Home / Romansa / HASRAT TERLARANG ADIK TIRI / 7 - SENTUHAN TERLARANG

Share

7 - SENTUHAN TERLARANG

Author: Ranari Kka
last update Last Updated: 2025-10-05 23:07:52

Dante melangkah mendekat lagi, menutup celah hingga napas mereka hampir bercampur. Chloe menatapnya datar dengan mata dingin yang tak mau luluh. Hanya ada bunyi langkah dan jantung mereka yang berdetak kencang.

“Aku akan membunuhmu kalau berani menyentuhku tanpa izin lagi!” Chloe memerintah, suaranya tegas.

Tawa Dante meledak, menggulung dan mereda jadi senyum sinis. “Kalau kau tak ingin kusentuh, jangan buat aku marah, Chloe,” jawabnya pelan. Suara itu menjadi dingin, seperti baja yang mengiris.

Chloe mendesah. “Dasar gila.” Suaranya penuh rasa jijik.

Dante mencondongkan badan, pandangannya menekan. “Kuperingati kau agar tidak dekat-dekat dengan pria lain, selain aku.” Kata-katanya seperti klaim, bukan nasihat.

“Kau siapa berani mengaturku?” Chloe menantang, dagunya terangkat.

Dante mundur sebentar, lalu tertawa pendek sebelum melangkah maju lagi. Di bawah lampu kuning, bekas luka di pipinya tampak menonjol.

“Aku? Adikmu. Kau sendiri yang bilang, bukan?” Suaranya mengambang, penuh ejekan. Tanpa ampun ia mencubit pipi Chloe. “Tiga tahun aku mencarimu. Kau pikir aku akan membiarkanmu dekat dengan pria lain?”

Chloe tak muncur, tapi bahunya menegang. Matanya tetap menatap balik, namun ada getar halus di sudut bibirnya.

Dante mendekatkan wajahnya hingga napasnya menyentuh kulit Chloe.

“Aku bisa patahkan kaki siapa pun yang mencoba mendekatimu, Chloe,” bisiknya mengancam.

“Apa begitu perlakuan seorang adik ke kakaknya?” Chloe tidak mundur. Tangan kirinya mengepal tanpa sadar di samping, urat-uratnya sampai menonjol.

Dante tersenyum sinis, seolah membaca setiap pikiran yang bersembunyi. Ia melepaskan tangan dari pipi Chloe dan mundur beberapa langkah. Menjaga jarak di antara mereka. Saat itu suara tumit dan derit plastik memecah ketegangan.

“Chloe? Dante?”

Mereka menoleh serentak. Sarah berdiri di ambang gerbang dengan dua kantung belanjaan. Rambutnya sedikit berantakan. Pipinya merah karena angin malam, tapi sorot matanya penuh pertanyaan yang membuat suasana justru terasa lebih tegang.

Chloe mendorong tubuh Dante agar menyingkir dari jalannya. Langkahnya buru-buru mendekati sang ibu.

“Ibu kenapa belanja malam-malam? Sendirian pula,” ujarnya khawatir sambil meraih belanjaan.

“Ibu lupa kita kehabisan stok bahan makanan. Kalau Ibu tidak pergi sekarang, besok kita tidak sarapan.”

Sarah menatap Dante. Sontak matanya melebar melihat wajah yang babak belur itu.

“Dante, apa yang terjadi padamu? Apa kau berkelahi lagi?” Sarah terdengar cemas, namun Dante hanya diam. Pria itu menatap tajam pada wanita di belakang Sarah, sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam rumah.

“Biarkan saja dia, Bu. Dia sudah besar. Tidak perlu terlalu khawatir,” kata Chloe. Nada suaranya santai, tapi tidak dengan matanya. Ia berjalan melewati Sarah dengan tangan penuh belanjaan, namun wanita paruh baya itu buru-buru menahannya.

“Kenapa kau bicara seperti itu?” tanya Sarah tak puas. Lalu ia mengambil kembali belanjaan yang dibawanya tadi dari tangan Chloe. “Kau ambil kotak P3K dan bantu dia obati lukanya. Ayo cepat sana,” ucap Sarah mengusir putrinya.

“Kenapa harus aku? Ibu saja yang lakukan,” rengek Chloe menolaknya.

“Cepat, Chloe!” Suara Sarah meninggi. Ia bahkan mendorong Chloe yang melangkah berat agar segera masuk ke dalam rumah.

Chloe menggigit bibir. Setelah kejadian barusan, mendekati Dante adalah hal yang tidak mungkin ia lakukan. Namun dorongan Sarah tak memberi ruang untuk beralasan.

Pada akhirnya, Chloe berdiri di depan pintu kamar Dante dengan kotak P3K di tangannya yang gemetar. Napasnya tersengal karena ketegangan dari pertemuan sebelumnya. Tubuhnya maju mundur. Ia tahu satu langkah lagi akan menentukan apakah ia akan menghadapi Dante dan menolongnya atau tetap menjaga jarak demi keselamatan dirinya sendiri.

Dengan satu tarikan napas dalam, Chloe menekan kotak P3K ke dadanya, lalu melangkah masuk tanpa permisi. Bau obat dan asap rokok menyergap hidungnya.

Pria itu duduk di tepi ranjang, membungkus dadanya dengan kain seadanya. Saat mendengar suara pintu, ia menoleh cepat.

“Aku sudah bilang jangan masuk ke kamarku lagi. Kau benar-benar ingin mengujiku, ya?” Nada suaranya datar, tapi matanya menyala tajam di balik cahaya lampu kusam.

Chloe tidak mundur. Napasnya pendek, tapi sorot matanya tetap dingin. Ia mengangkat kotak P3K di tangannya dan menyodorkannya ke depan wajah Dante.

“Aku dipaksa Ibu untuk bantu obati lukamu,” katanya, suaranya serak tapi tegas. “Aku juga tidak mau melakukannya. Jadi, lakukan saja sendiri.”

Tanpa memberi kesempatan balas bicara, Chloe menjatuhkan kotak itu di pangkuan Dante dengan gerakan kasar.

Ia berbalik, berniat segera keluar. Tapi baru satu langkah, tangan kasar Dante mencengkeram pergelangan tangannya.

Pegangan itu terlalu kuat hingga Chloe refleks menahan napas. Tubuhnya menegang, matanya membelalak karena terkejut.

“Lepas, Dante,” katanya perlahan hampir berbisik, namun nadanya tajam seperti pecahan kaca.

Dante tidak langsung menjawab. Ia menunduk sedikit, memperhatikan jari-jarinya yang mencengkeram kulit halus di pergelangan tangan Chloe. Bibirnya bergerak pelan, seperti menahan sesuatu yang hampir meledak.

“Bantu aku ...,” katanya lirih.

Chloe mencoba menarik tangannya, tapi Dante malah menggenggam lebih kuat.

“Kau pikir aku akan membantumu setelah semua yang kau katakan? Lepaskan aku sekarang, kalau tidak aku—”

“—akan membunuhku?” Dante memotong cepat. Sudut bibirnya terangkat dingin. “Kau sudah bilang itu tadi. Tapi aku rasa kau tidak akan sanggup melakukannya.”

Chloe mengerjap. Urat di lehernya menegang. Ia tahu, satu gerakan salah dan Dante bisa saja melakukan sesuatu yang tidak bisa ia kendalikan. Tapi yang paling menakutkan bukan kekerasannya, melainkan sikapnya yang berubah-ubah.

Dante perlahan melonggarkan genggamannya. Ia menatap pergelangan tangan Chloe yang memerah, lalu naik bertemu dengan tatapan yang masih menahan gemetar.

Keheningan turun di antara mereka. Hanya suara napas dan detik jam di dinding.

Chloe berdecak ketika tangannya benar-benar dilepaskan. Namun alih-alih keluar dari sana, ia justru duduk di samping pria itu.

“Aku tidak akan bertanya kau terluka karena apa,” katanya. Ia menarik kotak P3K dan mulai mengobati luka di wajah Dante dengan hati-hati, tapi tanpa kelembutan. “Aku hanya meminta satu hal darimu. Jangan lakukan hal gila lagi padaku.”

Dante diam, membiarkan kapas yang dingin menyentuh kulitnya. Matanya memperhatikan wajah Chloe, tapi kali ini tak ada ejekan. Hanya sorot yang sulit dibaca.

Chloe berhenti sejenak, menatap lekat wajah pria di depannya. “Aku mau menegaskan batasan di antara kita. Sekarang kita saudara. Aku kakak dan kau adik. Tidak ada hal lebih dari itu dan tidak akan pernah.”

Beberapa detik berlalu tanpa suara. Chloe menyelesaikan balutan terakhir, lalu menutup kembali kotak P3K. Tangan Dante sedikit bergerak seolah ingin menahan tangannya lagi, tapi urung.

Chloe berdiri, menatapnya sekali lagi.

“Kau mengerti, kan?”

Dante lama menatapnya balik. Sudut bibirnya terangkat sedikit, entah itu senyum atau ancaman samar.

“Baiklah. Kalau itu yang kau mau,” gumamnya.

Chloe tidak menunggu balasan. Ia mengambil kotak P3K, memutar tubuh, dan melangkah pergi. Namun sebelum keluar, ia menoleh sebentar.

Tatapan mereka bertemu di bawah cahaya redup. Dua orang yang saling mengenal terlalu dalam untuk benar-benar percaya satu sama lain.

Pintu tertutup perlahan di belakangnya.

Hening kembali menelan kamar. Menyisakan Dante yang duduk diam menyentuh luka yang baru saja diobati tangan yang dulu pernah ia genggam dengan cara yang berbeda.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   8 - ADIK TIRI OVERPROTEKTIF

    Chloe berdiri di belakang meja bar. Tangannya lincah menata gelas dan membersihkan bekas tumpahan susu. Matanya tampak fokus, tapi gerakannya terlalu mekanis seolah pikirannya tertinggal di tempat lain.Sudah hampir setengah jam ia bekerja tanpa bicara. Hanya sesekali mengangguk ke pelanggan yang memesan. Di luar jalanan sore mulai ramai, tapi dunia di dalam kafe terasa jauh lebih tenang.Sampai suara berat namun tenang memecah keheningan.“Kau baik-baik saja?”Chloe menoleh pelan. Arga bersandar di meja kerja sebelah, rambut gondrongnya dikuncir rapi, lengan seragamnya digulung sampai siku. Ia menatap Chloe dengan ekspresi cemas yang disamarkan oleh senyum tipis.Chloe sedikit mengerutkan kening, tidak mengerti maksudnya.Arga menatapnya sejenak, lalu menunduk, seperti ragu apakah ia seharusnya melanjutkan.“Maksudku… semalam. Pria itu. Dia sungguh adikmu?” Ia menatap lurus, seolah mencari kata yang tepat.Chloe mengedip pelan, lalu menurunkan pandangan ke cangkir yang sedang ia lap.

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   7 - SENTUHAN TERLARANG

    Dante melangkah mendekat lagi, menutup celah hingga napas mereka hampir bercampur. Chloe menatapnya datar dengan mata dingin yang tak mau luluh. Hanya ada bunyi langkah dan jantung mereka yang berdetak kencang.“Aku akan membunuhmu kalau berani menyentuhku tanpa izin lagi!” Chloe memerintah, suaranya tegas.Tawa Dante meledak, menggulung dan mereda jadi senyum sinis. “Kalau kau tak ingin kusentuh, jangan buat aku marah, Chloe,” jawabnya pelan. Suara itu menjadi dingin, seperti baja yang mengiris.Chloe mendesah. “Dasar gila.” Suaranya penuh rasa jijik.Dante mencondongkan badan, pandangannya menekan. “Kuperingati kau agar tidak dekat-dekat dengan pria lain, selain aku.” Kata-katanya seperti klaim, bukan nasihat.“Kau siapa berani mengaturku?” Chloe menantang, dagunya terangkat.Dante mundur sebentar, lalu tertawa pendek sebelum melangkah maju lagi. Di bawah lampu kuning, bekas luka di pipinya tampak menonjol.“Aku? Adikmu. Kau sendiri yang bilang, bukan?” Suaranya mengambang, penuh ej

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   6 - WANITA YANG JAHAT

    Aroma kopi pekat langsung menyambut Chloe saat ia melangkah masuk ke kafe. Wanita itu menata rambut sebahunya yang bergelombang ringan, meski beberapa helai jatuh bebas menutupi pipinya yang pucat.Wajahnya sederhana, tapi cantik alami dengan mata besar dan bening itu memantulkan kegugupan sekaligus tekad. Dengan celemek hitam yang baru ia kenakan, Chloe terlihat seperti potret barista pemula yang berusaha keras tampil percaya diri.“Chloe, kan?” Suara ramah menyapa.Seorang pemuda berpostur tinggi dengan rambut agak gondrong rapi melangkah keluar dari balik meja kasir. Namanya Arga, senior di kafe itu. Usianya mungkin 25-30 tahun, sorot matanya hangat dan penuh selidik.“Iya.” Chloe tersenyum kikuk, menyembunyikan kegugupannya.Arga mengangguk sambil tersenyum miring. “Aku Arga. Mulai hari ini kita partner kerja. Kamu shift sore sampai malam, kan?”Chloe hanya mengangguk singkat, lalu berjalan mengikuti langkah Arga ke belakang meja. Mesin espresso mendesis, aroma cokelat panas berca

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   5 - BENCI TAPI PEDULI

    Chloe duduk di kursi makan dengan rambut masih berantakan. Matanya sayu akibat semalam hampir tidak tidur.Meja sudah penuh dengan hidangan. Ada roti panggang, telur, dan kopi hangat yang aromanya menusuk hidung.Richard duduk rapi dengan koran di tangan. Sementara Sarah mondar-mandir menambahkan makanan ke piring masing-masing.“Chloe, semalam kau ke mana? Ibu masuk ke kamarmu, tapi kau tidak ada,” tanya Sarah sambil menaruh gelas susu di depannya.Chloe yang sedang meneguk air langsung tersedak. Batuk keras, dadanya naik-turun, membuat semua orang menoleh.“Chloe, hati-hati!” Sarah panik, menepuk-nepuk punggungnya.Wajah Chloe memanas. Bukan karena tersedak, tapi karena otaknya baru saja menampilkan kembali kilasan semalam—mereka bersembunyi di lemari, dan… bibirnya yang direnggut begitu saja.Chloe buru-buru menggeleng, mencoba menenangkan diri.“A-aku sedang keluar mencari angin, Bu,” jawabnya bohong.Dari ujung meja, Dante menatapnya. Pria itu duduk santai, kaos hitam membalut tu

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   4 - CIUMAN DALAM GELAP

    Chloe menatap langit-langit kamar, tubuhnya terasa berat. Semakin lama ia menatap, semakin besar keinginannya untuk pergi dari rumah ini. Namun kenyataan menampar keras. Tabungannya tidak akan cukup.“Aku belum mulai bekerja. Aku juga tidak mau merepotkan ibu,” gumamnya getir, suara nyaris pecah.Ponselnya masih tergeletak di lantai, layar padam. Ia menunduk, lalu meraih benda itu hendak menutup semua tab kost-an yang ia buka. Tapi tiba-tiba, ponselnya berdering beberapa kali.Tring! Tring!Pesan masuk dengan cepat dan bertubi-tubi.Chloe terdiam. Angka di ikon pesan naik seperti deret hitung gila. Mulai dari 15… 27… 39… hingga lebih dari 50 pesan masuk hanya dalam hitungan menit.Ia membuka satu. Isinya sama, hanya satu kata sapaan ‘hai’. Pesan berikutnya? ‘hai’. Dan berikutnya lagi masih ‘hai’.“Orang bodoh mana yang sebar spam seperti ini?” Chloe mendengus, buru-buru memblokir nomor itu. Ia melempar ponsel ke kasur, lalu menutupi wajah dengan bantal mencoba menenangkan diri.Belum

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   3 - DIBALIK PINTU TANPA KUNCI

    Chloe berdiri tepat di depan cermin. Jemarinya sibuk merapikan kerah kemeja putih. Hari ini ia punya wawancara penting. Sebuah kesempatan untuk memulai kembali hidupnya, jauh dari masa lalu yang masih membayang.Namun, bayangan itu justru datang tanpa diundang. Kilatan kembang api. Sorak-sorai orang-orang yang berdesakan di alun-alun kota. Dan sosok Dante, tiga tahun lalu, yang menggenggam erat tangannya."Tunggu aku di bawah pohon besar. Setelah hitungan mundur, kita akan melihat kembang api bersama. Aku ingin malam tahun baru kita jadi awal yang baru, Chloe."Itulah janji terakhir yang Dante ucapkan. Janji yang ia hancurkan sendiri. Karena ketika malam itu datang, Chloe tidak pernah muncul. Ia memilih kabur meninggalkan Dante sendirian di tengah keramaian.Chloe mengerjap cepat, menepis kenangan itu. Ia menarik kemeja hingga menutup sebagian tubuhnya, namun belum sempat mengancingkan semua, suara pintu berderit terbuka hingga membuatnya menoleh kaget.Sosok pria paling dibenci berdi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status