Share

Kumpul

Auteur: Trins
last update Dernière mise à jour: 2021-03-20 23:20:51

Nabilah dan Ralina.

Mobil yang kami sewa online berhenti di salah satu pusat belanja peralatan rumah tangga. Enam bulan yang lalu, Nabilah menikah dengan laki-laki pilihannya. Tapi setelah menikah, keduanya masih harus terpisah karena urusan pekerjaan. Selain itu, Nabilah juga belum bisa ikut suaminya karena ibunya masih harus menjalani pemeriksaan rutin.

Setelah membeli beberapa peralatan dapur, kami menyewa mobil online lagi. Sampai di salah satu cafe bertema warung kopi. Menu yang ditawarkan aneka camilan lokal dengan teh atau kopi tubruk. Terdapat area outdoor yang cukup luas dan sangat nyaman. Sebelum masuk, aku dan Nabilah menjalani protokol kesehatan. Cek Suhu dan mencuci tangan. Jarak antar meja cukup jauh. Jumlah pengunjung sangat dibatasi. Seminggu lalu cafe ini buka kembali. Waktu operational yang diijinkan hingga jam enam sore.

Di sana, Ralina sudah menunggu.

"Banyak banget belanjaannya. Kayak mau pindahan."

"Emang mau pindahan," sahut Nabilah.

"Serius??" Aku kaget begitu juga Ralina.

"Pindah ke mana?" Tanya Ralina.

Nabilah menatapku lalu Ralina, "Bukan gue yang mau pindahan, tapi mamah. Alhamdulillah rumahnya udah ada yang minat. Pembelinya juga udah transfer DP (down payment). Minggu depan katanya mau pelunasan. Kayaknya pembelinya juga mau renovasi rumah mamah secepatnya.

"Terus udah dapet rumah yang baru?" Tanyaku.

Nabilah mengiyakan. "Baru seminggu yang lalu deal. Mamah pindah ke Purwakarta deket rumah kakak. Sekalian biar gampang main sama cucu."

"Alhamdulillah..."

"Iya. Alhamdulillah banget," sahut Nabilah.

"Eh tapi kalau rumah dijual lo tinggal di mana?" Tanya Ralina.

"Ngekost dulu di Jakarta. Insya Allah sampai akhir tahun ini. Abis itu gue ikut suami."

"Ehhm pindah jadi warga Singapore nih." Kataku.

"Bulan depan juga gue pindah. Mau ngekost di deket kantor," kata Ralina.

Aku dan Nabilah seakan sepakat tidak bertanya panjang tentang keputusan Ralina.

Seperti aku, Ralina juga masih tinggal dengan orang tua di Bogor. Tidak hanya dengan orang tua, tapi juga bersama adik perempuan dan iparnya. Hampir sama denganku, adik perempuanku juga tahun ini akan menikah.

Aku lihat Ralina, tiga tahun lalu dia pernah sangat dikecewakan lelaki yang dia percaya. Lelaki yang kala itu diterimanya datang dalam kehidupannya dan merencanakan masa depan berdua. Namun tidak seperti harapan Ralina ketika masih bersama, satu pihak memutuskan pergi tanpa adanya penjelasan. Tanpa pernah menemui Ralina. Orang yang pernah percaya perkataannya.

Aku lihat Ralina, bagaimana kejadian itu melukainya. Bahkan, tak lama dia melihat lelaki itu sudah bersama yang lain. Kini Ralina sudah lebih kuat dan meninggalkan luka yang menghalanginya. Namun bekas dari rasa penolakan dan tersingkir mungkih masih ada.

Tidak boleh ada yang memaksa Ralina untuk lekas menerima. Itu haknya untuk menjalani proses. Sama halnya tidak boleh memaksanya untuk bisa berbaur kembali dengan lelaki itu yang awalnya dikenal sebagai teman. Jika Ralina memutuskan lebih baik untuk tidak bertemu lagi. Tidak ada keharusan untuk tetap menjalin silaturahmi dengan mantan pacar. Menjalani hidup masing-masing tanpa mengusik juga bentuk silaturahmi untuk saling menghargai. Seperti Ralina menutup buku berisi kisahnya dengan caranya sendiri.

Terkadang bukan sulit merelakan seseorang, tapi timbulnya penolakan, perasaan tersingkir, atau ditinggalkan lebih sulit untuk berdamai dengan dampaknya. Tiap-tiap orang melewati dengan caranya. Seperti berbeda untuk yang pergi, yang ditinggalkan mungkin lebih lama menyimpan kecewa, sedih, khawatir, atau trauma. Perasaan yang mungkin saja membawa ingatan lalu ketika bertemu kembali.

Setelah melewati proses itu, Ralina perlu waktu untuk bisa membangun lagi hubungan dengan orang lain. Lalu, adiknya menikah lebih dulu dan kembali tinggal di rumah bersama orang tua. Ralina memilih ke luar rumah orang tuanya, mungkin itu keputusan yang baik baginya.

Aku atau Ralina memang belum menikah. Kami punya kekhawatiran sebagai kakak. Ikhlas kami untuk adik. Perkara jodoh ada Yang Maha Mengaturnya. Di tahap ini, akupun merasa lebih ringan melepas kegelisahanku padaNya. Ralina ikhlas dengan pernikahan adiknya. Jika ada perbedaan pendapat dalam suatu keluarga yang tinggal bersama. Bukan fokus pada siapa yang benar dan salah, tapi bagaimana keadaan bisa lebih baik. Karena terkadang, ada perbedaan yang akan tetap berbeda walau sudah banyak didiskusikan.

Aku memang belum menikah. Satu hal yang menambah pembelajaran. Pernikahan juga menjadi pernikahan antara keluarga. Seorang anak bisa mendapat orang tua baru, maupun sebaliknya. Kakak mendapat adik baru ataupun sebaliknya.

Termasuk jika timbul permasalahan atau konsekuensi dari tanggung jawab pernikahan, bisa juga menjadi permasalahan atau konsekuensi yang turut ditanggung keluarga. Pernikahan sepertinya bukan hanya keinginan untuk melaksanakanmya. Ada kehidupan setelahnya yang lebih penting. Kesiapan bukan hanya terukur dari kepemilikan materi, tapi tanggung jawab menafkahi dan menjalankan kewajiban.

"Oh iya. Nikahan ade gue akhir bulan ini. Kalau kalian bisa.."

"Iya. Insya Allah kita dateng Ay," sahut Ralina. Begitu juga Nabilah.

Kumpul lagi. Obrolan berlanjut lintas topik. Kue sudah habis. Teh dan kopi tinggal sisa sedikit. Kami masih di sana untuk bersantai sejenak.

"Tunggu bentar. Gue angkat telepon dulu yah," kata Nabilah tiba-tiba.

Nabilah menjauhi meja tempat kami duduk beberapa meter. Dia tampak bingung sambil mengobrol dengan seseorang di telepon.

"Siapa?" Ralina juga menangkap ekspresi yang sama.

"Suaminya mungkin," sahutku.

"Bukan kayaknya."

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Grow Up Love   Pesan

    Menemui Sabtu, setelah melewati hari-hari kerja, rasanya..., nikmat sekali. Aku keluar dari kamar hampir mendekati jam 10 pagi.Di rumah hanya terlihat Ibu dan Kay. Ibu masih mengaduk adonan bakwan sayur di baskom berukuran sedang. Kay focus dengan tablet dan games run away yang sedang dimainkannya.Setelah meneguk seperempat air putih, aku mengambil selemar roti di atas meja makan, cukup mengolesinya dengan mentega hingga rata. Selembar roti sudah habis ku makan hanya beberapa detik saja.Aku duduk di samping Kay, melihatnya yang belum berhenti bermain game."Sudah main dari kapan?""Baru!""5 menit lagi selesai ya!""Aagghhh....," gerutu Kay."5 menit lagi, abis itu kita main futsal di lapangan depan. Mau ga?""Iyaa..," jawab Kay mengiyakan dengan nada malas.Walau begitu, Kay menepatinya. Kami akhirnya pergi ke lapangan futsal yang dituju. Sampai di sana, sebetulnya yang aku lakukan hanya mengawasi Kay bermain dengan anak-anak lain. Ada enam anak lainnya di sekitar lapangan. Kisaran

  • Grow Up Love   Probation, Semakin Terbiasa?

    Tahun 2021Tiga bulan hampir selesai. Masa probation di kantor baru hampir terlewati. Alhamdulillah. Lancar. Butuh ektra tenaga menyelesaikan pekerjaan, karena masih beradaptasi dengan alur pekerjaan di tempat baru.Setelah melewati probation, aku akan melanjutkan kontrak kerjaku di lokasi kantor berikutnya. Alasan terbesar kenapa aku kembali bekerja waktu penuh. Aku akan ditempatkan di kantor cabang Kota Bogor. Akhirnya mobilitas yang sebelumnya menjadi momok hampir di setiap minggu malam akan ku tinggalkan. Aku memang belum tau, kapan situasi akan normal kembali. Dalam seminggu, aku hanya dua hari ke kantor di Jakarta. PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang digunakan untuk mengatasi Pandemik Covid19 masih diberlakukan.Aku kebagian masuk kantor Selasa dan Jum'at. Hari jum'at, Tian sering menjemputku ke kantor, walau tidak jarang dia harus berangkat dari Bogor ke Jakarta untuk menjemput. Sungguh tidak sekalipun aku pernah memintanya sejak kami di fase hubungan yang b

  • Grow Up Love   Impiannya

    Selesai mengerjakan beberapa tulisan jam dua dini hari, aku terbaring mengingat Tian. Ada saja hal yang membuatku ingin menertawakan kekonyolannya yang tidak disengaja. Seperti salah tingkahnya ketika bertemu Ibu.Aku masih belum mengantuk walau sudah hampir setengah jam berbaring di kasur. Random saja, aku ambil satu album yang tersimpan di antara tumpukan buku di dalam rak. Album ketika aku SMA. Tidak banyak foto tercetak. Maklum lebih banyak foto yang tersimpan di HP yang aku gunakan saat itu. Sebagian softfile sudah ku pindahkan ke dalam hardisk.Aku sengaja memuka album dari belakang. Foto yang ingin ku lihat saat moment liburan ke Bandung dan perpisahan SMA. Kenangan yang membuatku merasa hangat di malam itu. Tanganku terhenti di lembaran ke tiga. Sengaja berhenti, karena foto-foto yang ada di halaman berikutnya. Aku memang tidak pernah membuang kenangannya. Hampir semua masih tersimpan, termasuk buku-buku miliknya yang ada di atas mejaku. Tapi aku masih merasa berat, jika melih

  • Grow Up Love   Bulan Sabit

    Kejadian semalam saat Tian membuat pengakuan, masih sulitku percaya. Aku dan Tian? Saat terbangun, aku yakinkan diri sendiri. Aku bisa memulai kembali. Seperti tidak ada alasan untuk menolak. Tian yang tetap ada untukku. Kelak aku memang tidak tau, tapi aku merasa lebih tenang untuk kembali percaya pada suatu hubungan, karena Tian. Notif chat dari Tian hampir tidak pernah absen sejak dulu, muncul di layar hp-ku di pagi hari. Sekedar share menu sarapannya dekat kantor ditambah review mengerupai food vlogger, memberitahu cuaca hari itu seperti g****e weather, tiba-tiba melontarkan tebak-tebakan, atau sekedar merekomendasikan lagu baru yang didengar. Tanpa aku sadari, membuka isi chat dari Tian di pagi hari jadi rutinitas yang tidak pernah aku lewati. Kali ini dia mengirimkan voice note yang membuatku tertawa geli. Dia berkali-kali bilang masih tidak percaya kejadian semalam. Dengan excited dia bilang terimakasih dan memintaku untuk tidak berubah pikiran. Katanya, dia tidak mau membuat

  • Grow Up Love   Pengakuan

    Sepuluh tahun setelah Ad berkata ingin pergi, sebetulnya aku pernah dua kali bertemu dengannya. Bukan di reuni sekolah, melainkan di Yogjakarta saat liburan semester perkuliahan. Aku, Nabilah, Ralina, janjian bertemu Tian dan beberapa teman lainnya di sana untuk liburan. Di masa perkuliahan kami, aku dan Nabilah masuk ke perguruan tinggi negeri sesuai yang kami harapkan di Institut Pertanian Bogor. Sedangkan Ralina, tidak jadi kuliah di Bandung, tapi karena itu aku, Nabilah, dan Ralina bisa bertemu di kampus yang sama. Sedangkan Tian, akhirnya kuliah di Yogjakarta. Karena itu juga Yogjakarta tempat yang kami pilih untuk menghabiskan liburan di semester dua. Tepatnya setahun setelah menyandang status Mahasiswa. Awalnya aku sempat curiga apa ada salah satu yang mengabari Ad untuk bertemu. Kecurigaanku paling besar tertuju pada Tian. Tiba-tiba saja Ad muncul saat acara makan malam di sekitar Malioboro. Apa mungkin Tian yang mengabarinya? Karena Ad dan Tian sama-sama kuliah di Yogjakart

  • Grow Up Love   Kisah remaja

    Matahari bersama dengan awan mendung pagi itu. Aku berjalan beriringan dengan Ad, menyusuri kebun teh yang biasa kami tempuh hanya dengan berjalan kaki. Tidak seperti kami yang baru memulai hari, para pemetik teh sudah memikul keranjangnya masing-masing. Suara aliran irigrasi jadi latar suara menamani aktivitas di pagi hari.Tidak ada senyum merekah yang mudah kutemui dari wajahnya setiap kali dia datang ke rumahku mengajak pergi sekolah bersama. Bukan aku tidak tahu apa penyebabnya, aku hanya masih menghindari ketidaksiapan akan kemungkinan yang tidak aku harapkan.Jika kisah kami akan segera usai, apa mungkin kami adalah pasangan yang menyerah pada jarak atau ada hal lainnya?"Kita udah setengah jam jalan kaki. Kalau nggak ada yang mau dibicarain, aku mau pulang," kataku menahan ragu."Duduk di sana dulu," Ad menunjuk kursi kayu panjang yang biasa digunakan pemetik daun teh istirahat sejenak.Di sisi lain, aku juga sangat ingin mendengar keputusan Ad."Minggu depan, aku pindah," kat

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status