Home / Romansa / HASRAT TERLARANG ADIK TIRI / 8 - ADIK TIRI OVERPROTEKTIF

Share

8 - ADIK TIRI OVERPROTEKTIF

Author: Ranari Kka
last update Last Updated: 2025-10-14 19:08:04

Chloe berdiri di belakang meja bar. Tangannya lincah menata gelas dan membersihkan bekas tumpahan susu. Matanya tampak fokus, tapi gerakannya terlalu mekanis seolah pikirannya tertinggal di tempat lain.

Sudah hampir setengah jam ia bekerja tanpa bicara. Hanya sesekali mengangguk ke pelanggan yang memesan. Di luar jalanan sore mulai ramai, tapi dunia di dalam kafe terasa jauh lebih tenang.

Sampai suara berat namun tenang memecah keheningan.

“Kau baik-baik saja?”

Chloe menoleh pelan. Arga bersandar di meja kerja sebelah, rambut gondrongnya dikuncir rapi, lengan seragamnya digulung sampai siku. Ia menatap Chloe dengan ekspresi cemas yang disamarkan oleh senyum tipis.

Chloe sedikit mengerutkan kening, tidak mengerti maksudnya.

Arga menatapnya sejenak, lalu menunduk, seperti ragu apakah ia seharusnya melanjutkan.

“Maksudku… semalam. Pria itu. Dia sungguh adikmu?” Ia menatap lurus, seolah mencari kata yang tepat.

Chloe mengedip pelan, lalu menurunkan pandangan ke cangkir yang sedang ia lap.

“Ah, maksudmu Dante? Iya, dia adik tiriku. Ibuku dan ayahnya menikah” katanya datar.

“Oh, jadi begitu” Arga mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan rasa penasaran di balik sikap profesional.

Ia berpura-pura fokus pada biji kopi di tangan, tapi pikirannya berkelana. Kilasan semalam masih terekam jelas di benaknya. Terlebih lagi Dante mengatakan kalau mereka pernah bersama dan berpisah.

Bukan hanya itu, sikap posesif, gaya bicara, bahkan tindakannya terlalu aneh untuk sekadar saudara.

Namun Arga tidak berkata apa-apa lagi. Ia memilih menekan pertanyaan yang bergema di kepalanya. Ada sesuatu di mata Chloe yang membuatnya tak tega menyinggung lebih jauh, seperti kaca tipis yang bisa retak kapan saja.

Bel berbunyi lembut ketika pintu kafe terbuka. Udara luar yang sejuk masuk bersama langkah berat seseorang.

Chloe sedang menuang susu ke dalam cangkir latte ketika ia merasakan aura tajam dan familiar. Ia menoleh perlahan dan sontak membelalak karena Dante sedang berjalan ke arahnya.

Hoodie hitam menempel d tubuh. Rambutnya berantakan seperti biasa. Luka di wajahnya masih tampak samar.

“Oh, hai, Kak!” panggilan itu terdengar sangat menekan.

Beberapa kepala pelanggan refleks menoleh. Arga yang tengah mengeringkan gelas ikut mengangkat pandangan. Keningnya berkerut.

Chloe berusaha tersenyum tipis. Giginya mengatup menahan emosi yang hendak meledak.

“Sedang apa kau di sini? Aku sudah bilang jangan lakukan hal gila lagi saat kau bersamaku!”

Dante berhenti tepat di sisi meja bar. Menyandarkan satu tangan di permukaan.

“Ibu menyuruhku menjagamu, Kakak. Katanya kau sering lupa makan kalau sibuk,” ucapnya kembali menekankan panggilan dengan nada ambigu.

“Pergilah. Aku tidak butuh dijaga.”

“Tapi ibu yang memintaku. Kau bisa telepon dan tanya saja langsung pada ibu.”

Tatapan Dante berpindah dari wajah Chloe ke tangan Arga yang masih memegang lap kain.

Arga segera menaruh lap itu, seolah baru tersadar bahwa posisi tubuhnya terlalu dekat dengan Chloe.

“Hei, santai saja, aku cuma bantu dia bersih-bersih.”

Dante tidak menjawab. Pandangannya tetap menekan, lalu perlahan beralih kembali ke Chloe.

“Kupikir aku akan menunggu di sini sampai kau selesai.”

Chloe terdiam sejenak, lalu kembali fokus pada pesanan pelanggan. Ia memaksanya keluar pun, pria itu pasti akan datang lagi.

“Terserah kau saja. Asal jangan ganggu pekerjaanku.”

Tapi itu mustahil.

Sepanjang jam kerja berikutnya, Dante duduk di kursi paling pojok. Posisinya sempurna untuk mengawasi segalanya. Matanya nyaris tak pernah lepas dari Chloe.

Setiap kali Arga mendekat untuk membantu, Dante hanya sedikit mencondongkan tubuh atau mengetuk ujung cangkir dengan sendok logam. Isyarat kecil yang cukup untuk membuat suasana menegang.

Chloe pura-pura sibuk, tapi kaku. Gerakannya kehilangan ritme. Sekali waktu, ia hampir menjatuhkan cangkir karena menyadari Dante masih menatap tanpa berkedip.

Beberapa pelanggan mulai saling berbisik.

“Pacarnya, ya?”

“Kelihatannya… agak kasar.”

Bisikan itu membuat wajah Chloe memanas. Bukan karena malu, tapi karena marah.

Arga yang berdiri di belakang kasir mencuri pandang beberapa kali ke arah Dante. Tatapan pria itu membuatnya tak nyaman, tapi ia juga tahu ini bukan situasi yang mudah.

Akhirnya di sela waktu sepi antara pesanan, Arga bersuara pelan mencoba mencairkan suasana.

“Adikmu benar-benar protektif, ya.”

Chloe berhenti mengelap meja. “Dia hanya berlebihan,” jawabnya datar.

“Tapi kau baik-baik saja?”

Chloe tidak menjawab. Ia hanya menatap ke arah meja pojok. Dante masih di sana, duduk tenang. Tapi setiap kali mata mereka bertemu, Chloe merasa seolah sedang menatap kandang yang pintunya sebentar lagi terbuka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   8 - ADIK TIRI OVERPROTEKTIF

    Chloe berdiri di belakang meja bar. Tangannya lincah menata gelas dan membersihkan bekas tumpahan susu. Matanya tampak fokus, tapi gerakannya terlalu mekanis seolah pikirannya tertinggal di tempat lain.Sudah hampir setengah jam ia bekerja tanpa bicara. Hanya sesekali mengangguk ke pelanggan yang memesan. Di luar jalanan sore mulai ramai, tapi dunia di dalam kafe terasa jauh lebih tenang.Sampai suara berat namun tenang memecah keheningan.“Kau baik-baik saja?”Chloe menoleh pelan. Arga bersandar di meja kerja sebelah, rambut gondrongnya dikuncir rapi, lengan seragamnya digulung sampai siku. Ia menatap Chloe dengan ekspresi cemas yang disamarkan oleh senyum tipis.Chloe sedikit mengerutkan kening, tidak mengerti maksudnya.Arga menatapnya sejenak, lalu menunduk, seperti ragu apakah ia seharusnya melanjutkan.“Maksudku… semalam. Pria itu. Dia sungguh adikmu?” Ia menatap lurus, seolah mencari kata yang tepat.Chloe mengedip pelan, lalu menurunkan pandangan ke cangkir yang sedang ia lap.

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   7 - SENTUHAN TERLARANG

    Dante melangkah mendekat lagi, menutup celah hingga napas mereka hampir bercampur. Chloe menatapnya datar dengan mata dingin yang tak mau luluh. Hanya ada bunyi langkah dan jantung mereka yang berdetak kencang.“Aku akan membunuhmu kalau berani menyentuhku tanpa izin lagi!” Chloe memerintah, suaranya tegas.Tawa Dante meledak, menggulung dan mereda jadi senyum sinis. “Kalau kau tak ingin kusentuh, jangan buat aku marah, Chloe,” jawabnya pelan. Suara itu menjadi dingin, seperti baja yang mengiris.Chloe mendesah. “Dasar gila.” Suaranya penuh rasa jijik.Dante mencondongkan badan, pandangannya menekan. “Kuperingati kau agar tidak dekat-dekat dengan pria lain, selain aku.” Kata-katanya seperti klaim, bukan nasihat.“Kau siapa berani mengaturku?” Chloe menantang, dagunya terangkat.Dante mundur sebentar, lalu tertawa pendek sebelum melangkah maju lagi. Di bawah lampu kuning, bekas luka di pipinya tampak menonjol.“Aku? Adikmu. Kau sendiri yang bilang, bukan?” Suaranya mengambang, penuh ej

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   6 - WANITA YANG JAHAT

    Aroma kopi pekat langsung menyambut Chloe saat ia melangkah masuk ke kafe. Wanita itu menata rambut sebahunya yang bergelombang ringan, meski beberapa helai jatuh bebas menutupi pipinya yang pucat.Wajahnya sederhana, tapi cantik alami dengan mata besar dan bening itu memantulkan kegugupan sekaligus tekad. Dengan celemek hitam yang baru ia kenakan, Chloe terlihat seperti potret barista pemula yang berusaha keras tampil percaya diri.“Chloe, kan?” Suara ramah menyapa.Seorang pemuda berpostur tinggi dengan rambut agak gondrong rapi melangkah keluar dari balik meja kasir. Namanya Arga, senior di kafe itu. Usianya mungkin 25-30 tahun, sorot matanya hangat dan penuh selidik.“Iya.” Chloe tersenyum kikuk, menyembunyikan kegugupannya.Arga mengangguk sambil tersenyum miring. “Aku Arga. Mulai hari ini kita partner kerja. Kamu shift sore sampai malam, kan?”Chloe hanya mengangguk singkat, lalu berjalan mengikuti langkah Arga ke belakang meja. Mesin espresso mendesis, aroma cokelat panas berca

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   5 - BENCI TAPI PEDULI

    Chloe duduk di kursi makan dengan rambut masih berantakan. Matanya sayu akibat semalam hampir tidak tidur.Meja sudah penuh dengan hidangan. Ada roti panggang, telur, dan kopi hangat yang aromanya menusuk hidung.Richard duduk rapi dengan koran di tangan. Sementara Sarah mondar-mandir menambahkan makanan ke piring masing-masing.“Chloe, semalam kau ke mana? Ibu masuk ke kamarmu, tapi kau tidak ada,” tanya Sarah sambil menaruh gelas susu di depannya.Chloe yang sedang meneguk air langsung tersedak. Batuk keras, dadanya naik-turun, membuat semua orang menoleh.“Chloe, hati-hati!” Sarah panik, menepuk-nepuk punggungnya.Wajah Chloe memanas. Bukan karena tersedak, tapi karena otaknya baru saja menampilkan kembali kilasan semalam—mereka bersembunyi di lemari, dan… bibirnya yang direnggut begitu saja.Chloe buru-buru menggeleng, mencoba menenangkan diri.“A-aku sedang keluar mencari angin, Bu,” jawabnya bohong.Dari ujung meja, Dante menatapnya. Pria itu duduk santai, kaos hitam membalut tu

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   4 - CIUMAN DALAM GELAP

    Chloe menatap langit-langit kamar, tubuhnya terasa berat. Semakin lama ia menatap, semakin besar keinginannya untuk pergi dari rumah ini. Namun kenyataan menampar keras. Tabungannya tidak akan cukup.“Aku belum mulai bekerja. Aku juga tidak mau merepotkan ibu,” gumamnya getir, suara nyaris pecah.Ponselnya masih tergeletak di lantai, layar padam. Ia menunduk, lalu meraih benda itu hendak menutup semua tab kost-an yang ia buka. Tapi tiba-tiba, ponselnya berdering beberapa kali.Tring! Tring!Pesan masuk dengan cepat dan bertubi-tubi.Chloe terdiam. Angka di ikon pesan naik seperti deret hitung gila. Mulai dari 15… 27… 39… hingga lebih dari 50 pesan masuk hanya dalam hitungan menit.Ia membuka satu. Isinya sama, hanya satu kata sapaan ‘hai’. Pesan berikutnya? ‘hai’. Dan berikutnya lagi masih ‘hai’.“Orang bodoh mana yang sebar spam seperti ini?” Chloe mendengus, buru-buru memblokir nomor itu. Ia melempar ponsel ke kasur, lalu menutupi wajah dengan bantal mencoba menenangkan diri.Belum

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   3 - DIBALIK PINTU TANPA KUNCI

    Chloe berdiri tepat di depan cermin. Jemarinya sibuk merapikan kerah kemeja putih. Hari ini ia punya wawancara penting. Sebuah kesempatan untuk memulai kembali hidupnya, jauh dari masa lalu yang masih membayang.Namun, bayangan itu justru datang tanpa diundang. Kilatan kembang api. Sorak-sorai orang-orang yang berdesakan di alun-alun kota. Dan sosok Dante, tiga tahun lalu, yang menggenggam erat tangannya."Tunggu aku di bawah pohon besar. Setelah hitungan mundur, kita akan melihat kembang api bersama. Aku ingin malam tahun baru kita jadi awal yang baru, Chloe."Itulah janji terakhir yang Dante ucapkan. Janji yang ia hancurkan sendiri. Karena ketika malam itu datang, Chloe tidak pernah muncul. Ia memilih kabur meninggalkan Dante sendirian di tengah keramaian.Chloe mengerjap cepat, menepis kenangan itu. Ia menarik kemeja hingga menutup sebagian tubuhnya, namun belum sempat mengancingkan semua, suara pintu berderit terbuka hingga membuatnya menoleh kaget.Sosok pria paling dibenci berdi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status