HAPPY READING“Mi, aku kan udah bilang, aku ini nggak mau dijodohkan,” ucap William kepada maminya di balik speaker.“Ya, aku tetap nggak mau mi,” ini kesekian kalinya Willi menolak permintaan orang tuanya.Mami William menarik nafas, “Dengerin dulu mami, Willi. Ini tuh Livy. Kamu pernah kenal dia dulu waktu kecil. Coba ketemu dulu, baru bilang nggak.”“Tetap aja Willi nggak mau mi. Mama ngertiin dong perasaan willi gimana. Willi udah dewasa, bisa nentuin hidup sendiri.”“Tapi mami ingin kamu ketemu dulu sama Livy, dia baru pulang dari New York.”“I don't want to meet her, mi,” timpal Willi, karena sudah beberapa kali berkenalan dengan wanita, berakhir sia-sia. Semuanya tidak sesuai dengan seleranya. Mungkin si wanita mau, sedangkan dirinya tidak.“Tolong kamu ketemu dengan Livy besok. Kalau kamu nggak suka, setelah itu mami nggak akan ngenalin kamu ke anak teman mami yang lain.”William menarik nafas, jujur ini merupakan kesekian kalinya sang mama menjodohkan dirinya dengan seoorang
HAPPY READING“Kelebihan dan kekurangannya apa menurut kamu?” Tanya William penasaran.“Kalau apartemen itu banyak fasilitas seperti kolam renang, minimarket, mall, tempat gym, sedangkan di kostan enggak. Kalau kostan exclusive seperti saya tempati fokus kebutuhan sehari-hari, misalnya ada laundry geratis, jasa bersih kamar geratis, wifi, maintenance, parkir, include listrik, air. Kita datang cuma pakek aja, nggak bayar lagi. Kalau apartemen kan nggak semua itu bayar.”“Kalau masalah privasi, memang apartemen itu lebih privasi dibanding kost. Kalau kost masih bisa bertemu dengan kost di sebelah siapa, bahkan saling sapa. Tapi saya lebih provide ke kebutuan sehari-hari sih. Buat hidup lebih mudah aja.”“Kalau saya beri fasilitas kamu tempat tinggal apartemen, kamu mau?” Tanya William.Anja menoleh menatap William, “Apartemen siapa?”“Apartemen milik saya. Milik pribadi, nggak di tempatin juga.”“Di mana?”William menarik nafas, ia menjalankan mobilnya kembali, “Apartemen Kemang Villag
HAPPY READING“Enggak saya saja sih, banyak sekali pelajar Indonesia menggunakan jasa agen ini. Tapi pengalaman saya dan teman-teman lainnya, saya merasa ditelantarin. Ada sebagian teman-teman saya mengunakan agen lalu pulang ke Indo. Karena tidak menyangka karena kuliah di Jerman itu ribet dan membutuhkan proses yang tidak sebentar.”“Untung saja saya punya teman Juliet, mungkin orang tuanya sangat berpengalaman kuliah di luar negri seperti apa. Juliet kuliah di Jerman melalui website kedutaan Jerman, dia banyak membantu saya, bahkan dia memasukan saya ke group PPI di jerman.”“Itu pentingnya punya pengalaman, atau orang tua yang kuliah di luar, bukan seperti saya yang tersesat di tengah-tengah negara orang yang nggak tau apa-apa,” ucap Anja.“Terus.”“Pertama-tama tinggal di sana, saya stress, biaya hidup tinggi, homesick, rasisme dan diskriminasi. Makanannya kurang enak, teman seks bebas, saya tidak akan terlena lagi dengan segala kenyamanan di Eropa.”“Yah, sampai akhirnya saya b
HAPPY READING***Setelah dinner Anja dan Willi memutuskan untuk pulang. Ia melirik Willi sedang memanuver mobilnya, dia memperhatikan jarak mobil dan motor di hadapannya. Tangan kanannya di setir dan tangan kirinya berada di audio mencari music yang untuk mereka dengar selama di perjalanan.Ia melihat Willi mengenakan jam tangan. Jujur ia merasa, kalau pria mengenakan jam tangan, dia terlihat jauh lebih tampan. Apalagi ketika lengannya bajunya tergulung hingga siku, kesannya jauh lebih sexy dibanding yang tidak. Alasanya karena dia terlihat rapi, dan dewasa.“Kamu ada media social?” Tanya Anja penasaran.“Media social seperti apa?”“Instagram, facebook, atau yang lainnya,” Tanya Willi.Willi menyungging senyum, “Saya nggak sempat main media social Anja. Kerjaan saya lebih banyak, lebih baik saya menyelesaikan pekerjaan saya, dari pada mengurus social media.”Anja tersenyum, jujur ia lebih suka dengan pria yang tidak popular di media social, apalagi dia tidak aktif di sana. Misalnya
HAPPY READINGKini ciuman mereka terkesan seperti besok akan kiamat, dan bahwa hari ini adalah hari terakhir mereka bisa melakukan apapun yang mereka inginkan tanpa perlu khwatir akibatnya. Ciuman mereka basah dan menyeluruh.Ia bisa merasakan bagaimana Willi menciumnya dengan mengebu-ngebu dan kedua tangannya akitf menyentuh seluruh tubuhnya secara menyeluruh. Ia memejamkan mata ketika tubuhnya sudah berbaring di tempat tidur, ia membiarkan Willi melakukannya. Bibir mereka saling berpangutan satu sama lain, memainkan lidah. Rasanya sangat luar biasa.Willi melepaskan kecupannya, ia mengalihkan ke leher Anja. Anja mendongakan kepalanya agar Willi bisa mengecupnya lebih dalam. Willi menghisap pelan dan memainkan lidahnya di sana. Desahan-desahan halus lolos dari bibir Anja. Sedangkan kedua tangan Willi aktif memijat dada.Mereka sama-sama hilang control, Anja membuka matanya, ia merasakan bibir Willi berada di tulang selangkanya. Pria itu mengecupnya lebih dalam, ia meraba ujung kao
HAPPY READING“Hai Anjani, ini saya Richad. Tolong save nomor saya.”Anja lalu membalas pesan singkat itu, “Iya.” Ia menyimpan nomor bos nya Ia mengubah posisi tidurnya menyamping, lalu ponselnya bergetar di sana tertera nama “Pak Richad Calling” Oh God, kenapa pak Richad menelfonnya jam segini. Ok, mungkin kedengarannya tidak sopan, inginnya tidak mengangkatnya. Namun dia adalah bos nya di kantor, mau tidak mau ia harus mengangkat panggilan itu.“Iya, halo,” sapa Anja.“Hai, kamu lagi apa?” Tanya Richad.“Saya mau tidur.”“Maaf, saya menganggu kamu.”“Ah, tidak apa-apa pak. Ada apa pak?”“Saya hanya mau tanya, apa kamu sudah menyimpan nomor saya?”“Iya, sudah.”“Kenapa tidak ada foto profil kamu.”“Karena saya tidak memakai foto profil sejak lama.”“Really? Why?”“Entahlah, saya memang tidak tertarik menggunakan profil WA saya, awalnya coba-coba saja tidak menggunakannya. Namun semakin ke sini, saya lebih nyaman menggunakannya. Kalau pasang foto profil saya selalu berpikiran, ‘ah sa
HAPPY READING“Terus.”“Kelihatan banget kalau pak Richad suka sama ibu.”“Ah, masa sih? Masa pak Richad mau sama saya yang karyawan gini.”“Pak Richad pasti cari yang selevel sama dia, saya nggak mau ngarep,” ucap Anja lagi.“Ah, nggak mungkin lah bu, ini tuh beda, kita lihat tatapannya pak Richad terhadap ibu saja berbeda. Buat apa pak Richad repot-repot ngasih kopi buat ibu, ngajakin makan siang,” ucap Nia lagi.“Kalian terlalu berlebihan, udah sana-sana kerja. Jangan termakan gossip yang tidak-tidak. Pokoknya saya dan pak Richad itu nggak ada hubungan apa-apa. Kemarin dekatnya karena saya mendepat klien besar seperti pak William. Itu saja,” ucap Anja menjelaskan.“Ah nggak mungkinlah sekedar itu aja. Ibu tuh cantik dan wajar kalau pak Richad suka .”“Udah ah jangan bahas lagi. Cuma kopi doang. Kalau mikirnya pak Richad suka sama saya, aneh tau.”“Dari kopi turun ke hati bu,” timpal Tio.Anja tertawa, “Ah, kamu ada-ada saya.”“Klien kita pak Hendra sudah kamu follow up belum?” Tany
HAPPY READING“Sudah mau pulang?” Tanya Anja ia menyapa hhanya sekedar basa basi.“Iya, bu ini mau pulang, maklum pejuang KRL,” ucap Tio sambil tertawa.“Semangat ya pulangnya,” Anja tertawa, ia tahu kalau betapa ribetnya transit di stasiun itu, mau tidak mau penumpang kereta harus melewati proses uji coba utak atik kebijakan system ke depan yang lebih baik.“Kita pulang dulu ya bu,” ucap Tio dan Nia.“Kalian hati-hati di jalan.”Anja melihat kepergian Tio dan Nia, ia membuka leptopnya lagi, ada pekerjaan yang harus ia kerjakan. Lagian jam pulang kantor juga masih macet, ia single dan tidak ada yang harus ia kejar. Lagian pak William juga tidak menghubunginya untuk datang malam ini.Anja melihat ruangan tampak sepi, hanya ada beberapa orang staff yang masih di meja kerjanya, ada yang sambil telfonan sama anak dan istri, ada yang biasa menunggu macet, ada IT yang masih belum pulang, karena kerjaanya memang selalu malam..Anja melanjutkan pekerjaannya, teringat kata-kata pak Richad, ba