VOTE YA
"Habiskan sup mu!" perintah Mara. "Jangan sampai kau membuat Lily kecewa karena dia sudah bangun sejak pagi untuk membuatnya."Alis Jared cuma menukik ke atas mengisyaratkan perasaanya yang jengkel."Tadi Brandon minta maaf pada kita atas ucapannya kemarin."Jared langsung mengamati ekspresi wajah Mara yang juga langsung balas mengangkat dagu."Apa sekarang kau juga tidak percaya dengan ucapan istrimu!" sarkas Mara meski aslinya memang berbohong, karena Brandon tidak mengatakan apa-apa. "Percayalah mereka sangat manis bahkan bekerja sama membuat sup kesukaanmu untuk meminta maaf ke pada kita."Mara memang sudah bersekongkol dengan Lily untuk berbuat curang agar kedua laki-laki itu mau akur. Mara pikir, Brandon Lington tidak akan memberi informasi mengenai Anelies karena dia juga menuduh Jared telah menjauhkan putranya."Di mana Jacob?" Jared baru ingat menanyakan anak-anak yang tidak membuat keributan."Jacob bermain petak umpet dengan Kai dan Henry.""Jangan biarkan anak-anak bermain
Kemarin Geby sudah membuat janji untuk bertemu dengan seseorang siang ini, karena itu dia harus menciptakan kebohongan pada Jeremy. "Aku akan pergi ke makam sebelum salju mulai turun." Kebetulan cuaca di luar sedang lumayan cerah dalam arti tidak sedang turun rintik hujan. "Apa kau mau kuantar?" Jemy menawarkan diri. "Tidak perlu, selesaikan saja pekerjaanmu, aku tahu kau sibuk." Geby memeluk bahu Jeremy dari belakang punggung sandaran kursi utuk dia cium ketika pria itu berpaling. "Suruh sopir untuk mengantarmu." "Ya," Geby berbohong. Geby beralasan pergi ke makam James, padahal siang itu dia sedang menyetir sendiri sampai melewati jembatan River Wood. Kota kecil terdekat dengan tanah keluarga mereka itu dulunya juga merupakan tanah milik keluarga Loghan yang telah diberikan untuk warga lokal setelah puluhan dekade bermukim di sana. Untuk ukuran kota yang tergolong tidak terlalu padat trotoarnya terlihat cukup ramai di jam makan siang. Geby membuat janji dengan seseorang di sal
Brandon memang tidak pernah tahu malu untuk meminta kemauannya dengan terus terang dan berapakalipun Lily sudah pernah melihat lelaki itu telanjang nyatanya tetap saja mengerikan untuk dihadapi seperti ini. Lily menatap otot keras lelakinya yang sudah membusung tepat di hadapan mata, lengkap dengan kaki kokoh pria terbalut otot liat meregang. Brandon Lington bukan cuma besar serta keras dengan segala kemauannya, dia juga merupakan struktur sempurna dari hormon maskulin pria yang penuh arogansi, sangat percaya diri tanpa pernah mau terkalahkan."Kau cuma mengantar sup, bukan sebuah jasa besar, kurasa imbalannya belum sebesar ini!""Kau mau memerasku!" tuduh brandon yang juga selalu langsung tepat sasaran jika Lily hendak berkelit."Ya, jika ada kesempatan!" Lily malah mengangkat dagu pada pria tinggi besar di hadapannya."Kau ini istri macam apa?""Istri yang kau nikahi dengan paksa dan tega kau siksa agar mencintaimu sampai tidak bisa menghirup udara karena tergila-gila padamu Barandon
Norman Bizil terus menggenggam erat telapak tangan Anelies meski gadis itu sudah nampak kesakitan."Lepaskan ketakutanmu dan biarkan aku bantu mengatasinya," bujuk Norman dalam suara rendah.Akhir-akhir ini Norman merasa kesulitan untuk menjangkau pikiran Anelies yang tumbuh semakin kuat dan sering tidak terduga."Kau cukup percaya saja padaku dan ketakutanmu akan ikut lenyap." Norman terus membujuk.Anelies pura-pura mematuhinya meski sebenarnya Anelies tidak suka pikirannya dimasuki oleh orang lain. Sekarang Anelies sudah mulai bisa melawan jika memang tidak ingin, bahkan beberapa kali Anelies juga berhasil balik menangkap kilasan dari isi kepala Norman Bizil tanpa pria itu sadari. Karena itu Anelies harus berusaha keras menyembunyikanya, Anelies tidak mau siapapun tahu dengan apa yang ingin dia sembunyikan meski hasilnya akan sangat sakit luar biasa seperti ini. Anelies yakin suatu saat dia akan bisa balik menyalurkan isi pikiran yang dia inginkan kepada orang lain, Anelies hanya ha
"Apa kau sudah menemukan petunjuk?" tanya Geby pada sambungan teleponnya dengan Nathan."Aku hanya menemukan beberapa jejak penelusuran di situs penerjemah sandi. Sepertinya ada orang lain yang juga sedang mencari tahu mengenai jenis tulisan serupa.""Sekitar tiga tahun yang lalu, Jeremy pernah meminta beberapa ahli kriptografi untuk coba membaca sandi dalam buku-buku tua kakeknya.""Aku curiga ini dilakukan oleh orang lain karena jejaknya sudah jauh lebih lama, belasan bahkan puluhan tahun lalu.""Oh!" Geby terkejut. "Apa mungkin James juga pernah berusaha untuk mencari tahu?" Geby coba untuk menebak."Sepertinya bukan dia, karena ada halaman yang sama baru di upload sekitar lima tahun belakangan ini.""George Loghan!" tebak Geby berikutnya dan sepertinya juga langsung di sepakati oleh Nathan."Aku menduga dia juga masih sedang mencari tahu.""Jadi George Loghan juga belum tahu?" Geby semakin yakin jika semua yang ditulis Sir. William Loghan bukan main-main. "George Loghan juga sedan
"Jangan pernah menghubungiku sampai aku memperbolehkanmu!" perintah George pada Margaret Lington. "Baiklah." Margaret memang akan selalu setia pada pria yang dia cintai. "Jangan pergi kemanapun sampai aku menemukan siapa yang telah coba meretas komunikasi kita." Margaret Juga akan selalu patuh dengan apapun yang diperintahkan oleh George Loghan. George curiga musuhnya kali ini juga sudah mulai melangkah lebih berani. Tapi entah atas perintah siapa, yang jelas bukan Brandon Lington atau Jared Landon karena kerjanya sangat rapi dan hanya manusia berkemampuan khusus yang seharusnya bisa berbuat seperti itu. George terus berpikir dan kembali memperhatikan hasil rekaman kamera tersembunyi yang waktu itu dia tinggalkan di kamar hotel. Pria tinggi besar dengan masker dan kacamata hitam itu ikut keluar dari pintu balkon bersama Jared. Mustahil manusia normal bisa melompat dari atas gedung puluhan lantai, kecuali pemuda itu juga merupakan salah satu dari jenis mereka. "Apa kau belum selesa
Dominic Rodriguez adalah pemimpin dari organisasi kejahatan terorganisir yang bukan main-main. Jaringannya bisa berada di mana-mana dan jumlah kaki tangannya bisa sangat tidak terduga. Dom bukan cuma tega merenggutnyawa sebagai imbalan, dia juga telah melakukan banyak pembunuhan dengan tangannya sendiri tanpa rasa iba. Jelas Dom berbeda dengan Jared Landon atau Jeremy Loghan. Meskipun memiliki kekuasaan tapi Jeremy bukan pelaku kejahatan apalagi hingga sengaja tega melenyapkan nyawa manusia. Tapi apapun bentuk kejahatan yang pernah di lakukan oleh Dominic Rodriguez, dan misalkan seluruh tubuh manusia yang pernah dia bantai dalam seumur hidupnya ditumpuk jadi satu, semua itu tetap tidak akan sebanding dengan banyaknya nyawa yang bakal direnggut oleh George Loghan dalam satu hari jika sampai rencana jahatnya berhasil."Aku sendiri yang akan membunuhnya!" tegas Brandon karena menurutnya cuma satu cara itu untuk menghentikan semua langkah George Loghan serta seluruh rencana kejahatan besar
"Bagaimana kau bisa tega melakukannya!" marah Tobias yang baru tahu jika ayahnya masih bersekongkol dengan George Loghan."Aku terpaksa melakukanya.""Hanya manusia tidak punya harga diri yang bisa dipaksa untuk berbuat keji seperti itu!" Tobias akan tetap bertindak tegas meski kali ini harus berhadapan dengan ayahnya sendiri."George Loghan yang memberi perintah, jika bukan aku yang melakukanya dia tetap akan menemukan orang lain untuk pekerjaan itu." Mr. Harlot balas menatap putranya. "Dia menyuruhku membunuh James serta istrinya, tapi sungguh aku tidak pernah berniat mencelakai James. Aku yakin kau juga tahu jika aku ingin James bisa menikahi Geby dan berharap kelak James bisa mengalahkan ayahnya. Aku benar-benar tidak menyangka jika James akan ikut mengendarai boat, itu semua di luar rencana. Aku juga tidak menyangka jika George Loghan bisa mencium pengkhianatanku."Mr. Harlot tetap menatap putranya yang masih tidak bergeming untuk perduli dengan pembelaan apapun."Kau juga yang be