"Kalo ngejar kamu itu gak bisa pelan-pelan, harus ngerahin semua usaha aku. Karena nanti kalo gak buru-buru aku tangkep, kamunya nanti hilang di ambil orang." ~Rayden (Suaminya Diza)
"Kamu itu manis, bahkan lebih dari kata manis itu sendiri." ~Diza (The one and only istrinya Rayden Arditama)
"Kemana ya bee?" Diza mengetuk-ngetuk dagunya sambil pura-pura berpikir, sengaja untuk menggoda Rayden.
Rayden menaikkan sebelah alisnya bingung, "Belum ada tujuan nih?"
"Hmm gimana yaa?" tanya Diza masih belum mau membeberkan informasi.
Rayden menatap Diza lekat, "Oooh ... mau main rahasia-rahasiaan yaa?"
Diza yang sudah mengenal Rayden dari kecil sudah tahu arti tatapan itu, dan ia bergegas kabur menjauh dari dekat Ray. Rayden yang tanggap segera berdiri dari kursi dan menangkap lengan Diza.
"Bee.. kamu curang! Ayo ulang lagi dari awal!" ucap Diza memprotes Ray yang membaca gerakannya.
"Tapi kan-"
"Huwaaa kamu kok tega sih sama akuu ..." Diza mengeluarkan senjata paling ampuhnya, pura-pura menangis.
Ray yang gak tegaan akhirnya menyetujui kemauan Diza. "Oke kita mulai dari awal. Aku hitung sampai tiga. Satu ..."
"Tunggu-tunggu duluu ..., biar aku yang hitung, lepasin dulu lengan aku," pinta Diza dengan puppy eyes nya yang selalu membuat luluh seorang Rayden Arditama -ehemgakRaydendoangsih-,
"Oke fine!" Ucapan suaminya membuat Diza tersenyum lebar.
Setelah lengannya dilepaskan dari cengkraman Rayden, Diza mulai menghitung. "Satuuu ...."
Baru mengucapkan angka satu Diza sudah lari terbirit-birit. Dan sambil berteriak, "Kalau aku belum bilang tigaa kamu belum boleh kejar aku!!"
Ray menghela nafas pasrah. Sudah ribuan kali Diza menggunakan taktik ini, tapi ia selalu tidak tega jika tidak menuruti permintaan licik istrinya itu.
"Iyaaa!" Ray balas berteriak.
Diza berlari kearah dapur setelah berada di dekat dinding Diza berhenti sejenak untuk menyandarkan diri, dengan nafas ngos-ngosan. "Haah ... haah ... haah ... bentar bee!! Masih mau ngambil nafas," ucap Diza sambil memegangi perutnya dan mengatur nafas.
"Ck! Nggak usah lari-larian hon! Aku jalannya pelan-pelan nanti." Rayden menggerutu khawatir karena tingkah istrinya.
Diza memicing menatap Ray dari tempat ia berdiri. "Bener bee?"
"Hu'um," ucap Ray sambil menganggukkan kepala dan menyilangkan jari telunjuk dan jari tengahnya dibelakang tubuhnya.
Setelah nafasnya kembali normal, Diza mulai melanjutkan langkahnya, kali ini dengan langkah yang santai menuju bagian samping rumah yang terdapat kolam renang.
"DUAA!!" teriak Diza saat sudah berada di samping kolam.
Ray tetap berada di tempatnya menepati janji awal mereka yang akan mengejar Diza saat hitungan ketiga. Ia sudah terbiasa melakukan aksi kucing dan tikus bersama Diza sejak kecil. Bahkan Rayden sempat berfikir bahwa Diza benar-benar ingin menjadi tikus agar selalu menjadi yang dikejar oleh Rayden.
Sibuk dengan pikirannya sendiri sampai-sampai Rayden tak sadar bahwa Diza sudah sampai di gazebo sayap kanan rumah mereka. Tapi ia segera tersadar saat mendengar suara teriakan Diza yang menggelegar. "TIGAAAA!!"
Ray segera berdiri dari duduknya, dan dengan gesit mengejar Diza yang saat ini sedang duduk bersantai di gazebo rumah mereka untuk menetralkan nafasnya. Rayden mengikuti instingnya saat mendengar suara Diza yang ia duga berada di gazebo, dan melangkahkan kakinya ke arah pemilik hatinya itu. Tak mencapai 5 menit Ray sudah mencapai gazebo , sedangkan Diza memerlukan waktu 15 menit untuk sampai disana. Dan saat ini Ray sedang celingak-celinguk mencari Diza.
Saat netranya menangkap sesosok manusia yang sedang membaringkan tubuhnya di gazebo dengan nafas yang terengah-engah, ia segera menghampirinya. Rayden membaringkan tubuhnya di samping Diza yang masih menstabilkan nafasnya. Mereka berdua terengah-engah dengan keadaan letih.
Setelah berhasil menguasai nafasnya Diza menoleh kearah Rayden. "Kok cepet ?", tanya Diza heran.
Rayden yang juga sudah bernafas dengan normal ikut menghadap kearah Diza dan menopang kepala dengan satu tangan. "Mantan pelari tercepat se-Asia mana bisa kalah?" ucap Rayden menyombangkan diri sambil menaikkan satu alisnya.
"Dih narsis!" ucap Diza sambil memukul dada Rayden.
Diza cemberut, dan melanjutkan kata-katanya. "Eh tapi kamu kok lari sih? Kan katanya mau pelan-pelan."
"Coba deh kamu inget lagi tadi aku ngomong apa? Kan tadi aku ngomong 'aku jalannya pelan-pelan nanti' nah tadi pas udah nyampek disini kan aku jalannya pelan-pelan, ngejar kamu itu baru aku yang lari," jelas Rayden.
Diza kembali memprotes, "Nah itu kamu lari berarti kan-"
"Syuut ..." Rayden menghentikan ucapan Diza dengan meletakkan jari telunjuknya di bibir Diza.
"Kalo ngejar kamu itu gak bisa pelan-pelan, harus ngerahin semua usaha aku. Karena nanti kalo gak buru-buru aku tangkep, kamunya nanti hilang di ambil orang." Lanjut Rayden sambil memberikan sorot penuh cinta kepada Diza.
Diza yang tadinya ingin melanjutkan protes, tak jadi saat mendengar kata-kata manis suaminya apalagi ditambah dengan tatapan Ray yang berhasil membuatnya ingin melayang setinggi mungkin. Diza menundukkan kepalanya dengan wajah yang memerah karena terlalu bahagia dan untuk menyembunyikan senyuman lebarnya. Lalu memeluk Rayden erat. Ray dengan sigap membalas pelukan Diza sama eratnya sambil menciumi rambut istrinya.
Diza semakin menyerukkan kepalanya ke dada Rayden. "Iihh kok kamu manis banget sih ..."
"Iya dong. Kamu sih terlalu manis, akunya jadi ketularan manisnya kamu," ucap Rayden sambil mengelus rambut Diza.
Diza semakin merona di pelukan suaminya. Tapi sesuatu terlintas dalam pikirannya, Ia segera mendongakkan kepalanya dan menatap Rayden dengan bibir mencebik. "Kamu gak boleh manis-manis ke orang lain! Cuma boleh ngegombalin aku!" ucap Diza tegas dan penuh perasaan.
Rayden mendekatkan wajahnya pada Diza sampai hidung mereka bersentuhan. Menatap dalam mata indah istrinya yang cemburuan. Rayden berucap, "Manisku cuman buat kamu honey, karena kamu sumber kemanisan yang ku peroleh, dan aku selalu serius akan kata-kata ku honey, bukan menggombal apalagi main-main."
Rayden mengucapkan dengan suara beratnya yang khas dan penuh karismatik. Membuat siapapun akan meleleh saat mendengarnya. Dan itulah yang dirasakan Diza. Diza tak mampu berkata apa-apa seakan tersihir oleh pesona suaminya yang sangat romantis. Desiran angin yang membawa udara, serta gemersik dedaunan yang entah mengapa terdengar indah bagi kedua insan yang sedang memadu kasih dan matahari yang menyinari mereka serta memberikan kehangatan.
Dan seakan alam yang mendukung keromantisan mereka dengan semua hal itu. Perlahan Rayden memejamkan matanya. Kemudian Diza turut memejamkan matanya. Rayden mengecap manis itu dengan penuh perasaan seakan ingin mengungkapkan semua rasa yang ia miliki untuk Diza. Diza pun demikian, turut berpartisipasi menyampaikan rasa yang ia miliki untuk Rayden.
Rayden mempererat pelukannya pada Diza, sedang Diza memeluk leher suaminya kian erat. Keduanya saling berlomba untuk menyampaikan rasa yang mereka miliki. Semakin bersemangat. Tapi Diza tidak kuat lagi, ia masih membutuhkan udara untuk paru-parunya. Maka dari itu Diza memukul bahu Rayden untuk berhenti dulu agar ia bisa bernapas sebentar. Ray yang tahu keinginan Diza melepaskan tautan mereka dan melonggarkan pelukannya. Mengecup pelan sebagai penutup yang manis.
Saat tautan telah terlepas Diza berusaha mengambil udara sebanyak yang ia bisa. Membuat Raydem gemas dengan kelakuannya istrinya itu. Setelah Diza merasa udara dalam paru-parunya telah stabil, dengan muka yang memerah ia memandang Rayden dan mengucapkan, "Sadis!"
Rayden menunjukkan smirk andalannya dan menaik turunkan kedua alisnya. "Tapi kamu suka kan?"
"NGGAK!" ucap Diza lantang dengan wajah yang semakin memerah seperti kepiting rebus.
Rayden mengernyitkan dahinya menatap Diza serius dan agak sedih. "Oh kamu nggak suka? Berarti aku nggak boleh ngelakuin itu lagi ya? Padahal aku suka. Tapi kalo kamu gak suka men- "
Diza membuka suara untuk menghentikan ucapan Rayden. "AKU SUKA!! AKU SUKA KOK!!" teriak Diza lagi.
Rayden menatapnya bingung. "Tadi katanya gak suka?"
Diza menunduk malu. "Aku malu ...," cicitnya.
Rayden menahan tawanya melihat raut wajah Diza yang sangat menggemaskan.
"Iih.. tuh kan malah di ketawain," ucap Diza sebal saat melihat ekspresi Rayden yang kayak lagi kebelet.
"Hahahaa ... kamu imut banget sih habisnya," ucap Ray sambil mendekap Diza makin erat.
"Iiih lepasin bee ... lepasin." Diza memberontak dalam pelukan Rayden.
Bukannya melepaskan Ray semakin mengeratkan pelukannya. "Ayo bilang 'Diza cinta Rayden selamanya' baru bakal aku lepasin."
Diza berhenti memberontak. Terlihat memikirkan syarat dari suaminya.
"Emm ... Diza cinta Rayden selamanya ...," ucap Diza dengan pelan, oh bukan, sangat pelan sampai semutpun tak bisa mendengarnya.
"Apa honey? Kok gak kedengeran sih?, semut aja pasti gak denger apa yang kamu bilang," ucap Rayden meledek.
Diza sebal, akhirnya memilih untuk meluapkannya pada Rayden dengan sebuah teriakan. "DIZA CINTA RAYDEN SELAMANYAAAAA!!!! PUASS?!! "
Nafas Diza ngos-ngosan, setelah mengerahkan seluruh tenaganya untuk berteriak kepada Rayden.
Rayden tersenyum puas pada Diza dan melonggarkan pelukannya lalu mengecup kilat Diza. "Iya aku puas kok. Kapan sih aku gak puas kalo itu sama kamu."
Dan Rayden kembali berhasil membuat wajah Diza memerah untuk kesekian kalinya.
"Kamu tuh ya, su-"
Tininit tininit tininit tininit.
Ucapan Diza terpotong oleh suara telepon yang menggema suaranya. Dan seakan ingat akan alasan awal mereka berada disini, Diza segera mendudukkan diri dan melihat jam. "Astaga~ aku harus cepat-cepat kesana!"
Rayden ikut mendudukkan diri di sebelah Diza. "Kenapa hon?"
"Gak apa-apa, ayo cepetan siap-siap, kita harus pergi bee," ucap Diza sambil menarik tangan Rayden berjalan menuju kamar mereka.
"Mau kemana sih hon? Kok kamu ngerahasiain dari aku sih?" tanya Rayden heran.
Diza terkikik lucu. "Udah mending kita siap-siap, nanti keburu acaranya mulai."
Rayden pasrah mengikuti langkah Diza yang tidak mau memberi tahu kemana mereka akan pergi.
'Sudahlah. Tak apa. Yang penting ia bahagia. Toh aku juga akan tahu setelah ini' -batin Rayden.
Ada yang manis tapi bukan kamu ... 😜😜😜
"Bener ya apapun yang gue minta bakal di kabulin nih? " tanya Nisa sambil menaik turunkan alisnya"Jangan gitu deh, lo serem kalo kayak gitu" protes Diza melihat kelakuan sahabatnya yang super duper aneh itu."Canda kali, dahlah lama kalo nungguin lo, mending naik lift, duh gile gue laper banget gara-gara ngurusin urusan percintaan lo" ucap Nisa kemudian memilih naik lift dari pada harus capek-capek naik tangga."Tungguin" ucap Diza membuntuti langkah Nisa.Setelah di dalam lift,Hening beberapa saat,Diza memilin-milin jari tangannya, masih gelisah tentang kejelasan dimana suaminya berada, "tapi Rayden ... ""Ssstt lo nggak denger perut gue udah demo mau di isi, curhatnya nanti aja pas kita abis makan aje yaa, kita tuh perlu mengisi tenaga untuk pembicaraan yang sangat menguras tenaga itu. " jelas Nisa sambil memegang perutnya yang berbunyi.Sambil tertunduk pasrah, Diza menjawab " iya , iyaa.""Mending sela
Jodoh nggak akan kemana"~hibur NisaDiza yang biasanya membalas sapaan-sapaan itu, kini menghiraukannya karena bergegas ingin menemui Rayden. Beberapa karyawan kebingungan tentang sikap bu bosnya namun tak ada yang berani menggosipkannya karena tahu bahwa pak bos-Rayden- sangat mencintai istrinya, 'yah awas saja kalo macam-macam nanti bisa-bisa dipecat' pemikiran seluruh karyawan perusahaan Rayden.Kecewa menghampiri Diza saat pintu ruangan Rayden terbuka dan tak terdapat seorang pun disana. Diza kemudian beralih pada meja sekertaris Rayden. Dan bertanya "Apa Rayden belum datang?""Maaf bu bos, tapi pak bos belum datang." Jawab sekertaris Rayden"Hmm lalu apa jadwal Rayden hari ini? Apa ada pertemuan penting? Jam berapa ? Dimana? " tanya Diza bertubi-tubi.Sekertaris Rayden terlihat salah tingkah saat akan menjelaskan pada Diza, " Anu bu bos, tapi kemarin pak bos bilang ingin mengosongkan jadwal untuk hari ini sampai seminggu ke depa
Diza kemudian berjalan mendekati meja disamping tempat tidur, terduduk, kemudian mengambil sebuah bingkai yang didalamnya terdapat foto yang mengabadikan momen paling bahagianya bersama Rayden -foto pernikahannya-'Ah, bee. Apa yang salah denganmu? Kenapa pergi? Padahal baru belum sampai 24 jam, kenapa aku merindukan senyum hangatmu, ah tidak, bukan hanya senyummu, tapi segala apa yang ada pada dirimu' batin Diza sambil mengelus wajah Rayden yang terpatri dalam foto dan terpatri juga dalam hatinya.Diza kemudian memeluk foto itu dan berkata "bee, apapun yang terjadi kamu harus dengerin penjelasan dari aku, SEMANGAT ISTRINYA BEE!"Semangat Diza pada dirinya sendiri kemudian pergi membersihkan diri.Setelah memastikan penampilannya tidak terlalu menampakkan kesedihannya di depan cermin, Diza kemudian turun ke bawah untuk menemui mo- sahabatnya.Diza yang turun dengan anggun membuat silau mata Nisa "Woaahh apa ini Diza sang ch****l stylis
"Kok bisa sih? Emang kenapa Rayden gak percaya sama kamu bi?" Tanya Nisa heran."Hiks i-ituu" tunjuk Diza ke gumpalan kertas diatas meja meja makan."Apaan bi? Ini?" Tanya Nisa sambil mengambil gumpalan kertas itu."Ooo muka babi loo terus ada apa?" Tanya Nisa heranMuka Diza merah padam, hilang sudah rasa sedihnya berganti rasa kekesalan."Bisa nggak sih nyet nggak usah ngatain gue babi!" Geplak Diza ke kepala Nisa -geplakan sayang, gasakit kok, cuman nyilu dikit aja ntar- peace."Aduhh iya iyaa sa, apaan sih cuman foto lo doang" heran Nisa."Kalo liat yang bener dong nyet buka bener-bener liat pake mata hati nurani loo" kesal Diza sambil merebut foto yang tak benar-benar dirapikan Nisa, kemudian merapikannya sehingga fotonya benar-benar terbuka sempurna. Dan menyerahkannya kembali ke Nisa."Lah inikan cowok yang kemarin sama lo di keepci itu
"Kok bisa sih? Emang kenapa Rayden gak percaya sama kamu bi?" Tanya Nisa heran."Hiks i-ituu" tunjuk Diza ke gumpalan kertas diatas meja meja makan."Apaan bi? Ini?" Tanya Nisa sambil mengambil gumpalan kertas itu."Ooo muka babi loo terus ada apa?" Tanya Nisa heranMuka Diza merah padam, hilang sudah rasa sedihnya berganti rasa kekesalan."Bisa nggak sih nyet nggak usah ngatain gue babi!" Geplak Diza ke kepala Nisa -geplakan sayang, gasakit kok, cuman nyilu dikit aja ntar- peace."Aduhh iya iyaa sa, apaan sih cuman foto lo doang" heran Nisa."Kalo liat yang bener dong nyet buka bener-bener liat pake mata hati nurani loo" kesal Diza sambil merebut foto yang tak benar-benar dirapikan Nisa, kemudian merapikannya sehingga fotonya benar-benar terbuka sempurna. Dan menyerahkannya kembali ke Nisa."Lah inikan cowok yang kemarin sama lo di keepci itu
Rayden berhenti di depan sebuah cafe pelangi kemudian memarkirkan mobilnya. Setelah masuk ke cafe Rayden duduk dan memesan segelas Coffee latte art, memilih duduk di samping kaca yang menembus dunia luar, Rayden memandang jalanan yang ramai akan deru kendaraan yang lalu lalang, ponsel di saku celana Rayden bergetar membuatnya mengeluarkan ponselnya dan melihat sebuah pesan. Rayden termenung menatap datar pesan di ponselnya kemudian membatin, "Ahh.. apa yang ku lakukan sudah benar?"Tak terasa sinar mentari tak lagi terlihat dan langit biru telah tergantikan oleh gelapnya malam yang dingin, Diza yang masih setia terduduk di aspal kemudian bangkit dan masuk ke dalam rumah. Ia kemudian duduk di kursi tempat kejadian mereka bertengkar tadi dan memungut foto-foto yang Rayden lemparkan.Diza meremas foto itu dan mengumpat kasar "Aaahhh!!! S***********n!!!"Diza
Kamu ke timezone MMB dengan seorang laki-laki ?"Diza terkejut? Tentu saja.Diza menelan ludah. Apakah yang dilihatnya saat itu benar-benar suaminya Rayden.Rayden menatap Diza dengan datar dan dingin sebuah tatapan yang belum pernah Diza dapat selama menjalani pernikahan mereka.Diza mengernyitkan dahi bingung karena dia tak merasa bersalah, justru menurutnya Rayden yang harus menjelaskan apa yang ia lihat di MMB."Selingkuhan kamu?" Rayden berucap dengan nada datar dan tatapan dingin.Nada datar dan tatapan dingin yang mampu menusuk hati Diza dengan begitu kejamnya. Diza terkejut karena suaminya yang selama ini manis dan penyayang padanya kini menanyakan kesetiaannya.Dan itu berhasil menyulut kemarahan Diza. Diza menggebrak meja penuh emosi lalu berteriak."AKU GAK PERNAH SELINGKUH!!!" serunya.Rayden tetap tenang tap
Langkah Diza berhenti saat terhadang Ray. Ray meraih tangan Diza kemudian menautkan jemari mereka, dan menggenggam erat walau dengan raut wajah yang datar. Lalu mulai menuntun Diza ke arah meja makan. Diza tersenyum senang dalam keheningan langkah mereka.Walau dalam pikirannya ada perasaan resah yang menyelimuti diri. Membuatnya bingung akan keadaan saat ini. Mengapa suaminya berubah? Apa yang terjadi?, namun Diza belum sanggup untuk bertanya sekarang. Ini situasi yang baru untuknya, karena Ray tidak pernah memperlakukannya dingin sebelumnya. Apalagi melihat outfit Ray yang mirip dengan seorang pria yang dia lihat sebelumnya di Mall mata batin.Kecemasan Diza semakin menjadi-jadi, dan membuatnya berpikir apa yang dia curigai tentang Ray benar. Oleh karena itu setelah Diza berpikir matang-matang Dizamemberanikan diri untuk bertanya pada suaminya."Ray?", karena keadaannya yang canggung Diza lebih memilih mema
Mobil yang dikendarai Namo berhenti di depan rumah besar bercat putih."Turun gih!" ucap Namo sambil menengok ke belakang.Diza cemberut dan mendumel pada Namo, "Iya iya! Pengen banget ya aku cepet pergi biar abang bisa modus?"Namo melotot kearah Diza agar diam tidak membocorkan rencana yang sudah terancang di otaknya.Diza tak memperdulikan pelototan oppanya itu dan beralih pada sahabat baiknya -Nisa-."Aku duluan ya Nisa." Dan Diza cipika-cipiki sama Nisa lalu keluar dari mobil.Namo menurunkan kaca mobil disampingnya. "Kok gak pamit?""Tauk sebel!" Ucap Diza sambil bersedekap dan memalingkan wajahnya dari Namo.Namo terkekeh lalu keluar dari mobil menghampiri Diza. "Duh dede Diza ngambek abang harus apa nih?" Ucapnya sambil menjepit pipi Diza dengan kedua telapak tangannya.Diza cepat-ce