Karena aku ingin kau sendiri yang menginginkannya, Elena." Elena membatu. Ia tidak pernah menyangka pria ini akan mengatakan sesuatu seperti itu. "Apa kau pikir aku akan mengemis?" suara Elena terdengar menantang, meskipun di dalam hatinya, ia sedang bergulat dengan emosi yang baru. Arvino

  • Getting Married Again   Hidup Seperti Seorang Ratu

    Arvino berdiri di tengah ruangan luas dengan aura dominannya yang khas. Tanpa banyak bicara, ia menoleh pada salah satu pelayan."Antarkan Nyonya ke kamarnya."Pelayan wanita yang ditunjuk langsung membungkuk hormat. "Baik, Tuan."Elena mengerjapkan matanya, masih sedikit tercengang. Sejak awal, ia memang sudah terbiasa dengan kemewahan, tapi rumah ini… lebih dari sekadar mewah.Lebih seperti istana daripada mansion biasa.Dinding-dindingnya dipenuhi ukiran detail, langit-langit tinggi dengan lampu gantung kristal yang bersinar lembut. Karpet Persia tebal membentang di sepanjang lorong yang mereka lewati. Setiap sudut ruangan tampak seperti diatur dengan sempurna.Sampai akhirnya mereka tiba di kamar yang disebut sebagai kamar Elena.Begitu pintu terbuka, Elena kembali dibuat terpana.Ruangan itu sangat luas.Di tengahnya berdiri sebuah kasur king-size dengan kanopi tipis berwarna keemasan. Aromaterapi melati lembut tercium di udara, memberikan kesan yang begitu menenangkan.Di sisi k

  • Getting Married Again   Rumah Baru

    Elena mengernyit saat mobil melaju semakin jauh dari jalan menuju Hotel Emerald. Gedung pencakar langit yang seharusnya menjadi tujuan mereka kini hanya tampak di kejauhan.Dengan alis bertaut, ia akhirnya bersuara."Bukankah seharusnya kita ke Hotel Emerald?" Suaranya terdengar tenang, tapi ada sedikit nada curiga di dalamnya.Sopir yang mengenakan setelan rapi menoleh sekilas melalui kaca spion. “Mohon maaf, Nyonya. Tuan Arvino meminta saya mengantar ke tempat lain.”Elena langsung menoleh ke arah pria yang kini resmi menjadi suaminya. "Kita mau ke mana?" tanyanya, kali ini suaranya lebih tajam.Arvino, yang sejak tadi hanya bersandar santai dengan satu tangan di dagunya, akhirnya menoleh dengan ekspresi tenang. Bibirnya sedikit melengkung. “Ke rumah baru kita.”Elena terdiam.Rumah baru?Sejak kapan mereka memiliki rumah bersama? Bukankah dia baru mengenal pria ini beberapa jam lalu?Matanya menyipit, berusaha menangkap maksud tersembunyi di balik kata-kata Arvino. Namun, pria itu

  • Getting Married Again   Tertantang

    Pintu kantor catatan sipil terbuka, dan Elena melangkah keluar dengan anggun. Senyum tipisnya masih terukir, tidak lebar, tetapi cukup untuk memperlihatkan kepuasan dalam dirinya.Di sisinya, pria tampan yang baru saja resmi menjadi suaminya berjalan dengan tenang, tangannya dimasukkan ke dalam saku celana jasnya, memperlihatkan sikap santai yang tetap penuh wibawa.Namun, langkah mereka terhenti begitu saja.Di depan pintu, Rafael sudah berdiri menunggu. Tatapannya tajam, wajahnya tegang. Samantha ada di sampingnya, masih menempel seperti bayangan, seolah takut Rafael akan berpaling begitu saja.Elena mendesah pelan. Sudah kuduga."Apa maksudmu dengan semua ini, Elena?" Rafael akhirnya membuka suara.Elena menatapnya sebentar, lalu mengangkat bahu santai. "Apa maksudmu? Bukankah semua sudah jelas?""Apa kau bercanda?!" Rafael hampir membentaknya. "Kau benar-benar menikah hari ini? Dengan pria yang bahkan tidak pernah kukenal?!"Elena terkekeh pelan. "Bukankah itu bukan urusanmu lagi,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status