Share

21. Tunduk dan Patuh

Johan tersenyum miring mendengar pertanyaan putranya meskipun dalam hati ia tidak percaya dengan tuduhan yang dialamatkan William pada dirinya. Tidak butuh waktu lama bagi Johan untuk membuat keputusan. Keputusan untuk mengabaikan pertanyaan William dan memilih untuk segera meninggalkan apartemen anak laki-lakinya. Johan membawa kakinya melangkah mantap, menjauh dari pintu sambil tak lupa menutupnya dengan penuh kehati-hatian. Johan yakin saat ini William pasti tengah menatapnya dengan amarah yang meluap.

Benar saja. Selepas pintu tertutup sempurna, William segera mengangkat satu tangannya yang tengah terkepal. Gerakan tangannya meninju dinding di dekatnya sebagai pelampiasan amarah terlihat sangat kuat.

“Sial!” Maki William dengan rahang tetap terkatup. Ayahnya tidak menanggapi pertanyaannya. William yakin bahwa ayahnya sengaja melakukan itu.

Membiarkannya menduga-duga sendiri.

Membiarkannya bermain dengan asumsinya sendiri.

Membuat otaknya yang sempat berpikir liar, kini beruba
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status