Share

52. Sayang

Penulis: pramudining
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-12 07:38:49

Happy Reading

*****

"Bukan apa-apa, Nek. Fardan ini suka sekali menghayal jika saya dan ibunya bersama. Jadi, terkadang dia membayangkan kami bertiga tidur di ranjang sama seperti layaknya keluarga," jelas Bagas yang tidak mau Jannah berpikir negatif dengannya lagi.

Fardan berusaha mengeluarkan suara untuk memprotes perkataan papanya. Namun, bekapan tangan Bagas jauh lebih kuat dibanding tenaganya yang kecil. Suara itupun teredam oleh tangan besar sang Papa.

"Oo, begitu. Memang terkadang anak kecil itu memiliki impiannya sendiri. Jadi, biarkan Fardan juga seperti itu. Tapi, jangan pernah sekali-kali kalian melakukannya jika belum ada ikatan pernikahan," nasihat Jannah, "Tia, sebaiknya kamu tidur sama Nenek. Sementara, Fardan biar tidur sama papanya dulu."

"Iya, Nek," sahut Mutia tanpa bantahan sama sekali.

"Kalian semua istirahatlah. Sudah malam." Setelah mengatakan demikian, Jannah mengajak cucunya ke kamar.

Sepeninggal perempuan sepuh itu dan Mutia, Bagas melepaskan tangannya da
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   55. Pengecut

    Happy Reading*****Tubuh Arham menegang, tetapi dengan cepat dia bisa menguasai keadaan. "Kenapa saya nggak boleh ada di tempat seperti ini. Ingat, Om, saya ini asistennya Bagas, jadi wajar jika saya mengikuti ke mana pun dia pergi," sahut Arham."Lho, kalian saling mengenal?" tanya seorang lelaki berperut buncit dengan peci hitam dan baju batuk."Kebetulan kami tetanggaan di kota, Pak," jawab Bagas seenaknya tanpa meminta ijin pada dua pasangan yang tadi menyapanya. "Oh, begitu," sahut si Pak RT. "Jadi, ada keperluan apa kalian berdua ke sini?""Kami cuma mau melapor bahwa kamu tamu yang menginap di rumah Nenek Jannah," sahut Arham. Dia sengaja menyela perkataan si bos yang terlihat menahan amarah melihat pasangan di depannya."Oh, begitu. Apa hubungan kalian dengan Nenek Jannah?" Lelaki itu mempersilakan Bagas dan Arham untuk duduk, tetapi keduanya menolak. "Kami teman kerja cucu, Pak," jawab Bagas cepat supaya dia segera meninggalkan rumah tersebut. Berada satu udara dengan pasa

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   54. Masih Tentang Tetangga

    Happy Reading*****Mutia terdiam cukup lama. Terbayang perkataan Bagas beberapa waktu lalu yang mengatakan bahwa Nazar adalah seorang bajingan sehingga menyebabkan persahabatan mereka terputus dan berubah menjadi musuh. "Apakah karena ini?" tanya Mutia dalam hati."Ya, sudah. Saya tak pulang dulu, Nek. Kalau terus ngobrol, nanti nggak jadi masak," katanya. Jannah cuma menganggukkan kepala sebagai jawaban. Lalu, menoleh ke arah Mutia yang terlihat diam dan melamun. Perempuan sepuh itu menyentuh lengan cucunya, mengembalika kesadaran si ibu guru. "Nggak usah dipikir. Nenek bersyukur kamu nggak jadi menikah dengan Nazar yang ternyata keluarganya memiliki latar belakang demikian," ucap Jannah, "Nenek yakin, apa yang menjadi takdirmu nggak akan pernah menjauh bahkan pergi darimu. Tapi, jika memang bukan takdirmu, ya, seperti sekarang ini. Jangan sedih dan disesali.""Aku nggak menyesal, Nek. Malah bersyukur, sudah dijauhkan dari orang-orang seperti itu," shut Mutia. "Sudah, Nek. Nggak u

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   53. Tetangga Oh Tetangga

    Happy Reading*****Mutia diam sebentar, lalu melirik Bagas yang masih terlihat mengantuk. Beberapa detik kemudian, dia kembali menoleh pada pasangan paruh baya yang akan berangkat bekerja. Kedua pasangan yang menyapa tadi memang selalu berangkat kerja sebelum subuh karena jarak yang lumayan jauh tempat kerjanya. "Enggeh, Pak Lik. Nanti, saya pasti melapor ke Pak RT. Kemarin, bos saya ini datangnya sudah agak malam. Jadi, sengaja saya menyuruh beliau istirahat terlebih dulu," jelas Mutia sengaja mencari alibi agar mereka tidak berkata dan menuduh macam-macam."Oalah begitu. Ya, sudah. Kami pamit, ya. Mau meneruskan perjalanan," ucap si lelaki paruh baya. "Monggo," sahut Mutia sopan. Sepeninggal pasangan tersebut, Bagas menoleh pada Mutia. "Mereka mau ke mana pagi-pagi begini?""Kerja," jawab Mutia. "Sebaiknya, Bapak segera pindah sebelum banyak yang melihat dan saya kesulitan menjawab nantinya.""Baik, Sayang." Mencolek dagu Mutia. "Genit, ih."Bagas dengan cepat memegang pipi M

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   52. Sayang

    Happy Reading*****"Bukan apa-apa, Nek. Fardan ini suka sekali menghayal jika saya dan ibunya bersama. Jadi, terkadang dia membayangkan kami bertiga tidur di ranjang sama seperti layaknya keluarga," jelas Bagas yang tidak mau Jannah berpikir negatif dengannya lagi. Fardan berusaha mengeluarkan suara untuk memprotes perkataan papanya. Namun, bekapan tangan Bagas jauh lebih kuat dibanding tenaganya yang kecil. Suara itupun teredam oleh tangan besar sang Papa. "Oo, begitu. Memang terkadang anak kecil itu memiliki impiannya sendiri. Jadi, biarkan Fardan juga seperti itu. Tapi, jangan pernah sekali-kali kalian melakukannya jika belum ada ikatan pernikahan," nasihat Jannah, "Tia, sebaiknya kamu tidur sama Nenek. Sementara, Fardan biar tidur sama papanya dulu.""Iya, Nek," sahut Mutia tanpa bantahan sama sekali. "Kalian semua istirahatlah. Sudah malam." Setelah mengatakan demikian, Jannah mengajak cucunya ke kamar. Sepeninggal perempuan sepuh itu dan Mutia, Bagas melepaskan tangannya da

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   51. Sering Tidur Bareng

    Happy Reading*****"Kenapa memangnya. Kalau naik sepeda ontel ini kita lebih cepet," kata Mutia. Mulai mengambil sepeda yang dulu selalu dia pakai untuk ke sekolah.Bagas cuma bisa mengambil napas panjang. "Motor tidak ada, Tia?""Nggak ada. Sudah nggak usah rewel. Cepetan naik, saya yang akan mengayuh sepedanya. Bapak duduk di belakang saja." Mutia menunjuk bagian kosong tepat di belakangnya.Mau tak mau Bagas naik di kursi belakang dengan Mutia yang mengayuh sepeda. Namun, baru dua kali mengayuh, lelaki itu meminta si perempuan untuk berhenti. "Kenapa lagi, Pak?" Mutia mulai kesal, pasalnya dia sadah sangat ingin melihat keramaian pasar malam yang jarang ada di desanya. "Sebaiknya, kita tidak perlu menyusul mereka daripada capek. Aku tidak akan membuatmu berkeringat di malam hari kecuali kamu berkeringat di atas ranjangku," kata Bagas sambil melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Mutia. "Nggak usah mesum, Pak. Ingat nasihat Nenek tadi."Bagas dengan cepat turun dari sepeda, la

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   50. Terciduk

    Happy Reading***** Bagas dengan cepat melepaskan pagutannya dari bibir manis yang sudah dirindukan sejak kemarin.Mutia sedikit mendorong tubuh Bagas agar menjauh, lalu menoleh ke sumber suara yang tadi menginterupsi kegiatan mereka. "Nenek," katanya terkejut.Jannah menarik garis bibirnya. "Maaf. Lain kali, sebaiknya kalian melakukan di tempat yang lebih tertutup atau tahan sampai hubungan kalian halal. Kalau sampai Fardan yang melihat adegan tadi, nggak baik," peringatnya."Nenek ayo makan," ajak Mutia supaya Jannah tidak mengungkit masalah tadi lebih lanjut. Cukup peringatan seperti tadi sudah membuat perempuan itu malu."Ayo," sahut Jannah, tetapi perempuan sepuh itu membiarkan Mutia berjalan terlebih dahulu. Setelahnya, dia menoleh ke belakang. "Nak Bagas harus ingat, kami tinggal di desa yang notabene masyarakatnya masih tabu dengan hal-hal yang kalian lakukan seperti tadi. Jadi, tolong ditahan supaya Mutia nggak menjadi omongan negatif para tetangga. Cukup sudah dia dibicara

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status