“Lucu banget ya nggak, sih? Kita bisa ketemu di sini, di waktu yang sama sekali nggak terduga, lagi!” ujar Agus pembuka percakapan kembali.
Saat ini dia dan Bella sedang minum kopi di kafetaria sambil menikmati dua potong roti mocca.
“Iya ...” sahut Bella sekadarnya saja.
Agus menggaruk pipinya tanpa alasan lantaran canggung. “Eum ... aku dengar, Leila udah tunangan, ya? Sebetulnya aku diundang kemarin, tapi ... kayaknya yang tunangan sama dia ... mas yang kemarin jadi pacar kamu deh, Yusuf kan ya namanya?”
Bella memaksa diri untuk tegar mengangguk, mengiyakan.
“Maaf kalau pertanyaan aku lancang, ya. Lupakan aja.”
“Nggak apa-apa, santai aja kali, aku biasa aja, kok.”
“Jadi kalian udah putus? Aku kira kemarin kalian beli lukisan buat ditaruh di rumah bersam
Leila memperhatikan detail demi detail dekorasi gedung pernikahan yang sesuai dengan tema yang dia inginkan. Sementara itu, Yusuf berjalan lesuh di belakangnya. Pihak Wedding Organizer yang mendampingi mereka lebih sering bicara dengan Leila ketimbang Yusuf.“Pak, saya mau bunganya nanti semua warna putih ya, jangan warna-warni, norak,” pinta Leila. Diliriknya Yusuf yang tidak berkomentar sama sekali. Disikutnya calon suaminya itu. “Kamu kok diam aja? Nggak mau nambahin ide atau apa?”“Apapun oke buat aku, harusnya malah urusan kayak gini cukup kamu aja yang urus, nggak perlu aku ikut.”Air muka Leila langsung berubah padam, siapapun tentu sewajarnya terluka mendengar perkataan tajam Yusuf. “Apa sih maksud kamu ngomong kayak gitu? Kamu nggak ada niat banget, deh. Ini tuh pernikahan kita, Suf, bukan pernikahan aku sendiri! Kalau kamu nggak serius, buat apa
Bella baru saja memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci ketika bel apartemen berbunyi beruntun. Kening Bella mengerut heran. Siapa itu? Malik? Tapi enggak mungkin Malik ... Kalau Malik kan pasti dia tau kode rumah, tapi ... Siapa? Batin Bella bertanya-tanya.Ting tong!Ting tong!Seruan bel yang makin mengusik kuping akhirnya memaksa Bella untuk menghampiri pintu, lalu membukakannya. Yang pertama dia temukan adalah sesosok pemuda tampan namun asing wajahnya. Siapa? Bella membatin lagi. Begitu dia sadari bahwa pemuda itu sedang menopang seseorang bertubuh besar, barulah dia mengerti.“Yusuf?! I-ini Mas Yusuf?!” pekik Bella tatkala dia sadar bahwa Yusuf tengah mabuk.“Kamu ini Bella, ya? Sorry ganggu, aku Aufar, aku disuruh Yusuf buat bawa dia ke sini, aku nggak tau apa-apa, aku hanya nurutin permintaan dia aja. Makanya aku bawa dia ke sini.”
Sentuhan Yusuf kian liar seiring tubuh Bella berhasil dia takhlukkan dalam dekapannya. Bella bergerak gelisah untuk menolak, tapi di saat bersamaan ada dorongan yang mendesak dalam dadanya untuk tetap bertahan, sebab tak bisa dia ingkari, ada kerinduan yang menyesaki dadanya. Ada kerinduan yang membuatnya justru ingin terus dipeluk oleh Yusuf.“Suf ... Ah ... Stop ...” lirih Bella ketika tangan Yusuf menelusup masuk melalui celah baju piyama yang dia pakai.Tangan Yusuf yang besar dan kuat merayap kemudian mulai meremas lembut buah dada sintal milik Bella yang mulai menegang.“Ini salah ... Mas Yusuf tolong berhenti!”Bella dilanda dilema hebat, mulutnya meminta Yusuf berhenti tapi tubuhnya malah berharap Yusuf tidak berhenti, dia menuntut dalam hati.Tanpa bisa dikendalikan, Yusuf kini berhasil melepas baju Bella, tinggal bra yang
Betapa terkejut Yusuf mendengar ucapan keras Bella. Dia baru saja disamakan dengan Pak Abizard, ayahnya! Salah satu orang yang paling dia benci, orang yang telah membuat ibunya menderita.“Hati-hati kalau bicara, Bella! Kamu tau aku enggak sama kayak dia, aku ini bukan laki-laki buaya! Aku ini setia! Jangan kamu samakan aku dengan dia!” bentak Yusuf.“Hah? Apa? Ha ha!” Bella tertawa pahit, miris. “Mas Yusuf ngaku setia? Nggak salah? Jangan ngaco, deh. Terus apa ini? Apa yang udah kita lakukan tadi malam, hah?! Mas sebentar lagi menikah tapi Mas tidur sama aku! Apa itu yang namanya setia?”“Tutup mulut kamu Bella! Aku ... ini nggak kayak yang kamu tuduhkan! Kamu tau situasinya rumit!” bantah Yusuf.“Banyak alasan. Mau serumit apapun, kalau Mas Yusuf setia, pasti Mas bisa memilih!”Yusuf mengembuskan satu napas
Usai berkeliling menikmati pameran yang memanjakan mata, Agus juga mengajak Bella untuk ikut menyaksikan pertunjukan teater. Seluruh acara berlangsung sampai malam. Langit telah gelap ketika mereka meninggalkan gedung kesenian.“Kamu mau langsung pulang?” tanya Agus hati-hati.“Ya jadi mau ngapain lagi?” Bella balik bertanya.“Enggak ... misal kamu nggak mau langsung pulang, kita bisa makan dulu, Bel. Aku tau tempat sate yang enak di dekat sini. Atau kalau kamu mau ... kita bisa makan di rumah aku.”Bella langsung menggeleng kuat. “Enggak usah, jangan ... nggak enaklah aku numpang makan di tempat kamu. Apalagi kalau Cuma berdua-dua gitu, apa kata orang nanti?”“Siapa bilang berdua? Ada ayah aku, ibu aku, sama kadang-kadang ada kakak aku juga, tapi seringnya dia nggak di rumah biarpun kami masih tinggal di rumah aya
Satu hari menjelang hari pernikahan Yusuf, teman-teman sekolahnya dulu semasa SMP dan SMA serta beberapa rekan bisnis yang dekat dengannya mengadakan pesta lajang untuknya. Pesta itu dimeriahkan oleh seorang DJ kenamaan ibu kota dan begitu banyak model-model serta penari seksi yang menghibur.Yusuf sebetulnya menolak, tapi tak pelak, hampir semua teman-temannya mendesak agar acara berlanjut, dia hanya bisa pasrah menerima.“Nanti setelah lu kawin, lu mana bakal bisa minum-minum sebebas ini lagi, Suf! Makanya bebasin aja! Nikmati hari terakhir lu sebagai lajang!” seru salah seorang temannya yang telah setengah mabuk.“Kalau lu mau main cewek pun, ini hari terakhir lu boleh! Ini nggak bakal dianggap selingkuh!” timpal yang lain.“Udah pada gila lu semua,” sahut Yusuf datar.Dua penari seksi mendekat, hendak merayu Yusuf tapi dia malah
Aufar berjalan mendekati Leila, tubuh keduanya teramat dekat sampai Leila bisa mencium aroma alkohol menguar dari mulut Aufar.“Ada baiknya lu cari tau sendiri, Leila. Gue bukan tangan kanan lu atau sumber informasi buat lu. Tapi sebagai teman lama ya ... saran gue, sebaiknya lu emang cari tau sebelum terlambat.”Dengan santai Aufar berlalu, menuju tempat parkir, meninggalkan Leila yang masih haus akan informasi.“Sialan banget tuh orang!” maki Leila kesal.“Pasti ada sesuatu yang mereka sembunyikan,” lirih Malik. “Apa mungkin karena itu juga sikap Bella beda belakangan ini?”Leila langsung menatap Malik tajam, keduanya saling beradu pandang selama beberapa detik sebelum Leila berbalik badan untuk pergi dari sana.***Mau tak mau Yusuf memang harus menahan
Malam telah menjelang larut, jam dinding di kamar pengantin Yusuf dan Leila tepat menunjuk angka 12, tepat tengah malam. Hari ini adalah hari berat bagi mereka, begitu banyak tamu yang harus disambut, begitu banyak kegiatan dan acara yang mesti mereka ikuti satu per satu. Keduanya belum juga tertidur.Leila baru melepas gaun pengantinnya, kemudian pergi mandi bunga, memperwangi diri, menyiapkan seluruh tubuh moleknya untuk malam pertama. Malam ini sudah begitu lama dia nanti-nantikan, sebaik mungkin Leila ingin semuanya lancar.Dengan mengenakan lingerie warna merah muda, Leila kembali ke kamar yang juga telah dihias sedemikian rupa dengan bunga serta lilin-lilin indah. Namun tampaknya hanya Leila yang bersemangat untuk malam pengantin, Yusuf yang sudah sejak tadi mandi justru kini sedang mengenakan jaketnya.“Suf ... Kamu mau ke mana?” tanya Leila, suasana hatinya langsung berubah kecut. “Ini udah lewat tengah malam loh, Sayang. Ini juga malam