Senyum Jasuke terkembang saat matanya menatap cincin yang melingkar pada jari tengah tangan kirinya. Satu dari sembilan warna yang menghiasi cincin tersebut, kini berubah warna menjadi warna emas. hal itu tentu saja membuat Jasuke senang, karena dengan berubahnya warna cincin, Jasuke tahu kalau dia telah berhasil memberi nafkah batin, sesuai dengan tugas yang dia jalani di dalam hukumannya.Namun senyum Jasuke seketika memudar dan wajahnya nampak terkejut, saat dia merasakan ada bibir yang menempel pada pipi kanannya. Begitu bibir itu terlepas, Jasuke langsung menoleh dan matanya menangkap sosok wanita sedang tersenyum kepadanya. "Kamu ngapain senyum-senyum sendiri, Sayang?" tanya si wanita itu, lalu tubuh polosnya bergeser, mendekat dan menempel pada tubuh Jasuke. Kepalanya sedikit mendongak, menatap wajah tampan pria yang baru saja memberikan kepuasan kepadanya. Tangan wanita itu membelai lembut dan mengusap pipi Jasuke. "Apa kamu sangat bahagia, bisa berhubungan badan denganku?"J
Dua sosok berbeda jenis kelamin itu nampak saling tersenyum lalu mereka bersiap diri untuk melangkah bersama menuju ke bangunan dua lantai yang ada di seberang jalan. Mungkin karena sudah malam, suasana jalan di sana terlihat sepi. Mereka pun dengan mudah melenggang dan menyebrang jalan raya tersebut.Namun saat dua sosok itu hampir saja sampai ke depan pintu bangunan berlantai dua, secara tiba-tiba, langkah salah satu dari dua sosok berhenti, tak jauh dari pintu masuk bangunan tersebut. Sosok tersebut menoleh ke arah wanita yang bersamanya."Bagaimana kalau kita ke sana dulu?" sosok pria itu menunjuk ke salah satu arah dimana yang dia tunjuk adalah sebuah pedagang di pinggir jalan.Si wanita lantas menoleh ke arah yang ditunjuk si pria dan tak lama setelah itu dia kembali menatap pria di sisinya. "Kamu lapar?" si pria mengangguk sembari tersenyum manis. Wanita itu juga ikut tersenyum karena merasa gemas dengan senyuman pria yang bersamanya. "Ya udah, ayok! Tapi setelah makan, kita ke
"Cincinnya bersinar! Apa Dick ada disini?" gumam Jasuke saat kedua matanya tidak sengaja melihat cincin di jarinya. Gerakan tangan Jasuke yang sedang memijat dua bulatan kembar kenyal milik si wanita seketika terhenti begitu saja. Konsentrasi Jasuke saat itu juga menjadi terbagi. "Bagaimana ini? Apa aku harus menghentikan percintaan ini?"Jasuke mendadak dilema. Dia merasa berada di sebuah persimpangan saat ini. Di saat dia sedang menikmati percintaan yang telah berjalan sejak beberapa puluh menit yang lalu, dia harus dihadapkan dengan cincin yang bersinar sebagai tanda kalau dewa yang dia buru berada di tempat yang sama dengan dirinya"Kenapa, Sayang? Kok berhenti?" rupanya sikap Jasuke yang berhenti mendadak, mengundang perhatian bagi wanita yang sedari naik turun di atas pangkuan dewa itu. Sang wanita lantas ikut menghentikan gerakan tubuhnya meski milik Jasuke yang kekar masih menancap di lubang nikmat wanita tersebut "Ada apa?" tanyanya lembut dengan yang menderu.Mata Jasuke ber
Tok! Tok! Tok!"Ada yang mengetuk pintu! Apa kita ketahuan?" tanya seorang pria yang tubuh polosnya sedang mengungkung tubuh wanita. Keduanya terperanjat dengan wajah sedikit panik. Gerakan tubuh mereka yang sedari tadi sedang menikmati permainan ranjangnya, juga berhenti seketika karena suara ketukan pintu tersebut. Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu itu kembali terdengar dan semakin menegaskan kalau suara tersebut memang berasal dari pintu kamar yang digunakan sepasang manusia yang sedang menikmati indahnya berhubungan badan. Cukup lama keduanya terdiam dan saat sadar dari diamnya, si wanita mendorong tubuh pria hingga benda menegang milik si pria terlepas dari lubang nikmat wanita itu."Kenapa berhenti?" si pria bertanya dengan tatapan heran. Apa lagi begitu tubuhnya sedikit menyingkir, si waniita langsung bangkit dan duduk di tepi ranjang. "Kamu ..." belum sempat pria itu meneruskan ucapannya, jari si wanita langsung menempel ke mulut si pria untuk menghentikan suaranya."Ngomong
Hari kini telah berganti, dan di sana, di sebuah kota kecil, terlihat sosok pria yang sedang melangkah ringan dengan senyum yang terkembang. Sosok pria yang sebenarnya adalah dewa itu, terlihat begitu senang dengan wajah nampak sangat ceria. Sejak beberapa menit yang lalu senyum tipisnya terkembang dengan pikiran yang berpusat pada kejadian semalam."Jasuke, kamu kenapa senyum-senyum begitu? udah gila ya?" sebuah pertanyaan tiba-tiba terlontar, membuat sosok pria bernama Jasuke itu terkejut untuk beberapa saat, kemudian dia kembali tersenyum setelah menyadari sesuatu. Jasuke lantas duduk di seberang kursi yang ada di hadapan sosok yang tadi melempar pertanyaan."Rupanya aku udah sampai di rumah sakit, " ucap Jasuke begitu dia sadar kalau dia sudah sampai di tempat tujuan, lalu dia memandang kearah sekitar. "Aku kira kalian sudah pergi," kini mata Jasuke menatap pada dua dewa berwajah kembar di hadapannya."Mau pergi kemana? Orang kita tidak punya tempat tujuan," ucap salah satu dewa k
Saat ini, waktu sudah menunjukkan cukup siang. Di sana, di depan gerbang salah satu halaman rumah penduduk, terlihat empat sosok pria sedang memperhatikan rumah yang ada di balik gerbang tersebut. Pintu gerbang terbuka cukup lebar dan ada kendaraan di halaman rumah yang mereka lihat. Hal itu menunjukan, di dalam rumah tersebut pasti ada penghuninya.Setelah berbincang beberapa saat, keempat pria itu memutuskan untuk beranjak masuk menemui pemilik rumah tersebut. Berdasarkan informasi yang terpampang pada pintu gerbang, rumah itu akan segera dijual, itulah alasan, keempat pria itu mendatangi rumah tersebut sebagai pembeli dari rumah dua lantai itu.Namun, saat salah satu dari mereka hendak mengentuk pintu dan menyapa penghuni rumah, keempat pria itu dibuat tercengang, ketika mendengar sesuatu dari dalam. Mereka sampai saling pandang untuk beberapa saat, dan mereka seakan sedang berbicara melalui tatapan mata mereka masing-masing. "Sepertinya sedang ada keributan di dalam, apa tidak se
"Jasuke, bagaimana? Rumahnya cocok tidak?" tanya Zano, saat mereka kembali ke rumah sakit. Begitu selesai melihat keadaan rumah yang akan mereka beli, dan mengobrol sebentar dengan pemilik rumah, keempat pria itu memang sengaja kembali ke rumah sakit karena mereka memang belum memiliki tempat tujuan untuk pulang. Mereka kini kembali bertiga, karena pria tua yang menemaninya, sudah kembali menemui cucunya.Karena pria yang baru disebut namanya terlihat tidak bereaksi, Zano pun menjadi heran dan menatap Jasuke dengan kening yang berkerut. Namun tak lama setelah itu, Zano menepuk pundak pria yang duduk di sebelahnya sampai pria itu melonjak kaget. "Kamu kenapa? Aku tanya kok, malah kamu bengong."Jasuke sontak gelagapan, lalu dia tersenyum cukup lebar. "Tidak," bantahnya. "Aku hanya sedang memikirkan rumah itu saja. Rumah yang bagus."Zano dan pria yang wajahnya kembar dengan Zano, nampak saling pandang dengan tatapan heran dan penuh tanya. Namun sepertinya kedua pria itu tahu, apa yang
"Akhhh~" suara desahan yang lembut tapi cukup kencang, terdengar menggema, memenuhi ruang kamar. Bukan hanya satu suara yang terdengar di sana, tapi ada suara desahan yang saling bersahutan, sebagai tanda kalau dua suara itu sedang menikmati kegiatan yang sedang mereka lakukan saat ini.Di sana, di atas sebuah ranjang, seorang wanita terbaring pasrah dengan tatapan mata sayu, menatap pria yang sedang mengungkung tubuhnya dan menusuk lubang nikmatnya. Senyum wanita itu sesekali mengembang, disela-sela suara desahan kenikmatan serta tubuh yang meliuk indah akibat sodokan demi sodokan yang dia terima. Wanita itu masih tidak menyangka, akan dengan mudah luluh dan mengabulkan permintaan pria untuk berhubungan badan saat itu juga. Padahal keduanya baru saja bertemu dalam urusan jual beli rumah, tapi pesona pria yang menjadi tamu wanita itu, berhasil membuatnya pasrah dan mau melakukan hubungan badan untuk mencapai tujuannya.Permainan ranjang itu sudah berlangsung sejak beberapa puluh meni