Lily Constance Rivera, a billionaire woman moves to Russia to expand her company but that leads to earning herself an obsessed psycho killer who makes her life a living hell. Having no choice, she hires herself a grumpy and ignorant bodyguard, Xander Lev Morozov. Her bodyguard Xander Morozov was a devilishly handsome man with all the features to drive a woman crazy. ‘I wonder if he is a psycho himself’ is what Lily thinks as she finds him a bit too possessive for a mere bodyguard. ‘ Who knows who the stalker is? Can be anyone, your friend, your family, your employee or even me.’ Lily is left out of words, her mind blank as his words leave a deep impact on her. “You are the first one who has made me feel this way, zhemchug(Pearl)”, does Xander hate her or is he fascinated by her? Maybe the stalker has a role in Lily’s heart.See the thriller unfold and reveal mysterious. Find out how the two souls chase their destiny, will Lily survive in between this wicked game of stalking and possession? A novel by moondustwrites The book contains violence and mature themes, so proceed with caution.
View MorePart 1
“Aku talak kamu Bola ... maksudnya, aku talak kamu Viola Anastasya. Mulai hari ini, kau bukan lagi istriku!”Aku memejam dengan kuat, sesaat setelah dua kalimat itu meluncur dari mulut Arman. Laki-laki yang seminggu lalu menikahiku dengan penuh keterpaksaan.“Sekarang pergilah, Bola! Tidak ada alasan lagi untukmu tetap di sini. Sejak awal aku tidak suka melihatmu berkeliaran di rumahku. Kau pasti tahu itu, bukan?” lanjutnya dengan hanya melirikku tak lebih dari tiga detik.“Segala sesuatu yang menyangkut urusan perceraian kita, aku akan segera mengurusnya. Nanti kukirim akta cerainya ke rumahmu, kalau semua sudah selesai.” Itu kalimat terakhirnya, sebelum laki-laki yang tak pernah mau sekadar melirikku itu pergi dari hadapan.Aku menatap punggung tegap yang semakin menjauh itu dengan hati perih. Sungguh, walaupun tahu ini akan terjadi, tetapi saat kata talak itu benar-benar terucap, tak ayal hatiku sakit tak berbentuk.Seminggu saja. Ya, tujuh hari saja aku menyandang status sebagai seorang istri. Hari ini, tepat seminggu setelah statusku berubah dari gadis menjadi istri seseorang, aku pun menjadi seorang janda.Seminggu saja aku menjadi Istri Arman Gunawan. Istri yang tak diinginkan tentu saja, karena pernikahan ini pun terjadi karena sebuah keterpaksaan.Dia Arman Gunawan, sejak awal tak pernah sudi bahkan sekadar menatap wanita yang secara hukum negara dan agama sebenarnya sudah sah sebagai istrinya ini. Jangankan merayu, mencumbu, atau bermesraan seperti layaknya pengantin baru, dia bahkan selalu bergidik jijik bila kami tak sengaja berpapasan.Aku membuang napas kasar sebelum berbalik. Mengemasi baju adalah tujuanku saat ini. Bukankah laki-laki itu sudah menjatuhkan talak dan mengusirku? Apalagi yang kuharapkan?“Kenapa masih berdiri di sana, Gendut? Bukankah anakku sudah menceraikan kamu? Apa lagi yang kau tunggu?”Aku menoleh saat suara sinis terdengar dari samping. Di sana, berdiri wanita paruh baya sedang melipat tangannya di dada. Rambut bersanggul tinggi dan perhiasan emas yang memenuhi beberapa bagian tubuh, menjadi ciri khas wanita itu. Julukan toko mas berjalan sangat cocok disematkan kepadanya. Tatapan jijik wanita itu terhujam tepat di mataku.“Kau memang tidak tahu diri. Seharusnya sejak awal kau menolak saja pernikahan ini. Siapa yang sudi memperistri dan mengangkat menantu buntalan tak berguna sepertimu? Aku bahkan hampir tidak punya muka kalau saja tidak segera menyembunyikan dirimu di kamar saat hajatan kemarin.”Aku memejam sebentar. Sungguh, walaupun cacian dan hinaan sudah jadi santapan setiap saat semenjak memasuki rumah ini, tak urung hati ini selalu merasa teriris setiap wanita yang bergelar mertua itu menghinaku.Tak ada yang menginginkanku baik di rumah ini atau di mana pun. Aku gegas berlalu dari hadapan Bu Astri. Ibu mertua, oh bukan, mantan ibu mertua karena anaknya baru saja menceraikanku.Tidak perlu lagi sopan santun, bukan? Toh keberadaanku seminggu di sini tak pernah dihargai sedikit pun. Bu Astri malah sengaja menyuruh ART-nya cuti semenjak aku masuk ke rumah ini. Untuk menghemat pengeluaran katanya, dan ... semua pekerjaan rumah tugas ART pun, aku yang harus mengerjakan.Ya, aku hanya jadi babu selama seminggu tinggal bersama keluarga Arman. Tidak lebih. Bu Astri akan mencolek semua permukaan meja dan perabot lainnya di rumah ini setiap hari untuk mengecek pekerjaanku. Padahal rumah mereka cukup besar dan memiliki dua lantai. Bayangkan, aku harus membersihkan semua sendiri. Belum lagi baju-baju kotor seluruh anggota keluarga yang harus dicuci dan gosok setiap hari.Itu saja? Tentu tidak. Hidangan keluarga untuk sarapan, makan siang dan makan malam pun masih aku yang harus mengerjakan. Dan apa kalian tahu ada berapa jumlah anggota keluarga ini?Arman, ayahnya, ibunya, kedua adik wanitanya. Belum lagi satu kakak laki-laki yang sudah menikah dan mempunyai dua anak. Terbayang bukan, piring, sendok, dan perlahan makan lainnya yang kotor dan harus kucuci bila mereka selesai makan?Maka, saat talak itu akhirnya terucap, sebenarnya antara sakit dan senang. Setidaknya statusku bukan lagi pembantu.**Aku mengemasi baju yang tidak seberapa ke dalam ransel kecil. Tidak banyak yang kubawa ke sini saat Arman dan ibunya dengan terpaksa menjemputku seminggu lalu.Kuamati ruangan kecil yang menjadi kamar tidur selama di sini. Hanya ada kasur tipis yang digelar di lantai, dan lemari kayu dengan cermin panjang dan usang terpasang di pintunya.Kamar tidur ini jarang kugunakan. Pekerjaan rumah yang menumpuk membuat waktu tidurku sangat pendek. Tengah malam aku baru tidur, dan sudah harus terbangun jam empat sebelum azan Subuh.Kutatap bayangan diri di cermin yang sudah buram itu. Di mana hanya tampak sesosok besar yang bahkan Bu Astri menyebutnya ‘buntalan'. Tidak ada wajah cantik dan glowing, hanya ada wajah lebar dengan jerawat memenuhi pipi. Padahal hidungku termasuk bangir walau kecil. Rambut sebahu diikat asal, lalu yang mencolok adalah, tubuh yang sebesar drum air.Ya, aku memang memiliki berat badan berlebih. 150 kg. Itu terakhir menimbang. Mungkin berat itu seminggu ini sedikit menyusut karena aktivitas fisik yang banyak. Pinggang rok yang kupakai sedikit ada ruang di sisi kanan dan kiri saat dipakai. Blus lusuh ini juga tidak begitu terasa sesak. Namun, tetap saja aku ini ‘Si Gendut' yang buruk rupa. Arman bahkan memanggilku dengan sebutan bola. Panggilan menyakitkan seorang suami kepada istrinya.“Heh, Buntalan! Apa yang masih kau lakukan di dalam? Bukankah Arman sudah menceraikan dan mengusirmu? Apa kau masih betah di sini? Cepat pergi sebelum calon istri Arman dan keluarganya datang! Aku tak ingin mereka masih melihatmu di sini!”Suara teriakan dan gedoran keras di pintu menarikmu ke alam nyata. Aku melamun. Sebegitu bencinya Bu Astri kepadaku hingga ingin melihat mantan menantu yang tidak diinginkannya ini cepat pergi. Mungkin ia membuntuti sejak tadi, dan menunggu di depan pintu. Lalu menggedor saat aku tak kunjung keluar.Meraih ransel di atas kasur lepek, disampirkan ke pundak, kemudian aku berjalan keluar kamar. Wanita yang wajahnya selalu masam itu, sedang bertolak pinggang. Matanya memindai wajahku.“Jangan bilang kau menangis dulu di dalam karena tidak mau Arman ceraikan!” ujarnya dengan salah satu ujung bibir terangkat sinis.Aku mendecih. Rasanya ingin tertawa mendengar tuduhannya yang lucu. Menangis? Aku bahkan lupa kapan terakhir kali menjatuhkan air mata. Saking terlalu akrab dengan penderitaan.“Jangan membuatku tertawa, Bu!” Akhirnya kalimat itu keluar dari mulutku.“Sudah aku bilang jangan panggil aku ibu! Panggil aku nyonya! Aku bukan ibumu!” Dia berteriak di depanku.“Jangan membuatku tertawa, Nyonya! Aku bahkan ingin berguling-guling karena senang akhirnya bisa bebas dari manusia-manusia yang tak pantas disebut manusia seperti kalian!” Aku balas memaki. Tidak guna terus sopan kepada mereka yang bahkan tidak pernah menganggapku manusia, bukan?Bola mata wanita itu melebar sempurna. Mungkin tidak menyangka aku yang selama seminggu ini hanya diam saat mereka perlakukan semena-mena, berani menjawab.“Semoga salah satu anak gadismu tidak ada yang kelak bernasib sepertiku, Nyonya. Tapi kalau ada, semoga Anda berumur panjang dan dapat menyaksikannya!” Entah keberanian dari mana kalimat itu meluncur dari mulutku.Aku langsung berlalu begitu saja dari hadapan wanita yang wajahnya merah padam dan memegangi dadanya.Broken SlumberLily’s POVMy eyes opened a little only to get shut again by the bright surroundings, I tried to open them again and that was when I saw a man, dressed up in a king’s outfit, it looked like that.Realization dawned upon me as I realized the man was none other than my husband and he was holding my fragile hand tucked up with syringes. It hurts.He was holding my hand as if I would die any moment, the warmth was enough for me to shed a tear with no emotions, this happens when you are lost inside.I was just staring at him, my eyes cried on their own while I tried to remember what was happening.“Xander?” I finally said but my voice came out different as if I had not spoken in months for now but still, I uttered his name with a small voice and a shaky one at that. He froze, he was already still and one could think he was sleeping but now he stiffened and it looked like his breath hitched.He stayed like that, did he think he was hallucinating because he just shrugged his h
Xander’s MotherXander’s POV“She and I were always close but we never understood each other. She was always cunning and so she married your father, Lev Morozov. She did not feel anything for him and even knows this but he could not defy the feelings he had for her. He was head over heels for her which led to his ruins” Maria completes the sentence and I just stare at the wall in front of me.“When they had Lidiya she was still sane but after you were born, she lost it. She wanted everything in the world, she wanted every fucking power and wanted to rule Russia” I already know what she is saying but still stay put and listen.“She helped me a lot and so I married your Uncle but he was cunning, he ruined my plan. He knew whatever I was doing and whatever your mother was doing but Lev was not trying to understand anyone, he defended her always” she says and I could feel her inner hate crawl up for my Uncle.“She was betraying your father, physically and mentally and that too with the en
Maria is shotXander’s POV“She will be fine,” my sister said to me as I sat near my baby, who had not woken up. “She will, she has to,” I said and she put a hand over my shoulder.“Father has called for you, there are already many to take care of her” she spoke to me in a slow voice and I nodded my head.“Where is she?” I asked her, “With William as always”. I stood up and gave her a sharp look, “She will be dead soon, Both shall die in each other's arms and we will see how much their love can hold”.It is time for the most important death, Maria Barone.But she won’t die until she tells us the truth.~“Hello, finally we meet,” my father says and the lady wearing black, freezes. Her eyes stilled at my father, I know she wasn’t expecting this.“W-what are you both doing here? Leave this instant” she yells but it is too late for her. Death is near.“You all can’t do anything,” she says and pulls over a gun, father laughs at her. He is having the most fun here.“Sure I can do anything
Lilies and PearlsLily’s POVLily- Age twenty two“When did I leave?”, I asked Alessia and she frowned, “You texted us that you reached home.” She spoke to me in a confused tone. “I don't remember. I have been out for two days now” I told her as I leaned back over the headrest of my couch. “But we saw you leave with a guy and you were quite drunk,” Alessia told me. I stare at her with disbelief. “I wasn't with any guy, I must have asked him to leave me towards my car” I told her and palmed my face. I was with a guy, I know. My whole body is in pain and I have faded memories about the same. I can't believe I drank so much that I even forgot what happened in the last two days. My back feels like it will break and so I have taken a leave. “Do you know how he looked?” I ask her after rejecting the thought of not telling her about my fucked up situation. “He was tall, and was wearing black”. I don't know who it might be. “Okay, leave it be,” I said finally after getting fed up. I
That WomanLily’s POVLily Age-NineIt’s been nine months since Mom left me and now I am getting the hang of where she is. Dad told me she was in a better place and was happy so I should not grieve about her. Although I understood him, I still wanted her back.Adam was sent to boarding school by Dad because his grades were low and he was not focusing on his studies. I do not want the same to happen to me so I study even though I hate it, I need to study. I do not want to disappoint him. He had been acting strange for a few months, he was a lot happier and I could not understand how. Does he not miss Mom?My mind went back to the time when we were bidding Mom a goodbye one last time and there was that same lady I saw at the party. Dad was staring at her.Is she his friend? Maybe not.“Dad, can I go over to Beatsie’s today?” I ask him and he nods without even hearing me properly. I frown at his behaviour. He doesn't even lift me up anymore, does not kiss me and love me anymore.I turned
The Mother’s DeathLily’s POV“I know I am worthless and I could not save you but I want to devote my everything to you. I don’t know about love but I do know that I want to spend my everything with you. I want you near me and I want to cherish you. My pearl”.I opened my eyes hearing him and I could feel something else inside my heart, did he really say this and for me at that? Am I hearing everything correctly or is it just something I want to listen and so I am hallucinating. But when he holds my hand I felt him near me, he was real and what he said to me was also real. His eyes were closed as he held my hand close to his heart and again said, “Please wake up soon, I cannot wait to embrace you again”. I wanted to smile but I could not, my lips did not help me. But my heart fluttered. ‘I too need you and want you’ I said but he never heard it.I closed my eyes and tightened my hold over his hand, I went into a deep slumber. I remembered the most painful night I faced when my Mom le
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments