Share

Michael vs Sergio

Author: Rafasya
last update Last Updated: 2025-03-08 07:58:06

Michael duduk di ruang kerjanya, rahangnya mengeras, matanya tajam menatap layar monitor di depannya.

Rekaman CCTV di mansionnya terus berulang di layar, menampilkan perbuatan menjijikkan Sergio terhadap Sahira.

Tangannya mengepal.

Darahnya mendidih.

Napasnya memburu, dadanya naik turun dalam amarah yang hampir tak terbendung.

Brak!

Gelas di tangannya pecah berkeping-keping di lantai, suara nyaringnya menggema di seluruh ruangan.

Michael tak peduli.

Tatapannya gelap.

Dengan langkah cepat, ia keluar dari ruangannya, tubuhnya dipenuhi aura mengerikan.

“Sergio!!!” Teriakannya mengguncang seluruh mansion.

Hening.

Tidak ada jawaban.

Para pelayan yang kebetulan melintas langsung merunduk ketakutan, tak berani mendekat saat melihat ekspresi Michael yang sedang marah.

Hening semakin panjang tapi akhirnya David muncul, dengan tergesa-gesa.

"Tuan, Sergio sudah keluar," lapornya cepat.

Mata Michael menyala penuh kebencian.

Tanpa berpikir dua kali, ia bergegas menuju garasi.

Setibanya di sana, Mi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Bulan sabit di lengan Maxy!

    Beberapa hari kemudian ...Sudah tujuh hari berlalu sejak terakhir kali Maxy melihat Michael.Setiap pagi Maxy duduk di trotoar, menjajakan tisu dan gantungan kunci seperti biasa. Namun kini, ada satu kebiasaan baru yang tidak bisa ia cegah—menatap setiap mobil mewah yang melintas. Setiap deru mesin mobil hitam yang berhenti di lampu merah, setiap pantulan cahaya dari kap mobil yang mengilap, Maxy akan menegakkan tubuhnya, menajamkan pandangan, dan diam-diam berharap. Mungkinkah itu dia?Namun berkali-kali harapannya runtuh.Mobil itu hanya lewat. Tidak berhenti. Tidak menoleh. Tidak membuka jendela sambil tersenyum seperti yang biasa dilakukan Michael.Hufftt!Maxy menarik napas panjang, bibirnya menyunggingkan senyum kecil yang cepat sekali pudar, seperti layangan putus benang yang hilang ke langit. Ia kembali menunduk, merapikan gantungan kunci yang berserakan. Tapi hatinya kosong.Belinda memerhatikan perubahan sikap anaknya. Maxy memang bukan anak yang banyak bicara, tapi biasany

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Dua preman

    Beberapa hari kemudian ....Sudah tiga harian ini Maxy berusaha keras menjauhi orang-orang itu.Dia menghindari rute biasa yang bisa saja mempertemukannya dengan mobil hitam mengilap milik Michael. Dia tak pernah lagi mendekati tempat les elit di sore hari, tak lagi duduk menunggu Joy di trotoar dekat taman. Bahkan setiap kali mendengar suara mesin mobil mahal melintas, Maxy buru-buru menunduk dan menyingkir ke balik tiang lampu jalan atau masuk ke gang sempit.Belinda bangga, mengira anaknya akhirnya menurut. Tapi tidak ada yang tahu, dalam diam, hati Maxy terasa perih. Sejak kecil dia sudah biasa dengan kelaparan, tamparan, bahkan cibiran. Tapi menjauh dari orang yang tulus padanya ... rasanya seperti kehilangan sesuatu yang penting. Tapi dia menahan semua itu. Demi ibunya.Hari ini, dia duduk sendiri di perempatan jalan, tepat di bawah lampu merah yang biasa ia tempati bersama Joy. Tangannya sibuk mengikat seikat tisu kecil dengan karet, mengaturnya rapi di atas baki kardus lapuk.

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Menjauh demi Ibu!

    Pagi hari. Maxy berlari kecil menuju taman kota yang tak jauh dari rumahnya. Di tangannya, ia membawa kardus bekas mie instan yang berisi mainan mobil remot kesayangannya—hadiah dari Michael kemarin.Taman itu luas dan ramai. Anak-anak dari keluarga berada berkumpul di sana, rata-rata sebaya dengan Maxy. Mereka duduk melingkar di tanah berumput yang mulai mengering. Di tengah mereka, beberapa mobil remot canggih berlomba-lomba melaju: ada yang bisa berputar 360 derajat, ada pula yang bisa mengeluarkan suara seperti knalpot mobil sungguhan.Maxy berdiri di kejauhan, wajahnya berseri melihat mobil-mobil itu. Tapi yang paling membuatnya bersemangat adalah bayangan mobil miliknya ikut bersaing. Ia tak sabar menunjukkan betapa kerennya mainan yang ia punya.Dengan langkah percaya diri, Maxy menghampiri kelompok itu.“Hei, boleh aku ikut main?” tanyanya riang.Anak-anak itu serempak menoleh. Seorang anak laki-laki berkacamata dan mengenakan kaos bertuliskan merek luar negeri menatapnya dar

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Jauhi mereka, Maxy!

    “Max, apa itu?” suara Belinda menggema pelan di telinga Maxy begitu ia mendengar langkah ibunya mendekat. Belinda berdiri di kejauhan dengan wajah kelelahan dan baju penuh debu, plastik berisi tisu tergantung di tangan kanannya. Pandangannya tertuju pada kotak besar berwarna biru metalik yang dipeluk Maxy erat-erat seperti benda paling berharga di dunia.Wajah Maxy berubah gugup. Dia tahu ibunya tidak suka menerima barang dari orang asing, apalagi jika barang itu tampak mahal seperti mainan di tangannya saat ini.Melihat ibunya mulai mempercepat langkah, Maxy langsung memutuskan menghindari pertanyaan yang mungkin akan memicu kemarahan Belinda.“Bu, aku pergi main dulu!” serunya cepat.“Max, itu—tunggu! Apa itu?!” Belinda mencoba menyusul, tapi Maxy sudah melesat seperti angin. Kakinya berlari lincah, menghindari genangan air dan melompati batu-batu kecil di trotoar.“Max, jangan lama-lama! Sebentar lagi malam!” teriak Belinda, suaranya semakin pelan tertelan hiruk-pikuk kota.“Siap,

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Hadiah untukmu

    Keesokan harinya.Di sudut trotoar pertigaan dekat halte tua, Maxy sedang duduk bersila di atas kardus tipis. Tangannya sibuk membetulkan gantungan kunci yang sempat berantakan karena beberapa orang dewasa tadi memegang seenaknya, lalu pergi tanpa membeli. Tisu-tisu yang biasa dijajakan bersama Belinda telah habis.“Maxy, tunggu di sini sebentar. Ibu mau ambil tisu lagi. Tisunya sudah habis,” ucap Belinda sebelum berlalu.“Baik, Ibu.” jawab Maxy, tetap sibuk dengan tumpukan gantungan kunci dari manik-manik bekas dan benang kasur yang ia kumpulkan dari limbah.Langkahnya tenang, wajahnya serius meski usianya baru delapan tahun. Sesekali, dia menatap lalu lalang kendaraan di seberang jalan, berharap ada satu saja yang berhenti dan membeli dagangannya.Tap! Tap! Tap!Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat. Awalnya biasa saja. Tapi ritmenya berbeda, pasti bukan langkah orang biasa yang hanya lewat, ini terlalu mantap. Maxy secara refleks menoleh ke kanan.Dan di sanalah dia ...

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Kau menggemaskan!

    Beberapa menit kemudian ....Krukukukuk!Suara perut Maxy yang kelaparan terdengar begitu jelas di tengah suasana senyap sore hari. Ia buru-buru menundukkan kepala, wajahnya memerah karena malu.“Ugh!” Maxy memekik pelan, tangannya refleks memegang perutnya yang berbunyi seperti sedang memberontak.Sierra, yang duduk di sampingnya di tangga depan gedung les elit, menoleh dan langsung menahan tawa. Suara cekikikan kecil keluar dari bibir mungilnya.“Kau lapar?” tanyanya dengan nada geli, matanya membulat lucu.Maxy menggaruk rambutnya yang kusut, meski sebenarnya tidak gatal. Ia menunduk malu. “Hmm. Sedikit,” jawabnya jujur tapi ragu, mencoba menahan rasa malu yang menusuk harga dirinya.Tanpa banyak kata, Sierra membuka tas mungil warna ungu pastel miliknya yang disampirkan di bahu. Ia mengeluarkan sebuah kotak makan bergambar kuda poni. Dengan senyum manis, ia mengulurkannya ke Maxy.“Ambillah, Mommy-ku yang buat.”Maxy menatap kotak itu sejenak. Matanya berbinar, tapi dia masih ragu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status