"Claire, kamu mau pergi kemana?" Bella bertanya kepada putrinya yang tengah sibuk berkemas. Claire menjadi bersikap canggung tapi berusaha untuk mengontrol kegugupannya. "Ehh... ini ada acara kantor, bagian staff pemasaran yang telah memenuhi target akan melakukan tour ke puncak." "Sepertinya pekerjaanmu di perusahaan baik-baik saja." Bella tersenyum sambil mengelus rambut Claire. Sebenarnya Claire ingin memberitahukan kepada ibunya, jika dia sudah di lamar oleh Tristan, tetapi kekasihnya itu meminta Claire untuk menyembunyikan dulu kabar bahagia itu sampai pulang dari tour karyawan. "Benar Ma, pekerjaanku lancar dan nyaman," Claire memeluk ibunya. "Maaf jika setelah Claire bekerja jadi tidak banyak waktu untuk Mama, apalagi Kak Tristan juga sudah menikah dan sibuk dengan keluarga barunya." Bella menatap wajah putrinya dengan haru, tidak menyangka rasanya baru kemarin dia menimang Claire tapi kini putrinya itu telah tumbuh dewasa. "Lalu kapan putri Mama ini akan menyusul
"Sandra?" Axel menatap istri pertamanya itu terlihat sangat terkejut. "Tenanglah Anjani, Sandra juga sedang sakit, Aku membuat kalian satu ruangan agar Aku lebih mudah menemani kalian berdua." Axel segera menjelaskan seolah tahu apa yang sedang Anjani pikirkan saat ini. "Dia sakit apa?" Axel mulai gelagapan, tidak mungkin dia mengatakan hal yang sebenarnya kepasa Anjani. Istri pertamanya itu bisa menjadi syok dan pasti akan membahayakan nyawanya dan juga nyawa putranya. "Sandra pingsan karena kelelahan, dia menemanimu untuk menunggu dirimu." Anjani seolah tidak percaya ucapan suaminya. "Kenapa dia menungguku? Aku tidak membutuhkan perhatian wanita yang sudah merebut suamiku!" Kembali Anjani bersikap di luar kendali, Anjani memaksakan untuk bangun untuk mengusir Sandra padahal kondisinya sendiri masih sangat lemah. "Anjani, jangan bangun dulu, kondisimu belum stabil!" "Jangan halangi aku, Mas!" Anjani berusaha memberontak saat Axel memeganginya. "Aku tidak
Plak.. Sandra menampar Nina karena merasa kecewa atas perbuatan lancang dari sahabatnya tu. "Kenapa kamu malah menamparku, San?" Nina juga terliat kesal dengan sikap kasar Sandra padanya. Padahal dialah yang membantu Sandra saat terluka dulu. "Kamu tidak punya hak untuk ikut campur urusanku, Nin! Aku sungguh kecewa sama kamu!" Nina berdecak kesal. "Aku hanya tidak ingin kamu di lukai lagi oleh pria itu, San!" "Apapun yang terjadi antara aku dan suamiku itu bukan ranahmu lagi, Nina!" Sandra kesal karena Nina terus mengelak dan bersikap seolah tidak melakukan kesalahan. "Kamu hanya bertugas untuk merawatku sampai sembuh, bukan malah ikut campur urusan pribadiku!" "Sandra!" Nina berusaha meyakinkan sahabatnya agar mau berpihak dan membelinya. Sayang Sandra tidak mau mendengarkan dan memilih pergi dari ruangan kerjanya. Melihat sorot kemarahan Sandra yang tidak pernah dia lihat, membuat Nina ngeri dan akhirnya memilih diam. Memang saat mengirimkan foto pribadi Sandra dan Axel ke
"Ya Tuhan, bagaimana keadaan Anjani? Apakah saat kamu ke apartemennya dia sedang sakit?" Sandra terlihat ikut khawatir dengan kondisi Anjani. Axel menggelengkan kepala, rasa bersalah bercampur rasa takut kehilangan Anjani dan juga putranya membuat Axel mematung. "Oh Astaga!" Sandra segera memeluk Axel. "Percayalah padaku, Anjani dan calon anakku akan baik-baik saja." Di peluk dan di tenangkan oleh Sandra, membuat perasaan Axel sedikit tenang, seolah ada yang memberikannya energi untuk bangkit kembali. Jika bisa memilih, Axel juga tidak ingin berada di situasi yang serba salah seperti sekarang. Tetapi takdir seolah menertawakan Axel dan mempermainkannya, menaruhnya di dua wanita yang sama-sama mengharapkan cintanya. Hatinya juga kini sudah terbagi kepada dua wanita yang memang sudah menjadi istrinya dan berhak mendapatkan cintanya dengan adil. "Terima kasih untuk doamu yang tulus, San," Axel berusaha mengendalikan perasaannya di depan istri mudanya itu. "Tapi bagaim
Sudah hampir seharian setelah Axel datang di apartemen Anjani, istri pertamanya itu tidak mau makan sama sekali hingga membuat Axel khawatir. "Sayangku, Aku minta maaf karena sudah terlalu lama meninggalkanmu dan calon bayi kita, Ayo sekarang makan ini kamu belum makan dari pagi." pinta Axel sambil menyodorkan sesendok bubur yang di buatnya khusus untuk Anjani. Anjani tidak menjawab bahkan menangkis tangan Axel hingga sendok berisi bubur itu jatuh di lantai. Sebenarnya Axel lelah dengan sikap Anjani yang cemburu seperti ini, tetapi Axel juga merasa bersalah kepada Anjani jadi Axel lebih memilih mengalah dan tetap bersikap baik kepada Anjani yang tengah merajuk. "Aku harus bagaimana agar kamu berhenti marah, sayang?" Anjani lalu menatap tajam kepada Axel. "Kamu masih bisa memanggilku sayang ketika sudah melupakanku bersama istrimu yang lain!" "Astaga Anjani!" Axel menjadi pening karena Anjani tetap merasa cemburu walau Axel sudah menjelaskan. "Aku sanggup mengalahka
18 jam sebelum acara kejutan di ulang tahun Claire, Tristan meminta pendapat dari Franky. "Gadis itu besok ultah, kira-kira aku harus memberinya kado ataupun ucapan selamat ulangtahun?" celetuk Tristan pada Franky. "Besok gadis itu ulang tahun?" Franky seolah memiliki rencana lain. Tristan terkekeh, "Gadis itu sangat tergila-gila padaku, yah! Jika aku menghadiahkan sesuatu untuknya pasti dia juga akan semakin bertekuk lutut kepadaku!" Franky tersenyum licik. "Lamar dia besok, buat dia semakin jatuh hati kepadamu lalu di saat dirinya merasa sudah memiliki dirimu barulah kamu tinggalkan dia." Awalnya Tristan sempak syok ketika Franky memintanya untuk melamar Claire, tetapi jika di pikirkan lagi ucapan Franky merupakan solusi jitu untuk membuat Claire hancur dan terluka. Tentu kehancuran Claire itu dapat membuat kedua orangtua Claire ikut menderita pula, dan di saat Marco lengah disitu Tristan akan menghancurkan habis-habisan Marco dan menyeretnya dengan keadaan tidak be