Share

147. Gagal

Penulis: pramudining
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-05 08:31:06

Happy Reading

*****

Mutia menempelkan kedua tangannya pada pipi sang suami. Menatap Bagas penuh cinta.

"Maaf, Mas Sayang," ucap si ibu guru membuat Bagas membulatkan kelopak matanya. Mutia beringsut, menggeser posisinya semula, mundur.

Senyum si lelaki terbit, lalu menyerang bibir Mutia secara membabi buta. Bagas sama sekali tidak memberikan kesempatan pada sang istri untuk melanjutkan perkataannya tadi. Mengapa Mutia sampai harus meminta maaf.

Selang beberapa menit kemudian karena ciuman Bagas yang menuntut, Mutia mulai kehabisan napas. Memukul-mukul pelan dada bidang sang suami, si ibu guru meminta untuk menghentikan aksi mereka.

Bagas melepaskan pagutannya. Menyatukan kening dengan napas memburu. "Kenapa minta maaf, Hem?" tanyanya.

"Kita nggak bisa melakukan itu," kata Mutia.

"Kenapa?" Kedua alis Bagas hampir menyatu. Keningnya berkerut dan raut mukanya menunjukkan kekecewaan yang sangat.

Si ibu guru mendekatkan bibirnya ke telinga sang suami. Lalu berkata cukup lirih, "Aku lagi da
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   150. Tetaplah Mencintaiku

    Happy Reading*****"Agak aneh," sahut Arham."Nggak aneh, cuma kaget saja. Kamu bisa ngomong sebijak itu," tambah Surya."Anak Mama ternyata sudah semakin dewasa," timpal Anjani."Makin sayang kalau suamiku seperti ini," jawab Mutia."Kalian ini," ucap Bagas, malu-malu.Anjani tidak berani berkomentar karena takut Bagas akan tersinggung. Sementara itu, Nazar sudah berhasil memeluk Fardan. Sejak anak itu ditemukan dan dibawa pulang oleh anjani dan Surya, Nazar sebenarnya juga ingin dekat. Namun, sayangnya kebenciannya pada Bagas terlalu besar sehingga menyebabkan tembok pemisah yang menjulang tinggi. Pada dasarnya, Nazar itu penyayang dan sangat menyukai anak-anak."Boy, apa kamu mau manggil aku, Om?" tanya Nazar sebelum benar-benar memeluk si kecil yang hampir beranjak remaja.Tangan Fardan terangkat, mencegah Nazar mendekatinya."Boy, jangan begitu," nasihat Bagas disertai senyuman lembut."Apaan, sih, Pa," protes si kecil. Menatap lelaki di depannya. "Om boleh meluk, tapi ada syara

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   149. Saling Memaafkan

    Happy Reading*****Mutia hampir melayangkan kembali tamparan di pipi Nazar andai tangan sang suami tidak bergerak cepat mencekalnya."Sayang, kekerasan tidak akan menyadarkannya. Lagian, saat ini dia sedang dipengaruhi oleh alkohol. Otaknya sudah bergeser," bisik Bagas memperingati sang istri. Mutia terdiam, baru menyadari jika suaminya memang sudah berubah. Biasanya, Bagas akan langsung melakukan kekerasan fisik pada seseorang yang nyata-nyata menentangnya."Mas, dia sangat menentangmu," kata Mutia, masih tak percaya jika suaminya akan dengan mudah memaafkan apa yang sudah dilakukan Nazar."Perkataan Mutia benar. Aku menantangmu secara terang-terangan. Serahkan dia untuk kembali padaku. Maka, aku akan melupakan semua dendam ini." Nazar menatap garang pada Bagas."Nazar, di mana hati nuranimu? Kenapa kamu tega melakukan ini? Jangan sampai Mas Bagas kembali marah dan nggak akan memaafkanmu," bentak Mutia."Biarkan dia melampiaskan semua kekesalan hatinya, Sayang," sahut Bagas, "Apa y

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   148. Saling Memaafkan

    Happy Reading*****Mutia menoleh ke arah sang suami. Mengerutkan keningnya sambil bertanya dengan gerak bibir. "Siapa?"Bagas mengangkat kedua bahunya karena memang tidak mengetahui siapa yang menelpon Mutia dan tidak mempercayai jika dia adalah suami si ibu guru."Tolong jangan marah dulu, Pak. Saya cuma pekerja kafe yang diminta untuk menelpon nomor ini. Orang itu mengatakan jika Bu Mutia adalah istrinya dan sekarang Bapak mengaku sebagai suami Bu Mutia. Jadi, saya bingung. Siapa yang benar dan salah di sini," jelas suara di seberang. "Ngawur saja!" bentak Bagas. Mutia dengan cepat memencet tombol speaker untuk mengetahui penyebab kemarahan sang suami. "Sabar, Sayang," bisik Mutia disertai kecupan di pipi sang suami. "Maaf, kalau memang salah, Pak. Kami cuma menjalankan tugas saja. Kafe kami sudah mau tutup dan orang ini mabuk berat. Jadi, tujuan saya menelpon Bu Mutia sebagai istrinya supaya mau menjemput beliau."Mutia dan Bagas saling pandang. Lalu, si ibu guru membisikkan se

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   147. Gagal

    Happy Reading*****Mutia menempelkan kedua tangannya pada pipi sang suami. Menatap Bagas penuh cinta."Maaf, Mas Sayang," ucap si ibu guru membuat Bagas membulatkan kelopak matanya. Mutia beringsut, menggeser posisinya semula, mundur.Senyum si lelaki terbit, lalu menyerang bibir Mutia secara membabi buta. Bagas sama sekali tidak memberikan kesempatan pada sang istri untuk melanjutkan perkataannya tadi. Mengapa Mutia sampai harus meminta maaf.Selang beberapa menit kemudian karena ciuman Bagas yang menuntut, Mutia mulai kehabisan napas. Memukul-mukul pelan dada bidang sang suami, si ibu guru meminta untuk menghentikan aksi mereka.Bagas melepaskan pagutannya. Menyatukan kening dengan napas memburu. "Kenapa minta maaf, Hem?" tanyanya."Kita nggak bisa melakukan itu," kata Mutia."Kenapa?" Kedua alis Bagas hampir menyatu. Keningnya berkerut dan raut mukanya menunjukkan kekecewaan yang sangat.Si ibu guru mendekatkan bibirnya ke telinga sang suami. Lalu berkata cukup lirih, "Aku lagi da

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   146. Sah

    Happy Reading*****Bagas mengutuk lelaki yang memecah konsentrasinya tadi. Dia menatap tajam pada tamu yang tak dikenalnya itu. Keringat pun mulai turun membasahi dahinya.Mutia dengan cepat menggerakkan tangannya, menggenggam tangan sang calon imam dan menggelengkan kepalanya supaya tidak marah pada tamu yang sedang menelepon dengan berisik tadi."Nggak usah marah-marah di hari bahagia kita. Mas bisa ngulang lagi, kok," bisik Mutia lembut."Ya, bisa. Tapi, Mas, malu, Sayang. Gara-gara orang itu ngomongnya kenceng banget. Konsentrasinya Mas buyar," kata Bagas membalas perkataan sang pujaan."Ya, sudah. Sabar, ulang saja, Mas."Tak lama setelah Mutia mengatupkan bibir, sang penghulu memintanya untuk mengulang kalimat akad tersebut. Saat itu, semua tamu undangan sudah berhenti tertawa dan mulai menyimak apa yang akan diucapkan oleh sang mempelai pria."Ayo, Mas. Kita mulai lagi, konsentrasi, ya. Jangan sampai fokusnya hilang lagi. Nanti, makin lama belas durennya," goda sang penghulu un

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   145. Dibayar Kredit

    Happy Reading*****Mutia menganga menatap lelaki di depannya yang terlihat sangat tampan. Tampilan Bagas sungguh mempesona dan sangat menakjubkan. Pantas jika banyak wanita kepincut padanya."Terpesona, ya? Masmu ini memang ganteng, kok," bisik Bagas yang melihat Mutia masih belum berkedip dan terus menatapnya."Dih," ucap si ibu guru. Baru sadar jika dia terlena oleh ketampanan sang calon suami. Para sahabat keduanya pun tertawa melihat tingkah lucu sang calon pengantin."Jujur saja kenapa?" kata Bagas."Udah nggak usah banyak ngomong. Ayo berangkat keburu telat," ajak Mutia."Hahai, sudah ada yang nggak betah pengen segera nikah," goda Azalia.Mutia mencebik, setelahnya masuk mobil tanpa menggubris candaan para sahabatnya. Bersama Bagas sebagai sopirnya, perempuan itu melaju ke tempat pernikahan."Mas kita mau ke mana sebenarnya? Arah ini kan nggak menuju rumah utama," tanya Mutia."Hmm, siapa yang mengatakan kita nikahnya di rumah?" Menoleh pada sang pujaan, tangan Bagas mulai jah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status