VOTE VOTE VOTE VOTE
Anak laki-laki kecil itu langsung berlari menghampiri Brandon untuk mengambil bolanya."Terimakasih," ucap bibir kecilnya dengan nada ceria.Justru Mara yang terlihat gugup karena tidak tahu Brandon akan ikut ke Yorkshire. Ini adalah kali pertama Brandon melihat dan bertemu Jacob. Mustahil jika Mara tidak panik, apa lagi Jared juga sedang tidak ada. Brandon mengangguk pelan pada Mara agar dia tidak perlu cemas. Brandon tidak akan membuat anak laki-lakinya terkejut."Siapa namamu?""Jacob!"Brandon masih setengah berjongkok untuk mengimbangi tinggi badan anak laki-laki itu. Jacob memiliki alis tebal dengan rambut gelap dan Netra hijau persis seperti milik Brandon Lington. Pipi montok Jacob jelas masih menyembunyikan tulang rahang yang kokoh di kemudian hari. Anak laki-laki yang kelak bakal tumbuh menjadi pemuda tampan sama seperti namanya."Kau tampan," puji Brandon sambil menyentuh kepala Jacob.Mereka benar-benar mirip, ibarat kemasan botol dan kemasan sachet."Panggil aku, Brandon."
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Lily, menengadah pada Brandon Lington yang baru menjatuhkan tubuh lelah di sampingnya.Brandon tidak bicara apa-apa, dia hanya langsung membungkus tubuh lembut Lily ke dalam pelukannya. Lily yang baru memberinya klimaks panjang dengan suka rela. Mereka masih sama-sama telanjang setelah bercumbu dan saling bercucur gairah. Kaki mereka juga masih saling terlilit di dalam selimut, percampuran kontras antara kelembutan dan keras tapi sedang terasa tepat serta nyaman untuk merekat."Terimakasih ..." bisik Brandon. "Terimakasih sudah menjadi milikku."Dari dulu Brandon memang selalu cenderung untuk memiliki, posesif, keras, tapi juga sangat menjaga wanitanya. Lily adalah miliknya, sejak dulu memang miliknya, bahkan sejak gadis itu belum lahir sudah diperuntukkan untuk dirinya. Jikapun kedua paman Lily masih sering ribut, itu karena mereka terlalu kolot dan kaku. Brandon kembali menciumi dahi Lily, puncak hidung, dagu, dan beberapa kali singgah di bibirnya."Kau
"Kenapa kau tidak pernah memberitahuku?" Mara langsung menuduh Jared."Aku tidak mau memohon pada anak muda sombong itu!" tegas Jared."Kalau kau tidak mau biar aku saja yang melakukannya!" Mara segera beranjak berdiri."Kau mau ke mana?" heran Jared."Mencari Brandon di kamar Lily!" Mara benar-benar pergi meninggalkan Jared serta Nathan."Apa aku salah dengar?" tanya Jared menoleh Nathan dengan ekspresi bingung."Tidak!" Nathan malah melipat tangan di dada sambil menegakkan punggung ke sandaran sofa layaknya penonton yang sedang menikmati adegan seru."Oh ...!" Jared segera ikut bangkit mengejar Mara."Papa!" panggil Jacob seketika menghentikan langkah Jared di depan anak tangga."Papa sudah pulang!" Jacob baru kembali bersama Geby dan langsung berlari untuk memeluk Jared."Apa Lily sudah kembali?" tanya Jared pada Geby yang ikut berjalan menghampirinya."Ya.""Bersama Brandon Lington?""Ya." Geby masih sangat tenang."Aku suka Brandon!" tiba-tiba Jacob ikut menyela."Oh, Tuhan!" Jare
Begitu mendengar Lily sudah kembali ke Yorkshire, Alif segera datang menemuinya. Sebenarnya Lily juga terkejut dan belum siap tapi pemuda itu sudah berdiri di depannya. Ingat, jika terakhir mereka berpisah, hubungan mereka masih baik-baik saja dan saling mencintai dengan berbagai macam janji untuk rencana mereka di masa depan.Sebelum Geby meberi Alif ijin untuk bertemu Lily, Geby sudah mengingatkan bagaimana kondisi Lily dan sudah membuat Alif bersumpah agar tidak menyalahkan Lily untuk semua kondisi ini. Alif juga telah bersedia demi untuk bisa kembali menemui Lily.Lily masih berdiri di ambang pintu menatap Alif yang juga baru berdiri dari sofa dengan Geby di sampingnya."Bicaralah dulu," Beby permisi untuk keluar, memberi kesempatan untuk kedua anak mudanya.Sama persis dengan yang telah dikhawatirkan Geby, Alif melihat kondisi Lily terlihat masih lemah dengan kehamilan mudanya dan sudah tidak tega. Sampai detik ini, sampai Alif melihatnya sendiri dia depan mata pun dia masih berp
Memasuki awal musim dingin Yorkshire menjadi salah satu wilayah paling beku di bagian utara Inggris. Akhir musim gugur tinggal menyisakan cakar-cakar ranting gundul dan tumpukan daun lembap beraroma spora jamur. Suhu udaranya bisa sangat beku disertai hujan berbadai yang bisa bertahan sepanjang malam. Tanah pekarangan keluarga Loghan yang berumput jadi makin berlumpur dan licin. Perlu ketelitian untuk berjalan di halaman agar menemukan pijakan yang stabil.Brandon Lington mau ikut ke Yorkshire demi Lily dan tetu saja demi untuk ikut melihat anak laki-lakinya yang justru sedang dalam masa senang-senangnya bermain hujan. Brandon cuma sering memperhatikan anak-anak dari jendela karena dia sudah seratus persen tidak mau menginjak rumput becek, padahal berada di lingkungan rumah juga sudah membuatnya bosan luar biasa. Kehamilan Lily baru memasuki bulan ke dua, Brandon mulai memperhitungkan berapa lama lagi dirinya harus ikut terjebak di rumah tersebut, dengan orang-orang yang juga tidak per
"Habiskan sup mu!" perintah Mara. "Jangan sampai kau membuat Lily kecewa karena dia sudah bangun sejak pagi untuk membuatnya."Alis Jared cuma menukik ke atas mengisyaratkan perasaanya yang jengkel."Tadi Brandon minta maaf pada kita atas ucapannya kemarin."Jared langsung mengamati ekspresi wajah Mara yang juga langsung balas mengangkat dagu."Apa sekarang kau juga tidak percaya dengan ucapan istrimu!" sarkas Mara meski aslinya memang berbohong, karena Brandon tidak mengatakan apa-apa. "Percayalah mereka sangat manis bahkan bekerja sama membuat sup kesukaanmu untuk meminta maaf ke pada kita."Mara memang sudah bersekongkol dengan Lily untuk berbuat curang agar kedua laki-laki itu mau akur. Mara pikir, Brandon Lington tidak akan memberi informasi mengenai Anelies karena dia juga menuduh Jared telah menjauhkan putranya."Di mana Jacob?" Jared baru ingat menanyakan anak-anak yang tidak membuat keributan."Jacob bermain petak umpet dengan Kai dan Henry.""Jangan biarkan anak-anak bermain
Kemarin Geby sudah membuat janji untuk bertemu dengan seseorang siang ini, karena itu dia harus menciptakan kebohongan pada Jeremy. "Aku akan pergi ke makam sebelum salju mulai turun." Kebetulan cuaca di luar sedang lumayan cerah dalam arti tidak sedang turun rintik hujan. "Apa kau mau kuantar?" Jemy menawarkan diri. "Tidak perlu, selesaikan saja pekerjaanmu, aku tahu kau sibuk." Geby memeluk bahu Jeremy dari belakang punggung sandaran kursi utuk dia cium ketika pria itu berpaling. "Suruh sopir untuk mengantarmu." "Ya," Geby berbohong. Geby beralasan pergi ke makam James, padahal siang itu dia sedang menyetir sendiri sampai melewati jembatan River Wood. Kota kecil terdekat dengan tanah keluarga mereka itu dulunya juga merupakan tanah milik keluarga Loghan yang telah diberikan untuk warga lokal setelah puluhan dekade bermukim di sana. Untuk ukuran kota yang tergolong tidak terlalu padat trotoarnya terlihat cukup ramai di jam makan siang. Geby membuat janji dengan seseorang di sal
Brandon memang tidak pernah tahu malu untuk meminta kemauannya dengan terus terang dan berapakalipun Lily sudah pernah melihat lelaki itu telanjang nyatanya tetap saja mengerikan untuk dihadapi seperti ini. Lily menatap otot keras lelakinya yang sudah membusung tepat di hadapan mata, lengkap dengan kaki kokoh pria terbalut otot liat meregang. Brandon Lington bukan cuma besar serta keras dengan segala kemauannya, dia juga merupakan struktur sempurna dari hormon maskulin pria yang penuh arogansi, sangat percaya diri tanpa pernah mau terkalahkan."Kau cuma mengantar sup, bukan sebuah jasa besar, kurasa imbalannya belum sebesar ini!""Kau mau memerasku!" tuduh brandon yang juga selalu langsung tepat sasaran jika Lily hendak berkelit."Ya, jika ada kesempatan!" Lily malah mengangkat dagu pada pria tinggi besar di hadapannya."Kau ini istri macam apa?""Istri yang kau nikahi dengan paksa dan tega kau siksa agar mencintaimu sampai tidak bisa menghirup udara karena tergila-gila padamu Barandon