''Semoga kamu bahagia," ucapnya lirih dan segera berlalu dari hadapan Leo, masuk ke dalam mobil ... meninggalkan dia yang masih diam membisu di posisinya.
Seakan hanya mimpi ... gadis yang membuatnya benar benar jatuh cinta, kini justru memilih pergi dan mengakhiri hubungan dengannya. Apa ini sebuah karma, karena sebelumnya ia begitu menolak Dira. Kini saat cinta ia berikan, justru dibuat patah.
Hujan turun, ketika Leo masih berdiri mematung menatap kepergian Dira. Berharap sedihnya bisa hilang di bawah guyuran air hujan, tapi ternyata tidak. Seakan ingin menangis rasanya, tapi mungkin cuaca sudah lebih dulu memahami dirinya ... hingga jatuh membasahi bumi.
Hallo ... aku Soffia. Salam kenal. 🙏 Yang bingung dengan kisah ini, bisa baca dari series pertama, ya. My Teacher My Husband -> My Soulmate From My Heart -> Good Morning Pak Dosen. Ini kisah tentang sahabatnya Arland yang bernama Leo. Dan juga sahabatnya Kiran yang bernama Dira
Dira yang kalutpun, langsung menggedor-gedor kaca mobil hingga si pemilik mobil yang ada di dalamnya, keluar."Heh! Apa-apaan ini!" bentaknya di hadapan Dira."Reino! Kamu yang apa-apaan! Bisa-bisanya ciuman sama cewek lain di dalam mobil, aku ini pacar kamu!" balas Dira."Hah, pacar," ucap Reino sambil tertawa licik. "Aku kan udah bilang waktu itu. Dira, kamu mau nggak jadi pacar aku, mumpung hatiku belum ada yang ngisi. Tapi lihat sekarang, hatiku udah ada yang ngisi," tunjuknya ke arah cewek yang masih duduk di dalam mobil."Kamu benar-benar keterlaluan ya, Rei," geram Dira."Ya, itu bukan salahku, sih. Kamunya aja yang terlalu polos."'Plakk!!'Dira langsung menampar pipi Reino, kemudian berlalu pergi. Setidaknya ia sudah melampiaskan kemarahannya dengan sebuah tamparan.Dira kembali ke mobilnya. Ia yang tadinya berniat untuk belanja, sekarang malah kembali menuju rumahnya. Hidupnya menjadi tak karuan."Loh,
Dira langsung memeluk Leo dari arah belakang. Ia tak ingin Leo pergi lagi darinya."Jangan pergi. Ku mohon, Leo," pinta Dira."Untuk apa aku tetap disini? Kamu tak menginginkanku lagi," balas Leo.Dira melepas pelukannya dan berpindah posisi menjadi berdiri di hadapan Leo."Aku tau aku salah. Harusnya kita berjuang bersama, tapi aku malah memilih untuk mundur. Tapi sekarang tidak lagi. Aku harus memperjuangkan kamu, dan cinta kita. Aku nggak mau perjuanganku mendapatkan kamupun jadi sia-sia gitu aja," terang Dira.Mendengar penjelasan Dira, membuat Leo hanya tersenyum. Tentu saja itu membuat Dira kesal."Kenapa kamu malah tersenyum?" tanyanya."Lalu aku harus apa? Memelukmu? Atau, menciummu?" tanya Leo sambil mendekatkan wajahnya pada Dira."Hiks...hiks... Leo."Dira mewek dan langsung menghambur ke pelukan Leo. Karena ditimpa oleh Dira, Leo malah tak bisa menahan tubuhnya. Apalagi ia masih lemah, hingga mereka berdua ma
Dira maupun bibik kaget. Gimana mereka berdua nggak kaget, mamanya menyodorkan sweater milik Leo padanya."Dira! Kamu mau jawab atau Mama yang akan cari tau sendiri!""Itu ...""Punya siapa?""Ini kemarin aku kan pulang sambil hujan-hujanan, Ma. Trus, sweater ini tu punyanya Leo," terang Dira, sedikit berbohong. Ia tak kuat mendengar betapa hebohnya mamanya nanti, kalau tau Leo menginap di kamarnya."Jadi, ini punyanya Leo?" tanya lagi sambil memberikan sweater ke tangan Dira."Iya, Ma. Kalau Mama nggak percaya, bisa tanya sama Bibik," ucap Dira sambil menunjuk ke arah bibik yang ada di sebelahnya."Bener, Bik?""I-iya, Nyonya," ucap bibik ragu-ragu. Mau bicara jujur, ia takut Dira bakalan di omeli sama mamanya."Ya sudah," ucap Riani berlalu pergi.Dira mengintip untuk memastikan kalau mamanya sudah benar-benar pergi. "Hoh, nyaris saja kita mendapat masalah, Bik," lega Dira. "Jadi, Leo dimana, Bik?"
"Kalian lagi ngapain?"Leo menunjukkan tampang malasnya saat mengarahkan pandangannya ke arah orang tersebut."Nggak liat kita lagi ngapain?" tanya Leo balik."Leo, harusnya kamu nggak lakuin itu sama dia. Aku yang calon istri kamu, bukan dia," tunjuknya ke arah Dira. Bisa tau kan, siapa dia."Indah, stop! Aku kan udah bilang sama kamu, kalau aku nggak punya perasaan apa-apa sama kamu. Kalau kamu terus bersikap seperti ini, bisa saja aku malah membencimu!""Harusnya kamu sadar, kalau kamu nggak cocok sama Leo, Dira!" Kali ini ucapannya tertuju pada Dira."Maaf ya, Ibu Indah. Tanpa mengurangi rasa hormat saya sebagai mahasiswi Ibu, kenapa Ibu nggak coba cari laki-laki lain saja," terang Dira sambil berjalan mendekat ke arah Indah. "Saya liat loh, apa yang anda beli di apotik kemarin," bisik Dira."Apa maksud kamu?" Indah terlihat sangat gugup mendengar penjelasan Dira."Ibu juga tau kan, apa maksud saya. Oo, atau kita kasih tau
Wah gila! Padahal Dira sudah memikirkan hal mesum di otaknya. Ternyata malah meleset jauh ke hutan amazone."Aku mau makan. Bukannya kamu udah bawa makanan?"Hoh ya, Dira melupakan itu. Makanan yang ia bawa. Kemudian menjauhkan wajahnya dari Leo."Ck, sikapmu itu membuatku memikirkan hal kotor," dengus Dira sambil mengambil dan menyiapkan makanan yang ia bawa barusan.Sedangkan Leo, ia malah tersenyum melihat tingkah Dira.Jadilah, mereka berdua makan bareng sebelum memulai pelajaran yang akan membuat otak Dira semakin sakit.Hari-hari mereka lalui berdua lebih seperti hubungan seorang dosen dan mahasiswinya. Hingga, Indah yang melihat hubungan mereka yang begitu dekatpun, memikirkan sesuatu agar Leo dan Dira bisa berpisah selamanya."Mau langsung pulang?" tanya Dira pada Leo."Enggak. Aku mau ngambil mobil dulu ke bengkel," jelas Leo."Kalau gitu, biar aku anterin ke bengkelnya.""Nggak ngerepotin kamu?""Ng
"Tapi, ini hanya berlaku sampai Leo sadar.”"Maksud Tante, apa?""Ya. Saya akan mengizinkan kamu berada di samping Leo hingga dia sadar. Setelah sadar, kamu harus segera menjauhinya kembali," jelas Gauri."Tapi, tante ... “"Mau atau tidak?""Iya, Tante," jawab Dira.Apalagi yang akan ia jawab. Setidaknya, untuk saat ini ia sudah bisa bertemu dengan Leo. Selanjutnya, ia akan coba pikirkan lagi cara untuk bisa dekat dengan Leo.Dira memasuki ruangan itu. Ia kaget dengan pemandangan di depan matanya. Ya, Leo yang biasanya tegap, kuat, sekarang hanya terbaring tak berdaya di tempat tidur, dengan beberapa selang di tubuhnya.Dira menatap cowok itu penuh haru. Harusnya dirinyalah yang mendapatkan luka seperti yang dialami Leo. Harusnya dirinyalah yang terbaring tak berdaya seperti ini.Ia menangis sambil menggenggam tangan Leo, dan menyentuh lembut pipi yang masih bisa terlihat bekas luka yang sudah mulai mengerin
Leo merasa kalau Dira melakukan itu bukan karena keinginannya. Ia yakin sekali, ini adalah perintah mamanya."Apa yang sudah Mama perbuat sama Dira?" tanya Leo saat mamanya masuk dan membantunya untuk kembali ke atas tempat tidur."Apa? Mama nggak ngelakuin apa-apa. Memangnya Dira kenapa?" tanya Gauri sok tak mengetahui apa-apa."Dia mutusin aku, Ma!" ujar Leo dengan nada suara bergetar dan melepaskan pegangan tangan mamanya yang membantunya untuk bangkit."Jadi, dia mutusin kamu? Baguslah. Tapi, ini nggak ada sangkut pautnya sama Mama, Leo."Meskipun mamanya berkata seperti itu, tapi ia tak kan percaya begitu saja. Ia tahu betul bagaimana rasa ketidaksukaan mamanya pada Dira."Itu berarti, dia memang bukan yang terbaik buat kamu, Leo," tambah Indah yang seolah sedang menyulut emosi Leo."Jangan pernah mencampuri kehidupanku lagi, Indah!"Leo ingin bangkit, dan hendak menyusul Dira. Tapi, ia merasa kedua kakinya seolah tak bert
Syarat lagi dan lagi, bahkan Dira merasa kalau mamanya Leo juga hidup karena sebuah syarat."Apalagi, Tante ... apa syarat kemarin belum cukup? Aku nggak mau memenuhi syarat yang akan Tante ajukan lagi. Cukup kemarin Tante membodohiku," jelas Dira.Kali ini ia tak akan mau kalah lagi dengan mamanya Leo, dan tak akan mau berpisah lagi dengan Leo.''Kalau begitu, saya tidak akan mengijinkan kamu merawat Leo.""Sekarang aku mau tanya sama Tante. Siapa yang akan merawat dan menjaga Leo?" tanya Dira."Ada Indah," jawab Gauri sambil melirik Indah yang ada di sampingnya. Sedangkan Indah sendiri malah memasang tampang malasnya.Dira heran, apa mamanya Leo tak bisa melihat ekspresi si Indah, ya? Sudah jelas dia tak mau merawat Leo dengan keadaannya yang sekarang."Tante yakin, Indah mau merawat dan menjaga Leo?" tanya Dira."Jangan banyak bicara kamu, Dira!" Kali ini Indah yang buka suara."Mau menjaga Leo? Bahkan menjaga k