Share

Godaan Sang Mantan Pacar
Godaan Sang Mantan Pacar
Author: Aleena Marsainta Sunting

Awal Baru

last update Last Updated: 2023-08-28 18:34:18

Sebuah taksi berhenti di area pemakaman, langkah kakinya terasa berat. Dia membawa dua karangan bunga yang sudah di pelukannya dengan erat.

Dua batu nisan terpampang jelas di pelupuk matanya. Ada rasa sesal dan sesak dalam dada, rasa sakit yang disimpan selama lima tahun itu tertumpah begitu saja diatas batu-batu nisan tersebut.

"Aku pulang Pah, Lana. Maaf membuat kalian menungguku terlalu lama. Maaf karena aku telah banyak menyusahkan kalian. Aku berjanji akan menjaga dan merawat mama menggantikan kalian."

Deraian air mata berjatuhan membasahi wajah nan cantik jelita. Mengingat semua kejadian lima tahun lalu meninggalkan luka yang teramat dalam.

Setelah menaruh karangan bunga, dia pun pergi meninggalkan area pemakaman. Taksi kembali melanjutkan perjalanan pada sebuah rumah sakit.

Dia membawa satu karangan bunga lili putih juga sekotak makanan kesukaan. Wanita paruh baya itu terbaring lemah dengan selang infus di lengan dan hidungnya. Alat bantu yang membuatnya bertahan untuk hidup.

Wanita nan cantik jelita tadi meletakan bunga lili putih kesayangan menggantikan bunga yang sudah layu di atas meja pasien.

"Ma, aku sudah pulang, aku sudah sehat. Semua ini berkat Lana yang sangat menyayangiku. Sekarang giliran aku yang menjaga dan merawatmu," ucap wanita nan cantik jelita itu sambil mengusap lembut pipi wanita kesayangan yang sudah terlihat keriput.

Suara dorongan pintu dibuka, seorang pria berkacamata menghampiri wanita nan cantik jelita tadi, "Kau sudah datang, Nis? Bagaimana perjalananmu?" suara tadi menepuk perlahan pundak wanita itu.

"Uhm, lumayan melelahkan Adam, tapi aku sudah bertemu papa dan Lana sebelum kesini," ucapnya sambil tangan mungil itu memijat perlahan lengan wanita kesayangan tadi.

"Sebaiknya kau pulang dan istirahat, dua hari lagi kau kan sudah mulai bekerja dan maaf jika tempat tinggal yang kupilihkan tidak sesuai dengan keinginanmu. Aku harap kau tak keberatan," tambah lelaki yang bernama Adam tadi.

"Terima kasih sudah membantuku mencarikan pekerjaan dan tempat tinggal buatku, Dam!" suaranya nan lembut dengan lesung pipi yang kembang kempis juga tersenyum saat berbicara.

"Jangan bicara seperti itu Nis, selama ini paman dan bibi sudah banyak membantuku. Kalau bukan mereka yang membantu, mungkin aku masih bergelandangan di jalan," ucap Adam menatap Nisa yang sedang mengkhawatirkan kondisi ibunya.

"Bagaimana dengan kondisi terakhir mamaku, Dam? Apa yang dokter katakan?" Nisa mencoba mengalihkan dengan pertanyaan.

"Bibi memerlukan transplantasi jantung dan yang paling penting biaya untuk operasi juga pemulihannya membutuhkan biaya yang tak sedikit," jelas Adam.

Meski mencoba tersenyum, Adam sangatlah tahu beban yang sedang dirasakan Nisa.

"Uhm, aku paham!"

Nisa hanya mengangguk perlahan, dia mencoba memahami semua ucapan yang dikatakan Adam.

Ya ... inilah awal baru untuk seorang Faranisa Aznii setelah orangtuanya bangkrut. Ayah dan adiknya, Lana meninggal karena kecelakaan dan jantung Lana didonorkan kepadanya. Sedangkan dirinya terpaksa memulihkan diri di negeri orang dengan sia-sia ekonomi terakhir mereka.

Ibunya memiliki riwayat yang sama seperti Nisa, terpaksa hanya bisa mengandalkan peralatan bantu untuk mendominasi tubuhnya tiga tahun belakangan ini. Kali ini Nisa harus berjuang mengandalkan diri sendiri dan kemampuannya yang tak seberapa untuk mencari biaya perawatan, operasi ibu juga dirinya sendiri.

Nisa berjalan keluar rumah sakit berbarengan dengan satu mobil yang diparkir dengan tergesa, terlihat salah seorang membuka pintu penumpang dan memapah seseorang yang terluka. Mereka hanya terhalang satu orang sehingga tidak ada satupun dari mereka yang menyadarinya.

"Nis, aku akan mengantarkanmu." Adam berlari menyusul Nisa.

"Kau pasti lelah seharian bekerja, Dam. Apa masih ada waktu untuk mengantarkanku?"

Nisa merasa sungkan karena selama dia tak ada, Adamlah yang menjaga juga merawat ibunya.

"Tidak apa-apa, Nis. Kau juga pasti belum makan, kita mampir makan sekalian ya," ucap Adam, Nisa tak bisa menolak lagi menerima ajakan dari Adam.

"Aku ambil motorku sebentar. Kau tunggu disini ya, Nis," lanjut Adam meninggalkan Nisa berjalan ke arah parkiran.

"Cih ... aku bilang, aku baik-baik saja. Kau sampai repot membawaku ke rumah sakit!" Gerutu seorang pria yang lengannya sudah di balut perban.

"Maaf, Tuan, tapi ini adalah perintah dari tuan Prawira langsung, kakek Tuan, beliau menyuruh saya menjaga Tuan apapun yang terjadi. Jadi mana saya berani melanggarnya." kilahnya.

"Kau masih saja memakai alasan kakekku, Bisma. Dia itu sudah meninggal, sudahlah, aku bukan anak kecil lagi," sahutnya dengan suara setengah bariton yang dikeluarkan.

"Ta–ta–pi, Tuan Leon, ini adalah amanat beliau yang harus saya jaga." Bisma masih saja bersikeras.

"Sssttt, sudah jangan berisik lagi. Ambilkan mobil! Mau sampai kapan aku berdiri seperti ini," delik Leon memberi perintah. Dia terdengar tak sabar ingin segera meninggalkan rumah sakit.

"Ba–ba—baik, saya ambil sekarang, mohon tunggu sebentar, Tuan!" Bisma berlari meninggalkan tuannya mengambil mobil.

Mata Leon berkeliling sesaat, matanya menangkap sosok yang dia kenali. Namun, dia segera meremas wajahnya sendiri dengan kasar.

"Ughh. Aku masih juga belum bisa melupakan dia, padahal sudah lima tahun berlalu. Rasanya itu tidak mungkin dia. Aku sudah sering salah mengenali orang. Dasar sial, semua karena ulah Marko mengajakku minum malam ini."

Leon bergerutu dalam hati saat melihat sosok wanita yang di bonceng motor bebek butut.

"Maaf ya, Nis. Aku hanya bisa mengantarmu pakai motor jelek begini," ucap Adam disela perjalanan mereka.

"Nggak apa-apa, Dam. Kalau kamu nggak kasih aku tebengan malam ini, aku akan keluar uang lagi buat bayar taksi," kekeh Nisa. Adam hanya tersenyum mendengar celotehannya.

Motor bebek butut Adam berhenti di salah satu warung tenda pecel ayam.

"Nah Nis, ini pecel ayam favorit disini, aku jamin sekali coba bikin nagih!" Adam mempromosikan santapan pecel ayam dengan penuh semangat.

"Wah ... aku makan banyak loh, Dam, kalau bikin nagih aku bisa makan dua atau tiga porsi sekaligus," sahut Nisa sambil tersenyum meledeknya.

"Boleh, boleh, kamu mau makan tiga porsi pun, boleh. Malam ini spesial, aku traktir!" Adam tak bisa menghindari pesona dari wajah cantik Nisa.

"Oke, satu porsi aku bungkus ya, buat cadangan kalau nanti malam aku kelaparan. Soalnya aku belum punya stok apa-apa di rumah, barang-barang pun belum ada yang aku bongkar!" Nisa melepas rasa sungkannya sambil tertawa bersama di meja makan pecel ayam.

***

"Anda ada janji makan malam dengan nona Wina, Tuan," Bisma mengingatkan tuannya.

"Dia lagi! Huft, sungguh tidak pernah menyerah!" Leon langsung kesal ketika Bisma menyebutkan nama Wina.

"Setidaknya dia salah satu kandidat yang cocok untuk, Tuan," tambah Bisma lagi.

"Aku sudah bilang, apapun kau boleh atur, tapi untuk urusan kandidat apa dia cocok denganku atau tidak, aku yang sendiri yang menentukan. Itu perjanjianku dengan almarhum kedua orangtua dan kakekku!" tegas Leon, mengingatkan perjanjian mereka.

"Saya mengerti, Tuan. Tapi tidak salah jika anda mencobanya dengan nona Wina. Dia sangat cantik, anggun dan juga seorang model," kembali Bisma mulai berkhotbah mempromosikan Wina.

"Kalau begitu, kau saja yang menggantikan aku menemui dia. Kau juga harusnya sudah punya calon kandidat, kan?" cibir Leon tak mau kalah jika berdebat soal kandidat.

Bisma menelan pil pahit ketika dia terus membujuk tuannya untuk menerima acara kencan buta yang sudah dirancang, tapi tuannya langsung menolak mentah-mentah.

"Ah, Tuan sampai kapan anda akan menutup diri anda. Setelah kepulangan anda lima tahun lalu, sikap anda telah banyak berubah."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Godaan Sang Mantan Pacar    Kalah Telak

    “Sudah nggak usah banyak tanya kalau kamu mau apa yang kamu inginkan tadi berlanjut. Kalau kamu terus bertanya, lebih baik nggak sekalian!” Skakmat Leon dibuatnya mendengar perkataan dari Nisa.“Nggak bisa gitu dong, sayang. Ini kan dia yang ngajakin aku ribut,” suara Leon kini melemah dan menurunkan kedua tangannya. Sikap berubah dari keras dan lembut ketika mendengar ancaman Nisa.Leon tidak terima kalau permintaan lamaran dia ditangguhkan akibat ulah Aldo. Aldo memicingkan matanya pada Nisa, “Ada apa ini? Apa yang kalian rencanakan? Az, kita sudah sepakat malam ya,” Aldo tidak terima dan membuat kebimbangan diantara mereka lagi.Nisa mengabaikan dan segera berbalik. Dia melihat kantong baju yang sudah disiapkan oleh Leon saat dia mandi tadi.“Balik badan kalian!” Nisa memberikan perintah, kali ini setelah ingatan dia kembali, dia tidak mau jadi boneka diantara dua laki-laki itu.Nisa sudah yakin mencintai Leon dan siap memilih Leon, tapi jika harus dihadapkan dengan kejadian sepert

  • Godaan Sang Mantan Pacar    Lamaran Leon

    “Selamat pagi,” suara lembut dan kecupan di kening membangunkan Nisa yang masih asik dengan tidurnya.Gadis itu membuka matanya dan melihat Leon tersenyum padanya, “Aku mau meresmikan hubungan kita, maukah kamu menikah denganku?” Mata Nisa mengkrejap tidak percaya. Leon tidak ingin membuang waktu lagi, dia ingin segera menjadikan Nisa istrinya.“Jangan bercanda, Leon, ini bukan hal kecil dan nggak main-main,” Nisa bangun dan menutupi tubuhnya dengan selimut.“Aku selalu serius dengan hubungan kita, sejak kita bertemu pun sama. Harusnya ini aku lakukan 5 tahun lalu. Aku ingin menikah denganmu sejak dulu. Kalau nggak ada kejadian itu dan aku kehilangan kamu, mungkin sejak 5 tahun lalu kamu sudah menyandang nama Faraniza Aznii Pratama,” jawab Leon tanpa ragu sambil mengusap pipi Nisa.“Kamu gila, aku masih kuliah tingkat akhir 5 tahun lalu dan nggak mungkin juga aku mau sama anak bocah kayak kamu,” cibir Nisa, di memajukan bibirnya sedikit.“Hahahaha, bocah, tapi kamu suka sama aku kan?

  • Godaan Sang Mantan Pacar    Gairah Liar

    “Leon, nggak bisakah kita hanya tidur dan nggak melakukan hal ini,” Nisa bernegosiasi, namun sebagian bajunya sudah dibuka sampai perut oleh Leon hingga dua aset miliknya terpampang nyata di mata Leon.“No–no.” Leon pasti menolak, apalagi hasrat liarnya sudah meronta-ronta sejak tadi, “pakai saja dulu, aku mau melihatnya,” Leon benar-benar menurunkan baju Nisa hingga ke lantai dan tersisa bagian yang tertutup di dua benda kenyal dan bagian bawah miliknya.“Buka semua dan pakailah. Cepat, aku sudah nggak tahan,” mulutnya berbicara, tangan Leon ingin menarik kain yang menutupi kedua benda kenyal miliknya yang tersisa.“Aku bisa sendiri,” Nisa menghindari dan segera berbalik. Malu-malu dia melepaskan sisa kain tadi. Nisa merasa tidak nyaman, tapi dorongan Leon seperti tidak bisa ditolaknya. Ada bagian dari Nisa yang seolah menginginkan hal itu.“Padahal aku nggak menginginkan, tapi kenapa jantungku ikutan berdebar. Apa dia benar-benar orang yang sangat aku cintai dulu,” kembali berargume

  • Godaan Sang Mantan Pacar    Minta Jatah

    Nisa mengingat, dia tidak bisa berenang. Saat dua teman Natasya yang ikut andil mendorong dia ke kolam memang tidak tahu apapun. Namun, yang tahu kisah Nisa memiliki riwayat penyakit adalah Aldo. Dibalik semua, sebelum Aldo meninggalkan Nisa, Aldo sempat iseng pada Nisa.Aldo memang tidak tahu kalau Nisa tidak bisa berenang dan memiliki riwayat penyakit dalam. Aldo awalnya ngerjain Nisa dengan menceburkan dia ke kolam, tapi setelah itu Nisa langsung dilarikan ke rumah sakit. Aldo yang merasa bersalah dan saat mengetahui perbedaan cara hidup Nisa akhirnya meninggalkan Nisa tanpa penjelasan.Saat itu Aldo ingin menjelaskan semua dan meminta maaf pada Nisa. Aldo juga ingin memperbaiki keadaan, tapi Nisa sudah jadian dengan Leon. Aldo lebih duluan terjun ke dalam kolam saat peristiwa itu, Leon tidak menyadari kejanggalan itu. Tapi, setelah itu Nisa tiba-tiba menghilang dari kehidupan mereka.Leon yang menjadikan dirinya keras hati, dingin dan tidak ingin disentuh wanita. Namun, selalu men

  • Godaan Sang Mantan Pacar    Membela Diri

    Kepala Nisa sedikit pusing mendengar ucapan Aldo. Dia menceritakan masa lalu mereka, tapi dalam bayangan Nisa adalah samar. Dia masih mencoba merapikan kepingan ingatan dia yang hilang.“Ah!” “Apa yang sakit, Az?” Aldo segera mendekat ketika Nisa tadi sempat mendorong tubuhnya. Aldo melihat Nisa memegangi kepala.“Jangan sentuh,” Nisa mengarahkan tangan, memberikan isyarat agar laki-laki itu tidak mendekat.“Az, ayolah jangan marah. Aku melakukan ini karena aku nggak pernah bisa melupakan kamu. Aku hanya sayang kamu, Az,” Aldo sedang memberi pembelaan diri. Dia juga tetap khawatir saat melihat Nisa seperti itu.“Hentikan omong kosong kamu, Al. Kamu benar-benar keterlaluan dan tidak bertanggung jawab. Bisa-bisanya kamu mempermainkan perasaan seseorang sampai bertahun-tahun,” Nisa berkata sambil memegangi kepala. Dia benar-benar menolak Aldo mendekat.“Setidaknya aku sudah mencoba, Az, aku nggak menjadi laki-laki bodoh seperti Leon. Dia itu benar-benar bodoh,” maki Aldo menjadi seorang

  • Godaan Sang Mantan Pacar    Istri Yang Paling Berharga

    “Maaf Az, aku jadi merepotkan kamu,” Aldo duduk lesu di ruang tamunya.“Nggak apa-apa, Al, aku juga hanya bisa bantu seperti ini,” Nisa menatap lekat wajah Aldo. Dia terlihat lesu dan benar-benar tidak bersemangat.“Nata sudah pulas kan?” Aldo balik menatap Nisa.“Iya, tadi aku sempat temani sebentar di kamar. Pas aku yakin dia sudah benar-benar pulas aku baru keluar,” Nisa tidak pernah menyangka kalau Nata akan benar-benar bersikap seperti tadi.Nisa bukan seseorang yang gampang dekat dengan anak kecil, tapi sikap Nata sangat berbeda. Apalagi Nisa menganggap kalau Nata anak dari Aldo.“Apa yang sebenarnya terjadi dengan Sofia, Aldo?” Nisa yakin kalau istri mantan pacarnya itu baik-baik saja, dia tidak terlihat seperti orang sakit.“Aku nggak tahu apa yang disembunyikan oleh istriku, Az, tapi aku pun baru tahu hari ini kalau selama setahun belakangan ini kondisi istriku sudah dalam tahap mengkhawatirkan. Aku sebagai suami bahkan nggak pernah merasakan keganjilan itu. Sofia benar-benar

  • Godaan Sang Mantan Pacar    Godaan Cinta Pertama dan Mantan Pacar

    Nisa juga tidak bisa membendung perasaan sedihnya. Meski dia baru satu kali bertemu dengan Sofia, perasaannya tetap mengatakan kalau Sofia adalah istri yang baik. Namun, dia tidak menyangka akan mendapatkan kabar duka seperti ini.“Tante huhuhu tanteee huhuhu … Nata sekarang sendiri huhuhu,” Nisa hampir saja kehilangan kata, dia hanya bisa mengusap punggung kecil Nata yang sedang menangis. Bahkan untuk merayu anak kecil yang sedang merajuk bukanlah keahliannya.Dia pun pernah merasakan hal yang sama. Ketika kehilangan ayah juga adiknya, tapi dia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa karena kondisinya saat itu pun terbaring di rumah sakit tanpa bisa melakukan apapun. Tiap hari hanya meratapi kesedihan sebelum dia kembali bangkit berkat bantuan dan dorongan Raka disisinya saat itu.“Yang sabar, Nata sayang, Tante Nisa ada disini ya sayang, jangan menangis lagi ya sayang …” Nisa mencoba menenangkan hati gadis kecil itu, meski dia masih belum tahu apakah itu ada efeknya atau tidak.“Sabar b

  • Godaan Sang Mantan Pacar    Jangan Bersikap Berlebihan

    “Aku serius, Leon. Aku yakin ada hal buruk yang terjadi,” kata Nisa lagi dan kali ini dia menghempaskan pelukan Leon di pinggangnya.Nisa bangkit dan ingin pergi,”Memangnya kamu mengenal Sofia?”“Iya, aku kenal, meski baru satu kali bertemu dengannya,” Nisa berkacak pinggang dihadapan Leon. Dia benar-benar kesal karena Leon bersikap dingin pada masalah Aldo. Sepertinya cuek saja.“Tenanglah, Azni, si bodoh itu belum menghubungi, aku yakin nggak akan ada hal buruk seperti yang kamu bayangkan. Lebih baik sekarang nikmati saja waktu kita,” Leon mencoba mengikuti Nisa dan menarik tangannya untuk kembali bersikap santai seperti tadi.“Telepon Aldo, Leon, aku mohon, aku nggak akan tenang kalau begini terus,” Azni mengulangi keinginannya.“Huh, kenapa kalau urusan dengan Aldo kamu begitu bersemangat. Kamu seolah ingin meninggalkan aku pergi dengan alasan seperti itu. Kenapa hanya Aldo saja yang kamu ingat?” Leon masih terbakar aroma cemburu.Bagaimanapun Leon merasa apa yang terjadi dengan N

  • Godaan Sang Mantan Pacar    Pergi Untuk Selamanya

    Hujan turun begitu deras, Aldo dengan kecepatan penuh mengemudikan mobilnya. Dia sepertinya sudah tidak peduli dengan macetnya lalu lintas. Yang Aldo inginkan adalah segera sampai di rumah sakit.Hatinya tidak tenang terbayang wajah Sofia. Dia meyakinkan hatinya, istrinya baik-baik Aldo langsung berlarian di koridor rumah sakit. Sudah tidak ada lagi yang dia pikirkan kecuali Sofia. Dia hampir menabrak beberapa perawat atau kereta dorong yang membawa pasien saking panik dengan kondisi istrinya.Aldo terhenti sesaat ketika dia melihat sosok jadi berambut ikal sedang memeluk seorang wanita di depan kamar IGD. Dia harus bisa mengatur nafasnya agar tidak terlihat cemas di hadapannya ada. Bagi putrinya, Nata, Aldo merupakan sosok yang selalu dibanggakan.“Ayaahhh!” Nata berteriak dan berlari ke hadapan Aldo ketika dia sudah benar-benar bisa menstabilkan kondisinya.“Ayah, bu–bunda, ayah, ayaahh, huhuhu!” Nata bukan hanya berteriak, gadis kecil itu menangis sesenggukan di pelukan sang ayah.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status