Jared semakin yakin jika indra pendengaran dan penciumannya memang tumbuh semakin peka, bahkan dia yakin bisa mendengar langkah kaki itu dari kejauhan, langkah kaki dan aroma tembakau yang terbakar. Jared segera sigap untuk bersembunyi, pemuda itu berlari ke sisi hutan yang paling dekat untuk dia jangkau. Jared bersembunyi di balik pohon mahoni yang daunnya telah habis berguguran sama seperti ranting-ranting pohon yang lain. Jared berdiri di balik batang pohon yang lumayan lebar, dia menunggu sampai entah siapa yang ia yakin sedang berjalan melewati jalan setapak menuju danau.
Tak berapa lama Jared benar-benar melihat Mateo berjalan menyibak semak di sisis lereng. Pria tua itu bahkan masih memakai sepatu boot karet yang biasa dia gunakan untuk membersihkan istal. Asap rokok yang sedang dia gigit di sisi bibirnya juga terus mengepul asap ke udara, kedua tangannya membawa botol angg
YUK VOTE YA KARENA DUKUNGAN KALIAN SANGAT BERHARGA UNTUK KEMAJUAN CERITA INI
Kamar Mara hanya dalam pencahayaan temaram dari lampu nakas ketika tubuh besar itu sudah menindihnya dengan keras. Mara berusaha untuk berontak tapi kedua tangannya dijerat ke atas kepala dan bibirnya dibekap, netra kelabunya membelalak lebar tapi teriakannya tertahan di tenggorokan. Kaki Mara terus menggeliat untuk lepas tapi juga segera ditekan oleh lutut yang sama kerasnya. Ketika menyaksikan tubuh Mara yang terus menggelinjang, kurang lebih seperti itu juga sebelum Anelies kehabisan napasnya hingga lemas dan pucat. Kilasan itu makin sering menghantuinya seperti kutukan. Ketika kedua tangannya di lepas, Mara segera balas memukul dan mencakar tapi kali ini kancing pakaian rajut tipisnya yang mulai dilucuti. Mara sedang tidak memakai bra jadi gumpalan lembut di dadanya yang juga menegang seketika terpampang begitu saja.
Karena pekerjaan Tobias yang mendadak tidak bisa ditinggalkan akhirnya dia terlambat menjemput Mara dan harus berangkat tergesa-gesa seperti tadi. Untung Mara sudah menyiapkan pakaian di kopernya jadi dia bisa langsung ikut pergi begitu Tobias tiba. Setelah beberapa jam penerbangan Jet pribadi mereka hanya bisa turun di bandara Bradford dan melanjutkan dengan heli untuk sampai di rumah keluarga Loghan. Meskipun sangat lelah karena pergi dengan serba tergesa-gesa tapi sepertinya lelah Mara juga segera terbayar dengan pemandangan perbukitan hijau yang sedang begitu cantik di musim semi dan tentunya rumah besar keluarga Loghan yang menakjubkan. Geby benar-benar seperti tinggal di istana dari negeri dongeng. Mara tidak bisa berhenti terkagum-kagum karena mereka benar-benar memiliki rumah yang tidak kalah besar dengan istana yang ditempati
Sebenarnya Jared sudah datang dari kemarin, dia sudah menemui Geby serta Jeremy sejak ia baru tiba. Jared harus mengarang alasan mengenai kepergiannya kemarin karena jared masih tidak mau mengaku jika sebenarnya ia cuma keluyuran dan bekerja di peternakan keluarga Clark. Jared hanya bercerita pada bibi Beatris karena wanita tua itu pasti akan tetap tahu jika Jared mengarang kebohongan. Bukan maksud Jared untuk berbohong, dia cuma tidak ingin mengecewakan Jeremy Loghan karena dia tahu pria itu sangat perduli padanya. Jared memang tidak pernah bermimpi untuk bisa memiliki saudara laki-laki, tapi ketika pria seperti Jeremy Loghan mau mengakuinya sebagai saudara tentu penghargaan itu juga bukan main-main. "Jared, pilihkan Anggur untukku!" Jared yang baru datang bersama Geby langsung Jeremy panggil untuk bergabung duduk di mejanya. J
Lily benar-benar tidak mengijinkan Jared pergi, gadis kecil itu tidak mau tidur jika tidak ditemani Jared, bahkan pergi ke sekolah pun juga minta di antar oleh Jared. Lily bersekolah di sekolah lokal yang juga dibangun oleh yayasan milik keluarga Loghan, Jeremy ingin Lily tetap berada di lingkungan mereka demikian juga nanti dengan kelima putrinya. Ketika Lily berusia dua belas tahun dia baru akan masuk ke sekolah asrama khusus sama dengan James dan Jeremy dulu. "Mara!" teriak Lily ketika melihat Mara baru menuruni anak tangga. "Hay, kau mau ke mana gadis kecil?" Mara balas menyapa kemudian merunduk untuk mencium Lily. "Aku mau ke sekolah." Tak berapa lama muncul Jared yang menyusul di belakang gadis kecil itu dengan menenteng tas
Jared Landon memiliki rasa yang pekat dan liar, panas seperti bara api yang membakar meskipun mereka sedang berada di tengah derasnya hujan. Mara terus tersengal di atas bak pikap yang keras, salah satu lututnya di peluk dan pinggulnya di dera. Rasanya sudah seperti terkubur badai dan tidak ada lagi yang Mara inginkan sebesar dia menginginkan lelakinya seperti itu. Mara benar-benar sudah tidak tahan dengan penyatuan mereka tapi Jared masih terus menekannya dengan berpusar-pusar. "Tahan, Mara!" "Oh, kau..." Mara terhenyak tapi tetap Jared tekan untuk terus dia isi. "Kau kembali keluar di dalam tubuhku, Jared Landon!" Pemuda itu sama sekali tidak perduli dan tetap menuntaska
Tak berapa lama Jared kembali dengan satu gelas minuman hangat untuk mereka minum berdua. "Kemari lah!" panggil Mara yang masih berada di atas ranjang. Jared meletakkan gelas minumannya di atas meja nakas kemudian kembali ikut naik keatas ranjang untuk menyusul Mara. Jared membelai helaian rambut Mara yang tergerai di atas bantal. Wanita itu hanya bergelung selimut kusut, sangat cantik dan tidak pernah membuat Jared bosan untuk memandanginya. "Apa kau sakit, Jared?" tanya Mara tiba-tiba dengan telapak tangan balas membelai rahang pemuda itu. "Kau punya banyak kapsul." Alis Jared langsung berkerut, agak terkejut jika Mara sudah memeriksa isi lacinya. Meski Jared tidak berniat men
Geby masih saja mondar-mandir di depan suaminya yang mulai jenuh melihat tingkahnya sejak kemarin. Padahal Tobias Harlot juga sudah terlalu besar untuk dia cemaskan seperti itu. Entah Jeremy yang bisa ikut cemburu atau Geby yang memang sedang bertingkah seperti induk ayam. "Duduklah di sini dan diam lah!" Geby merinding karena Jeremy menepuk pangkal pahanya bukan sofa di sebelahnya. "Ayo Mrs. Loghan kau sudah membuatku bosan." "Ingat putrimu masih berkeliaran aku tidak mau mereka trauma karena melihat perbuatanmu pada ibunya!" Faktanya mereka memang sedang berada di perpustakaan bukan di kamar pribadi utuk berulah semaunya sendiri. Tapi kadang Jeremy memang masih suka sembrono s
Mara kembali memakai pakaiannya yang sudah dikeringkan oleh Jared, rencananya mereka akan keluar dulu untuk mencari makan karena rasa lapar setelah berbagai pergulatan yang tiada akhir. Jared benar-benar tega menghimpit Mara ke sudut bilik kamar mandi sampai wanita itu terus merintih memohon pengampunan tapi kenikmatannya juga luar biasa. Lelaki yang sangat jantan, desakannya keras, gesekan kulit serta tubuhnya panas dan liar, mengeram seperti hewan buas yang tidak pernah puas untuk menyiksa buruannya. Tubuh Mara juga sangat nikmat dan memiliki sensasi yang menyenangkan saat disetubuhi. Andai Jared tidak ingat mereka butuh makan pasti dia juga belum mau menyudahinya. Jared kuat menderanya siang dan malam jika memiliki wanita seperti itu di rumahnya. Mara masih berdiri di depan cermin setelah mengikat rambutnya dengan kuncir kuda agak