ログインSatpam segera berlari ke tempat kejadian perkara dimana Leon berteriak minta tolong.
Suasana menjadi caos karena sekitar lima orang terus melempari telur busuk ke arah Leon dan Dona sembari mencari mereka. "Suami brengsek dan gundik pelakor pantas mendapatkan penghinaan seperti ini," ucap salah satu dari mereka. "Hentikan. Kalian bisa dilaporkan karena mengganggu ketertiban umum," ucap Satpam yang mencoba mengkondisikan suasana saat ini. "Jangan bela suami brengsek dan gundiknya ini, Pak!" tegas salah satu dari mereka sambil terus melempari telur busuk ke mereka. "Tapi tidak anarkis juga, mereka sudah mendapatkan sangsi sosial juga," balas Satpam. Dona dan Leon berhasil masuk mobil dikawal satpam. Tapi tubuh mereka menjadi bau amis dan busuk karena telur. Pak satpam mengode Leon supaya meninggal tempat semangat pak satpam menghalau dan bernegosiasi dengan pembuat onar agar tidak melanjutkan aksinya membiarkan Leon dan Dona pergi. "BeranDona tertawa lagi, bahkan dia terlihat tidak merasakan kesakitan pada luka yang terlihat ditangannya. Atau kedingingan karena tubuhnya basah diguyur air oleh Pak Somad.“Aku mau Leon. Aku ingin menikah dengannya!” seru Dona lalu tertawa lagi, pandangannya masih kosong.“Ibu akan menikahkanmu dengan Leon. Tapi sembuh, ya Nak. Ganti baju dulu,” bujuk Bu Ambar.“Tidak mau,” balas Dona dengan tatapan kosongan, di tangannya masih saja memegang gunting.“Biarkan saja dia sakit, ayo kita tinggal pergi,” ucap Pak Somad yang mengandalkan emosi bukan pikiran jernih.“Pergi saja sendiri. Aku tidak akan meninggalkan putriku sendirian,” balas Bu Ambar.Dona kembali tertawa dan mengunuskan gunting ke Pak Somad. Dona mengejar Pak Somad dan berusaha untuk mengenai tubuh tua renta itu. Pak Somad berlari, Donapun mengejar dengan semangat membara. Seolah Pak Somad adalah musuh bebuyutan.“Dasar wanita gila, sadarlah aku ini Ayahmu!” seru Pak Somad.“Kamu bukan Ayahku. Kamu orang jahat,” balas Dona yang
Pak Rt menggelengkan kepalanya, dia tidak mau terlalu jauh ikut campur karena Pak Somad sendiri sudah bilang tidak usah banyak ikut campur masalah keluarganya.“Tidak usah, kita tunggu saja di sini. Sampai Pak Somad sendiri yang minta tolong,” jawab Pak Rt sambil menunjuk pos kampling tempatnya beranjak.“Tapi bagaimana kalau terjadi sesuatu yang membahayakan?” tanya Bu Lastri sekali lagi.“Biarin sajalah bu, Pak Somad yang bebal itu biar urus sendiri. La wong dia sendiri yang meminta kita untuk tidak ikut campur dan dia bisa menangani sendiri,” jawab Bu Sri.“Iya, lagian belagu. Biarin ajalah biar tahu rasa bagaimana rasanya tidak ada yang menolong. Yang penting tadi kita udah ingatikan,” ucap Bu Nurbaya.“Hooh, ayo kita pulang saja,” ajak yang lainnya sembari meninggalkan pos kampling.Bu Ambar memeluk Dona yang tangannya sudah tergores pecahan pot yang ada di lantai. Posisi Dona sudah bersimpuh di lantai rambut acak-acakan dan penapilannya tidak karuan. Kamarnya pun berantakan. Sep
Semua orang berlari ke arah kamar Dona. Tapi saat pintu akan dibuka ternyata terkunci. Semua menjadi panik karena Dona juga tidak menjawab panggilan. Hanya suara bantingan barang dari dalam kamar Dona. "Dona, buka pintunya, Nak," ucap Bu Ambar yang sangat khawatir dengan Ambar. "Bagaimana ini tidak ada jawaban. Hening dari dalam sana," ucap Bu Lastri. Bu Ambar semakin panik dan khawatir berkali-kali mengetuk pintu dan mencoba membuka pintu dari grendel tapi tidak ada jawaban. Membahas semua orang panik. "Somad, jika terjadi apa-apa dengan anakku. Kamu harus tanggung jawab," ucap Bu Ambar sambil menunjuk wajah Pak Somad dengan jari telunjuknya. ".Anak jangan dimanja, dobrak saja pintunya. Dia hanya merajuk supaya keinginanya dituruti," balas Pak Somad. "Turunkan egomu Somad. Anakmu bisa gila karena ulahmu. Sudah dibully diluaran sana. Eh kamu malah tambahin bebannya lagi. Anakmu sudah tidak perawan, sudah pernah keguguran. Masih untung pria itu mau tanggung jawab!" seru Bu Las
Dona menganggukkan kepalanya dia sangat serius dengan ucapannya. Kalau sampai Ayahnya kasar Dona tak segan melapor ke polisi agar ada efek jera. "Walau Ayah adalah orang tuaku kalau sudah keterlaluan memukul dan menyakiti aku akan lapor polisi," jawab Dona. "Anak tidak berlaku beraninya kamu mau memenjarakan Ayah sendiri. Apa kamu tahu kalau Ayah melakukan semua ini demi kebaikanmu," ucap Pak Somad geram. "Demi kebaikan tapi menyakiti mental dan tubuhku!' seru Dona. Pak Somad hendak menampar Dona lagi. Lalu Leon menggenggam tangan pak Somad. Terjadi keributan di sini, Pak Somad melawan dan ingin meninju Leon. Tapi Pak Somad kalah tenaga. Akhirnya dia kualahan melawan Leon. "Brengsek, kamu sudah merusak ketentraman keluargaku!' seru Pak Somad."Pak, semua sudah digariskan sama Tuhan. Aku tidak sengaja merusak ketentraman keluarga Pak Somad. Jika memang kedatanganku ini hanya membuat Pak Somad tidak nyaman. Maka aku tidak akan datang lagi," ucap Leon. 'Jadi kamu menyerah hah?" t
Pak Somad menampar Dona dengan keras, kesabarannya sudah habis. Dona terlalu mencintai Leon dan tidak bisa berpikir dengan jernih. Untuk apa mencintai seorang Leon yang hanya bermodal janji manis saja.“Kamu sudah dibesarkan tapi malah membuat malu orang tua!” seru Pak Somad.“Pak, tenanglah. Jangan buat emosi Dona terguncang lagi. Bisa-bisa Dona gila karena Pak Somad yang terlalu keras,” bujuk Leon karena tak tega melihat Dona yang dihukum oleh Pak Somad denga pukulan.“Jangan campuri urusanku yang mendisiplinkan putriku. Jika bukan karenamu putriku yang berkelakuan baik ini tidak akan membangkang!” seru Pak Somad.“Tapi tidak dengan memukul juga. Kasihan, apa Pak Somad lupa kemarin habis memeriksakan Dona ke psikiater?” tanya Leon.“Halah itu hanya kecapekan saja. Karena terlalu lelah banyak yang mencemoohnya. Putriku tidak gila!” jawab PaK Somad.“Dona memang tidak gila tapi Pak, dia mengalami depresi. Kalau di rumah juga di keras seperti ini takutnya Dona akan semakin depresi,” uc
Pak Somad mengepalkan tangannya kesal, Leon benar benar keterlaluan. Untuk apa dia mengatakan hal yang sengaja memprovokasi Pak Somad. "Apa kamu ingin aku hajar hah!' seru Pak Somad sembari menggenggam erat kerah baju Leon dan siap menghantam dengan tinjunya."Ayah," teriak Dona menghalangi."Minggir Dona, ini urusanku dengan Pak Somad," balas Leon meminta Dona untuk menggir sebentar. "Ta-pi," ucap Dona terbata dia tidak mampu berkata lagi."Tenanglah, aku harus menyelesaikan masalah ini," balas Leon.Dona akhirnya menyingkir agar tidak terkena pukulan dari Pak Somad. Dia juga harus mempercayakan pada Leon tentang niat baik yang ingin dia katakan."Dasar mesum, menghalalkan berbagai cara untuk bisa mendapatkan apa yang kamu mau," ucap Pak Somad.“Aku tidak menghalalkan segala cara untuk menggapai apa yang aku mau. Aku hanya mengingatkan Pak Somad supaya mengantisipasi apa yang tidak ingin terjadi,” balas Leon.Bugh!Pukulan keras mendarat di wajah Leon. Dona histeris reflek melihat







