MasukAlvin dan Claire telah sah menjadi suami istri, walau dengan rasa keterpaksaan untuk Claire, Alvin pria yang baik dan itu Claire akui tetapi Claire hanya menganggap Alvin sahabatnya, tidak ada cinta sama sekali. "Kamu tidak akan bahagia jika kita hidup bersama, Alvin," seru Claire ketika Alvin tengah merapihkan pakaiannya. "Aku tidak mencintaimu." Alvin berhenti merapikan baju Claire untuk sesaat setelah mendengar ucapan istrinya, kemudian tersenyum hangat pada Claire. "Tidak masalah jika kamu tidak mencintaiku, yang pasti Aku mencintaimu," Alvin lalu memegang kepala Claire. "Aku tidak akan menuntutmu ataupun memaksamu melakukan apapun, kamu bebas melakukan hal yang kamu sukai termasuk tidak mencintaiku, yang aku harapkan hanyalah kamu bahagia dan itu cukup untukku." Kembali Alvin merapihkan pakaian Claire, sudah dua bulan mereka menjadi suami istri, tetapi Alvin sama sekali belum menyentuh Claire. Bukan tidak ingin menyentuh wanita yang dicintainya, tetapi Alvin tidak ingin
"Apa!" Claire sangat terkejut dengan apa yang Ayahnya katakan. "Tidak mungkin Tristan menikahi Noura!" "Anakku," Marco segera memeluk Claire yang terlihat sangat terguncang. "Ini kenyataan, Tristan memilih untuk menikahi Noura." Bella hanya terdiam dan menangis, rasanya tidak tega melihat Claire harus tersakiti seperti ini, tetapi ini permintaan dari Ethan. Ethan tidak siap menjadi Kaka dari wanita yang sempat dia cintai di hatinya. Ethan berkorban untuk menikahi Noura dan memilih di benci oleh Claire. "Tidak mungkin! Tristan dan Aku saling mencintai, tidak mungkin Tristan menikahi Noura!" "Sayang, kita harus menerima kenyataan ini, pernikahan ini batal." Bella mencoba membujuk Claire agar mau mengerti. "Mama tidak mengerti! Pernikahan ini adalah impianku, bagaimana bisa aku membatalkan ini semua!" "Tapi pria itu telah bersama wanita lain, Claire," Bella kembali memperlihatkan foto pernikahan Tristan dan Noura yang sederhana. " Pernikahan ini terpaksa harus di bata
Beberapa bulan kemudian.... Acara pernikahan Tristan dan Claire akan dilaksanakan besok hari pukul 8 pagi. Semua persiapan sudah begitu matang dan tertata, hanya tinggal memikahkan dua mempelai pria dan wanita.Teman-teman Claire dari berbagai tingkatan pendidikan turut hadir dan memberikan semangat serta memuji betapa beruntungnta Claire mendapatkan Tristan yang tulus mencintainya apa adanya. "Kamu sangat beruntung mendapatkan pangeran yang tidak hanya tampan fisik tetapi tampan hatinya juga, Claire." seru Susi."Bagaimana Claire tidak beruntung? Claire itu gadis yang sangat rendah hati dan juga humble dengan siapapun tidak peduli dia dari keluarga kayaraya tetapi tetap mau bermain dengan kita yang orang biasa. Harusnya Pria itu yang beruntung karena mendapatkan gadis seperti Claire." Alesha juga tidak mau kalah memuji Claire. Semua teman-teman Claire turut bahagia dan juga mendoakan yang terbaik. Walau kondisi Claire saat ini berada di atas kursi roda, Tristan sama sekali tidak
9 jam yang lalu... Anjani berjalan di lantai rumah sakit tempat Sandra di rawat dengan langkah berat namun tetap meneguhkan hati. Kali ini keputusan yang akan dia ambil memang sangat menyakitkan hati, namun tetap mempertahankan pria yang sudah tidak mencintainya lagi itu bagaikan menusukkan belati di hati sendiri. Sesekali Anjani menyeka air matanya yang hendak meluncur deras, sekuat tenaga dia tidak akan menangis lagi. Anjani akan fokus untuk membesarkan anaknya saja dan menata hidupnya tanpa ada seorang suami di sisinya. Penjaga yang di Perintahkan oleh Candra selalu bersiaga di depan pintu kamar rawat Sandra. "Anda tidak bisa sembarangan masuk ke dalam ruangan rawat ini!" cegah penjaga itu menghalagi Anjani yang hendak masuk. "Tolong izinkan saya untuk masuk ke dalam, Saya harus bertemu dengan Sandra." Melihat wajah memelas dan kondisi perut yang besar, penjaga itu sedikit merasa iba dan berniat untuk memberitahukan kepada Candra bahwa ada seseorang yang ingin
Sikap dingin dan penolakan dari Axel seolah membuat hati Anjani begitu sesak. Tatapan cinta yang dulu ada di kedua mata suaminya itu kini tidak terlihat lagi, hanya tatapan kosong memikirkan istrinya yang lain. "Makanlah sup ikan ini Mas, bukankah kamu sangat menyukai sup ini?" bujuk Anjani bahkan sampai berusaha menyuapi Axel. Sudah seharian Axel sama sekali tidak makan, Anjani melihat suaminya hanyalah raga saja yang bersamanya tetapi jiwanya bersama dengan Sandra. Axel menatap Anjani dengan tatapan sayu, wajah Anjani tersenyum, di saat itu Axel melihat Sandralah yang berada di hadapannya kini. "Sandra sayang," Axel tersenyum merasa senang Sandra ada di hadapanya. Sakit sekali Anjani melihat suaminya seolah depresi, bahkan tidak mengenali lagi Anjani yang berada di hadapannya. Namun Anjani berusaha tersenyum walau hatinya merasa begitu getir. "Iya, Ini aku Sandra, Ayo buka mulutmu dan makanlah dulu." Axel terus menatap Anjani dan membayangkan Sandra yang ada
"Aku cacat!" saat itu juga Claire seperti melayang tidak tentu arah. Pandangan mata Claire kosong memikirkan nasibnya nanti. Tristan mencoba untuk menggoyangkan pundak Claire agar gadis itu tersadar dari lamunan panjangnya. "Claire... Claire..." seru Tristan nampak khawatir. Claire manatap Tristan, takdirnya kini begitu berat. "Tidak mungkin! Aku tidak mungkin cacat!" Kembali Claire berusaha keras untuk menggerakkan kedua kakinya, tapi tetap saja kakinya tidak mau menuruti instruksi Claire, kakinya hanya diam tanpa ada gerakan sedikitpun. "Ayo bergeraklah.. ayo...." Claire memaksakan diri sampai wajahnya memerah karena terlalu keras berusaha menggerakkan kakinya. Nihil, sekuat apapun Claire mencoba, kakinya tetap tidak mau bergerak. "Kenapa kalian tidak mau bergerak ketika aku memerintahkannya!" Claire histeris sampai memukuli kedua kakinya dengan keras. Melihat Claire begitu terpuruk dan histeris, ada sedikit rasa kasihan di hati Tristan tetapi tetap saja Trista







