Second chance, Betrayal, Revenge and Age Gap. 23 year old Valeria Poland is fresh out of college and optimistic about her life outside the school walls. However, the night of her graduation, the rose coloured lens she uses to view the world are destroyed when she arrives home in a drunken stupor to find her parents murdered in cold blood. Just like that, an animalistic side that she has occasionally seen but forced back appears, and she unleashes her despair and pain by letting out a loud howl. That's when she realises she's a werewolf. Her mind still reeling with varying emotions of shock, anguish and anger, Valeria is led by her wolf (Kala) to her dad's study, where she finds various documents, some stained with blood. After thorough study, she discovers the people she's been calling her parents are not her biological parents, and that her real parents- obviously werewolves- are also dead. Her quest for more knowledge about it all and her wish to get revenge for her adopted parents cause her to stalk someone that is repeatedly mentioned in most of the documents; a 31 year old man named Garrett Holmes. Garrett is depicted as a ruthless man in the documents, with a history of deception, violence and a thirst for blood. Despite all this, he is said to own a multi-million dollar company in the heart of the city, with branches worldwide. Coincidentally, Valeria's recently completed course of study is in his line of work. Valeria decides to find a job in the company and charm her way up the position ladder till she can find a way to get more information on him.
view morePerang saudara sedang terjadi di negri ini, salah satu pulau besar ingin memisahkan diri dari bagian negara dengan alasan perbedaan.
Memang lucu kalau didengar negara yang di bentuk dengan darah dan air mata di masa lalu apa lagi negara dengan dasar persatuan bisa menemui masalah tentang perbedaan.
Pulau yang lumayan besar dengan hutan-hutan nya yang sangat luas menjadi tantangan tersendiri bagi tentara yang ingin melawan pemberontakan tak terkecuali denganku, Aku Artur salah satu tentara yang ikut dalam misi ini.
Menjadi tentara berpangkat rendah memang tidak mudah aku sering di kirim ke berbagai daerah pelosok,hutan ataupun perbatasan aku sering hidup di hutan namun kali ini bukan hutan biasa di sini banyak sekali tempat yang sama sekali belum terjamah manusia hewan-hewan aneh yang mungkin banyak dari mereka belum di teliti.
Aku dan (100) prajurit lain dikirim ke hutan bagian selatan untuk mengatasi pemberontakan disana.
"Semua prajurit di harap bergantian berjaga dan yang lain istirahat besok pagi kita lanjutkan perjalanan karena kita sudah tak jauh lagi dari posisi musuh maka tetap waspada.." kata komandanku kepada semua prajurit
Kali ini aku dan para pasukan berisitirahat di lereng gunung dengan tempat beristirahat seadanya kami pun bergantian berjaga dan aku mendapat giliran kedua saat tengah malam.
Karena kami berada tak jauh dari markas musuh rasa khawatir pasti hadir di hati setiap prajurit disini apa lagi musuh adalah warga daerah ini yang tentu tau persis medan disini dan ada isu dimana mereka mendapat pasokan senjata yang canggih dari negara tetangga.
Tengah malam tiba saatnya aku bergantian berjaga, keheningan menyelimuti suasana disana walau tak sedikit prajurit yang berjaga namun rasa khawatir seakan mengunci mulut ku dan semua orang disini.
Tak berselang lama setelah kami bergantian berjaga bahkan aku belum selesai mengenakan semua atributku.
DER DER DERR...
Suara rentetan tembakan terdengar dari balik kegelapan disusul dengan ledakan gerhanat memecahkan keheningan menjadi keriyuhan dan rasa panik para prajurit terlihat sebagian berlari menhambil senjata sebagian terkejut karena terbangun dari tidurnya ada juga yang terjatuh karena terkena peluru yang tak tentu arahnya itu.
"Semua bersiap kita diserang..." komandan berteriak memberi perintah.
Aku melihat sekitarku sudah banyak temanku terkapar tanpa nyawa terkena peluru yang entah datang dari mana, Aku dangan posisi tiarap di balik tumpukan ransel mengamati sekitar untuk mengetahui posisi musuh.
Ada seklebat bayangan di semak yang tak jauh dariku, dengan senapan serbu Aku membrondong kearah semak itu dan terdengar suara seseorang tarkena peluruku.
SERANG....
Puluhan atau mungkin ratusan orang keluar dari balik kegelapan dengan senapan dan panah di tangan menyerang tanpa ampun ke semua prajurit di depanya tanpa sempat mengelak para tentara sudah banyak yang terbunuh.
Dan sisanya berlari ke utara menghindar dari amukan musuh yang datang seperti hantu itu termasuk aku, kejar-kejaranpun terjadi aku dan para prajurit yang tersisa terus menghindar dan sesekali berbalik menyerang.
Namun entah mengapa jumlah musuh seakan terus bertambah tembakan peluru dan anak panah terus menerjang dari belakang tak sedikit prajurit pun yang gugur didalam kejar-kejaran itu.
"Aku pasti mati disini.." kata dalam hatiku sambil terus melangkah dan membalas serangan.
Karena selalu menghadap kebelakang aku tak melihat jurang di depan.
Aaaahh...
Yang ku ingat aku terjatuh kejurang itu dan tercebur kesungai di bawahnya, Tubuhku tak bisa lagi bergerak aku hanya mampu menghanyutkan diri di sungai bawah jurang itu untunglah sungainya cukup dalam dan tak ada batu-batu yang membentur tubuhku saat terjatuh tadi.
Aku terus melihat sekitar dan aliran sungai itu masuk kedalam sebuah gua yang sangat gelap aku sudah tidak bisa melihat apa-apa lagi karena tubuh yang lemas, setelah itu aku sudah tak mengingat apa pun hanya gelap yang menyelimuti mata.
Byurr....
Tubuhku masih terasa seperti terombang ambing di sungai dan aku baru saja terjatu di air terjun namun setelah aku membuka mataku ternyata itu bukan air terjun dan hanya seember air yang mengguyur mukaku membuatku bangun dari tidur, ketika aku membuka mata sudah banyak orang yang mengerumuniku namun mereka berpakaian aneh seperti pakaian orang jaman dulu seorang pria tua menghampiriku dan bertanya.
"kamu siapa nak dan dari mana kau berasal?"
"Aku Artur aku berasal dari Indonesia" kataku sekuat tenaga karena tubuhku masih lemas.
Orang-orang disana saling memandang karena mereka baru mendengar kata Indonesia, tapi pria yang bertanya padaku hanya diam dan menatap tajam ke arahku.
"Tuan Arfan apa kau tau sesuatu tentang Indonesia" salah seorang dari kerumunan itu bertanya pada pria tua itu.
"Dia akan ku bawa ke tempatku kalian kembalilah ke pekerjaan kalian"
"Ba-baik tuan Arfan"
Pria tua dengan badan tegap itu menarik tanganku dan aku merasakan orang tua ini benar-benar kuat. tanpa sepatah kata pun dia terus berjalan dan menarik tanganki.
"hai tuan kemana kau akan membawaku.."
Tapi pria tua itu terus diam.
" hai tuan apa kau tak bisa mendengar"
Aku terus memberontak namun entah mengapa aku seperti tak berdaya dan tak bisa melepaskan tanganya dari pria tua ini.
Kami berjalan melewati tengah kota dan daerah pertokoan yang dindingnya terbuat dari batu-batu yang di pahat terdapat kolam dan air mancur di tengah kota seperti kota maju di jaman kuno, semua orang disana menatap ke arahku dan seperti memberi jalan kepada orang yang terus menariku ini.
Di ujung kota terlihat ada bangunan besar dengan dindingnya yang menjulang tinggi tembok besar mengelilingi bangunan itu dan terlihat beberapa orang berjaga di atas tembok.
Kota sudah terlewat namun pria tua itu tak kunjung berhenti sampai di sebuah pedesaan pinggir kota ada sebuah bangunan yang unik terdapat lukisan-lukisan yang indah di dinding pagarnya pria tua itu menarikku masuk ke bangunan itu.
Terdapat pendapa di samping kanan dan dikiri ada banyak orang sedang bermain alat musik yang tampak asing di mataku, Setelah melihatku dan pria tua itu orang-orang menundukan kepalanya memberi hormat tak terkecuali dengan para penjaga yang berada di depan bangunan utama di bagian ujung.
Bangunan dengan tiang-tiang besar yang di penuhi ukiran yang indah warna coklat kayu berpadu dengan warna emas membuat mata orang yang memandangnya terpukau apa lagi dengan tanaman-tanaman yang terlihat sangat terurus meyakinkan bahwa pia tua ini bukan orang sembarangan.
"Tuan siapa sebenarnya anda? "
Pria itu hanya dian dan meraka masuk kesebuah ruangan yang di dalamnya ada beberapa kursi-kursi indah dan meja besar yang terbuat dari batu alam, pria itu menyuruhku duduk di sampingnya.
"Aku Arfan aku penasehat raja negri ini dan orang-orang di depan adalah murid-muridku, dan katakan padaku yang sebenarnya dari mana kau berasal dan ku lihat pakaian aneh yang kau kenakan itu bukan seperti orang di benua ini, jangan coba berbohong padaku karena aku tau orang berbohong atau tidak dari matanya"
"Aku berasal dari Indonesia tuan Arfan aku tidak berbohong aku seorang prajurit berpangkat rendah yang di kirim untuk menangani pemberontakan dan aku terjatuh kejurang hanyut di sungai dan aku tak ingat lagi setelah aku bangun aku sudah berada di permukiman tadi"
Tuan Arfan terus menatap ke arahku dengan tajam tak nampak sedikitpun kebohongan di mataku karena memang aku menceritakan yang sebenarnya namun cerita macam apa ini bagaimana bisa ini terjadi.
Tatapan tajam tuan Arfan berubah menjadi senyuman disusul dengan tawa yang sangat keras keluar dari mulut yang di hias dengan kumis dan jenggot putih itu.
"Akhirnya sudah datang hahaha.... karena kau tidak punya tempat tinggal mulai sekarang disinilah rumahmu kau akan menjadi muritku akan ku ajarkan semua padamu"
"a-apa yang dat...."
"cepat tunjukan kamar orang ini dia adalah murid nomer satu ku"
Belum sempat bertanya apa yang terjadi seorang penjaga sudah membawaku.
>>>
Tuan Arfan adalah seorang penasehat raja yang terkenal karena kepandaian dan kekuatanya dia berjasa besar untuk Kerajaan Belwin dalam usaha memperluas kekuasaan saat masih menjadi kepala pasukan di bawah kepemimpinan raja terdahulu.
Atas jasanya dia di beri penghargaan dan kitab kuno tulisan pendiri kerajaan Belwin yang belum ada yang bisa mengartikanya karena ditulis dengan kode dan sandi yang sangat sulit, namun tuan Arfan mampu mempelajarinya tanpa sepengetahuan orang lain termasuk raja sendiri.
Setelah pensiun dari dunia militer yang telah membesarkan namanya tuan Arfan membuat sebuah akademi yang mempelajari tentang seni berperang, tata negara, sastra dan yang lainya dan karena jasa besarnya dia di tunjuk sebagai penasehat raja.
Dalam salah satu bagian kitab kuno itu terdapat ramalan dari pendiri kerajaan yang berbunyi,
senja yang indah akan terjadi namun akan berganti malam dan esok pagi yang indah kan terjadi lagi
dimasa senja itu kan hadir seorang yang datang entah dari langit entah dari dalam bumi yang kan menyingkatkan masa kegelapan itu dan membawanya pada fajar yang terang kembali.Dan tuan Arfan menganggapku adalah orang itu dan masa keemasan ini akan segera berganti dengan kemunduran yang pesat karena itu pula tuan Arfan mengangkatku sebagai murid nomer satunya dan mengajarkan semua yang dia ketahui padaku.
>>
Tuan Arfan melihat batu yang di bentuk sedemikian rupa sebagai penunjuk waktu yang mengandalkan sinar matahari jam sudah menunjuk pukul sembilan tapi Artur tak juga bangun.
Walau tuan Arfan adalah seorang pejuang dan seorang yang berilmu tinggi namun dia seorang yang sangat lucu dan suka bertingkah sembrono.
Karena tau sudah siang namun Artur belum bangun dia menyuruh semua muridnya berkumpul dan masuk ke kamar Artur untuk berakting sedih seakan-akan Ken sudah meninggal.
"huhuhu... murid istimewaku kemarin baru saja aku berjumpa denganmu belum sempat aku mengajarimu namun kau sudah pergi huhu...." Akting tuan Arfan sambil menggoyang-goyang kakiku.
aku pun terbangun karena kata dan tangisan dari tuan Arfan itu terus di ulang dan semakin kencang aku bingung apa yang sedang terjadi dan para murid tuan Arfan yang menyadari aku bangun pun ikut bersandiwara selayaknya guru mereka.
"Sudah-sudah guru mungkin kakak Artur sudah tenang di sana" kata salah satu murid menenangkan gurunya dan mengusap air matanya.
"a-apa yang kalian lakukan gu-guru aku belum mati" kataku panik.
"huhuhu tadi malam aku mendengarnya tidur dengan dengkuran yang sangat keras seperti suara lembu ku pikir dia terlalu capek ternyata dewa mencabut nyawanya dan aku tak sempat menengoknya huhu..." Tuan Arfan meneruskan sandiwaranya.
Dengan rasa panik dan kebingungan aku terlihat sangat bodoh percaya dengan sandiwara itu dan menampar salah satu murid disana namun murid itu saakan tak menghiraukan dan seperti tak merasakanya.
"hahh apa aku benar-benar mati... kemarin di bantai di hutan tadi di dunia yang aneh sekarang mati ahh benar-benar malang nasibku"
Aku menampar satu lagi murid disana untuk memastikan namun hal yang sama terjadi dia seperti tak melihatku disana.
" aku akan menampar satu orang lagi jika yang ini tak menghiraukanya maka aku benar-benar mati, yang terakhir harus dengan kekuatan penuh dan tepat di kepalanya"
Aku menatapbl tajam ke arah tuan Arfan dan berancang-ancang memukul tuan Arfan semua murid dengan sigap menangkap tanganku sebelum aku benar-benar memukul guru mereka.
"syukurlah aku belum mati hahaha..."
"dasar murid bodoh jam segini baru bangun cepat bersih-bersih ku tunggu di aula" kata tuan Arfan memarahiku
>>
Di aula akademi Arkenus tuan Arfan sedang memperkenalkan sistem belajar di akademi itu dan apa saja yang akan mereka pelajari.
Tuan Arfan menunjukan sebuah kertas tentang tingkatan militer dari yang paling tinggi sampai tingkat dasar.
-Jendral = tingkat militer paling tinggi di kerajaan ini
-Letnan-Mayor-Kapten-Prajurit satu-Prajurit duaArtur sebagai murid baru di akademi Arkenus akan belajar tentang dasar militer dan cara menggunakan berbagai senjata dan mencari senjata yang cocok untuknya.
Tuan Arfen mengajakku ke tempat penyimpanan senjata akademi ada beberapa senjata terpajang di sana dari mulai tombak, pedang, panah, tameng dan berbagai baju zirah.
"Aku akan tunjukan pedang legendaris warisan pahlawan masa lalu yang pernah aku gunakan sewaktu masih menjadi anggota militer"
Tuan Arfen mengeluarkan sebuah kotak dari peti yang terkunci rapat terdapat sebuah pedang yang di sarungnya tertata rapi batu-batu dengan warna yang indah pedang panjang yang sangat cantik di keluarkan dari wadahnya.
"Artur cobalah menyerang boneka kayu itu dengan pedang ini"
Karena dulu aku seorang tentara maka bukan hal yang asing bagiku dalam menggunakan senjata seperti pedang ini.
Aetur mengambil posisi kuda-kuda memegang pedang dengan kedua tanganya di pinggang dan berlari menerjang kearah boneka itu dengan gerakan yang sangat cepat Artur menebas ke arah leher boneka itu karena ketajaman dan tehnik yang tepat dari Artur kepala boneka itu terjatuh ke lantai dengan potongan yang sempurna.
"bagus kelihatanya kau sudah terlatih menggunakan pedang, baiklah pedang itu milikmu sekarang"
"trima kasih guru aku akan merawatnya dengan baik"
"aku akan berikan buku tehnik pedang padamu kau bisa belajar banyak tentang tehnik bertarung menggunakan pedang"
"baik guru aku akan mempelajarinya dengan baik"
"untuk saat ini kau ikut lah dengan murid baru yang lain untuk latihan penempaan fisik"
"ba-baiklah guru"
"cepat bergabung dengan murid yang lain di depan aku akan pergi menemui raja untuk membicarakan hal yang penting" ucap tuan Arfan
>>
Di pendapa akademi 5 orang murid sedang membicarakan murid yang baru di angkat oleh guru mereka.
"Apa kau sudah dengar bahwa guru besar baru mengangkat murid baru"
"ya aku sudah mendengarnya kelihatanya guru besar sangat tertarik dengan orang bernama Artur itu sampai-sampai dia menjadi murid nomer satunya dan dia sendiri yang mengajarnya"
"kita lihat saja seberapa hebat orang itu"
Mereka berjalan menemui Artur di depan pendapa yang sedang berbincang dengan beberapa murid baru yang lain.
"hai kamu murid baru kesini sebentar aku mau berbincang sebentar denganmu"
Artur mendatangi orang yang memanggilnya itu.
"Aku Hidan apa kau benar murid yang dibawa oleh guru besar dan di angkat menjadi murid nomer satu itu"
"kurasa begitu" jawab Artur dengan tersenyum.
" beraninya dia menjawab kakak Hidan dengan senyuman seperti itu" kata salah seorang dari kerumunan.
"hahaha kurasa aku harus sedikit memberimu pelajaran tata krama"
"oh aku akan sangat berterima kasih kalau kakak Hidan mau mengajari aku" jawab Artur dengan senyum yang semakin lebar.
Hidan melempar pedangnya ke tanah dan memasang kuda-kuda.
"bersiaplah dan keluarkan pedangmu"
Artur mengeluarkan pedangnya dari tasnya dan melempar tasnya ke tanah namun dia tak mencabut pedang dari sarungnya.
"hah itu kan pusaka legendaris itu kenapa dia bisa mendapatkanya" ujar orang-orang disana.
Hidan tersenyum dan berlari ke arah Artur menerjangkan pukulanya, dengan sigap Artur menghindarinya tanpa kesulitan.
Hidan kembali mendekati Artur dan meluncurkan tendangan karena gerakan yang sangat cepat Artur tak sempat menghindar dan hanya bisa menangkisnya dengan tangan.
Artur membalas serangan itu sembari sedikit mencabut pedangnya Artur menghantamkan gagang pedang itu ke perut Hidan sampai Hidan terpental ke belakang.
Artur tak menyia-nyiakan kesempatan itu dengan cepat Artur memberi serangan selanjutnya pukulan tendangan mendarat di kepala dan tubuh Hidan.
Karena pukulan dan tendangan yang bertubi-tubi mengenai Hidan tanpa sempat sekalipun menghindar Hidan pun terjatuh dengan darah yang keluar dari hidungnya menandakan dia sudah kalah.
.
Valeria- For a couple of seconds, I stare at the piece of paper that has caused me to rethink my entire existence with just one glance. Henry and Jacqueline Johansson? Were my parents using different names before they came to the United States? Have I been living a lie all this while? Is this why Father became less welcoming to my antics as I grew up? Did I remind him of the life he left behind? But…Mother is Asian. She speaks Mandarin so darn fluently it is impossible to say that she doesn't originate from Asia. And…this Kala situation. Does that mean they knew I'm a werewolf all this time? Perhaps they thought I would never uncover the truth because I hadn't met my wolf in my teens. They probably believed that she'd died and that I'd become a normal human. Kala growls within me, and I say a quick sorry before returning to my assumptions. Or, maybe, just like all those books and movies I've read and seen, Father was an Alpha, and badly wanted to see me grow into a powerful Luna
Valeria- My wolf- Kala- leads me through a short lesson on werewolves. It's not too far from what the stories say, even though she keeps saying that the stories are absolutely wrong. Werewolves are also creatures of the night like the vampires, but unlike vamps, werewolves can walk in the sun and transform into normal human form. There's a certain age at which one gets connected to their wolf, which is their inner beast, and apparently, I'm a late bloomer. Or, I'm a very good suppresser. Because this isn't the first time I'm hearing Kala speak, but I haven't been very inviting nor have I been accommodating. Probably she'd almost rot away in my head and had used the first opportunity she had to break free. And it just had to be on my parents death day. At that thought of mine, I hear her whine in sympathy. But I do not speak. Instead, I focus on my arrangement of Father's study, placing the files back in place according to the guides he put in place. My heart clenches as I see h
Valeria - Numb. That's exactly how I feel. I feel like my entire existence is disappeared, leaving behind an empty space. But soon, that space is filled, with anger, with a thirst for vengeance, and with an animalistic voice that keeps snarling at the back of my head for…Wait. Voice? Snarl? My foggy head slowly clears, and I can hear fully well the sound coming out of my mouth. Or, if I'm to be more specific, my snout. Even though I'm thinking relatively straight, I'm afraid that the alcohol must have worked more than its usual wonders on me. Else, why on earth would I be seeing paws instead of hands, and why does every voice around me seem so loud? Just then, my gaze falls on something. No, not something. Someone. Dad's eyes are still wide open, emotionless. The entire incident comes flooding back to me all at once, and I slump to the ground, the newfound energy getting zapped out of me all at once. "*We must get revenge,*" the Angry Voice in my head says, and I nod, still t
Valeria - Just like we planned, the girls and I arrive at the graduation venue late. Which is obviously against the school rules, if I recall the head of my department's words as he dictated the rules guiding the graduation ceremony to us, his forehead sweaty and his face twisted in wrinkles. But, hey. Who cares? It's graduation. No one listens to that stuff. Or, maybe they do?When we arrive at the venue (which is a huge hall on a private property), the entire compound is silent, with cars lining up the parking lot. It's obvious from the low hum we can hear that everyone is inside the Hall.The five of us exchange glances. "I knew this was a bad idea," Shirley begins, but Anna sends her a glare that makes her shut up immediately."Oh be quiet," one of the twins says. "So we're the only sensible ones who decided to be rule breakers on our graduation day. So what?" I nod. "Let's just go in. All we need to do is walk in and find seats. No biggie. It's graduation, Shirls. Loosen up.
Valeria - "Wear the 3-inch heels," Anna says, grinning as she walks with Jonas, her fiancé, to his Range Rover. I grimace at the thought of murdering my poor feet with those shoes, but then brighten up when I think of the reason why I'll be doing that. Because it's graduation, that's why. I've looked forward to that day ever since I stepped into college. The day I would leave the four walls of this damned institution, armed with a college degree and with a mega-watt smile on my face. "I'll try," I yell as Jonas opens the door for her. She beams at me before giving him a peck for being such a gentleman, and I feel a prick in my heart from seeing that. She's so lucky; they met in our second year and have continued in their relationship- about three years gone now. And they're engaged to marry next month.I had a boyfriend for a month, and that was just before first year ended. However, because she's happy, I force a smile on my face at the gesture, and wave to her as he drives off.
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Mga Comments