Share

Waktu Sendiri

Tentang kesendirian.

Waktuku saat sendiri. Apa sebetulnya, aku banyak menghabiskannya untuk hal yang tidak perlu? Habis waktuku memperhatikan mereka. Hidupnya. Dari jari yang terus bergerak naik turun. Aku tanpa sadar tertarik pada hidup yang bukan hidupku. Begitu saja terjadi. Alhasil aku membandingkan. Enak yah orang itu. Kalau aku dia, bagaimana?

Sehingga lupa, di mana aku berada.

Aku belum menyelesaikan target tulisan. Masih banyak artikel yang belum kutulis. Tenggat waktunya makin sempit. Aku berlama-lama tadi, melihat sosial media. Padahal, waktu itu bisa kugunakan untuk menyelesaikan pekerjaanku sebagai freelancer. Untung. Walau masih amatiran, aku memiliki kemampuan yang membantuku selagi tidak bekerja full time. Biarpun pendapatannya belum mencukupi kebutuhan.

Aku regangkan pensendian yang terasa kaku. Masih di depan layar laptop dengan cangkir teh yang kosong. Setoples camilan yang terisi setengah. Tiba-tiba saja teringat saldo di rekening. Gimana nih? Tak lama, aku minum obat pereda nyeri kepala.

Di masa kurvaku decline, aku banyak bersembunyi. Kurang tepat untuk menampakkan diri. Itu yang terpikir olehku. Terlebih, jika bertemu teman-teman lama dengan segala pencapaiannya. Sekedar jadi topik basa basi atau karena tidak tau lagi harus membahas apa. Bersama Nabilah dan Ralina, aku masih bisa menampakkan sebagian lemah dan kurangku. Dahulu, di depan Ad juga begitu.

Ad. Bagaimana kabarnya?

Aku buka laci di bawah meja belajar. Ada album berisi foto-foto masa sekolah. Banyak juga foto bersamanya. Di sampingnya, ternyata masih ada foto yang tertinggal. Bukan foto bersama Ad, Nabilah, atau Ralina.

Ku pikir sudah dibuang semua.

Sebenarnya bebepa tahun yang lalu, aku juga menjalin hubungan dengan seseorang. Tidak pernah terlintas. Begitu saja terjadi, akhirnya memiliki hubungan. Namun, apa yang kujalani dengan orang itu juga tidak berjalan baik. Di usia yang masih bergejolak ego, hanya seperti hubungan yang lewat saja.

Mungkin seperti dorongan dopamin yang meningkat. Saat proses pendekatan, seakan berjuang sepenuhnya untuk menyakinkan. Angan-angan mulai terbentuk.

Perasaan yang hanya sesaat. Saat mulai berubah dan kian hilang, hanya ada ketidakpercayaan. Tidak ada lagi perjuangan untuk mempertahankan. Kenyataan datang. Angan-angan sudah pergi.

Tentu saja. Aku juga pernah melalui masa yang tidak menyenangkan setelah hubungan itu berakhir. Kepercayaan yang hancur. Walau kata orang, itu hanya hubungan pacaran yang tidak serius. Namun tetap saja, kepercayaanku bukan suatu kebohongan.

Orang itupun pergi dengan cara kekanak-kanakan. Begitu juga aku dengan keinginan kekanak-kanakan, berusaha tetap bertahan. Padahal aku sudah tau, kekukuhanku hanya menambah penyesalan. Untuk apa bertahan pada seseorang yang tidak ingin lagi berjuang. Seseorang yang sudah teralihkan mengejar orang baru dalam hidupnya. Pencarian yang tidak bertanggung jawab. Datang begitu manis, lalu pergi menyisakan pahit.

Di saat aku mulai merunduk lagi, waktu dan orang-orang yang peduli padaku, jadi pendamping paling setia. Penyembuhan yang terlewati waktu, bersama mereka yang peduli, itulah nilai yang aku disyukuri. Mungkin ini hanya kericil kecil. Bagaimanapun, banyak aspek hidupku yang lebih berarti untuk aku perjuangkan.

Tentang Ad, apa akan kembali menjadi sebuah perjuangan atau menuntaskan apa yang belum diselesaikan? Aku belum tau.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status