Share

Meninggalnya Bapak Arsila

Wing … Wing

Suara ambulan terdengar keras tepat di depan rumahku membuat Aku kaget bukan kepalang.

"Arsila …!" Seseorang meneriaki ku dari luar rumah sontak membuatku kaget dan berlari keluar rumah.

"Cepat-cepat siapkan semuanya," titah Bi Marni padaku yang membuat aku bingung kenapa tiba-tiba datang dan menyuruhku untuk cepat-cepat.

"Maksud bibi apa bi?" Tanyaku Pada Bi Marni dengan terheran.

"Kamu belum tahu Cil kalau kemarin Bapakmu kena serangan jantung dan meninggal dunia saat di rumah sakit, kamu yang sabar ya."

"Maksud Bibi apa? Cila gak ngerti Bi?"

"Sebaiknya kita tunggu saja Jenazah Bapakmu turun dari ambulan."

Benar saja ambulan yang tadi kudengar suaranya berhenti tepat di depan halaman rumah kami.

Semua tetangga berdatangan untuk membantu menggotong jenazah Bapak, Aku yang masih bingung tak tahu harus berkata apa.

"Nak, Bapakmu sudah tidak ada lagi," ucap Ibu menghampiriku dengan suara serak, tampak wajah ibu sembab karena menangis.

"Maksud Ibu! Bapak sudah tiada," tangis ku pun pecah sambil memeluk Ibu dan menangis sesenggukan.

Sore hari Bapak akan dimakamkan di TPU tak jauh dari rumahku, hati ini rasa hancur, lelaki yang begitu aku sayang dan hormati kini telah terbujur kaku dihadapanku.

Belum sempat aku membahagiakan Bapak tapi Bapak sudah kembali ke sang Pencipta.

Ibu dengan sabar menerima semua takdirnya karena kehilangan Bapak, rumah ini akan terasa sepi sekali karena kami hanya bertiga, sekarang Bapak sudah tiada maka hanya Aku dan Ibu saja yang tinggal disini.

Aku sempatkan waktu untuk mengirimkan pesan pada Mas Arka untuk memberitahunya jika Bapak meninggal, karena aku takut jika nanti Mas Arka menungguku di rumah baru kami.

Aku juga menyuruh Mas Arka untuk tidak datang ke rumahku karena jika para tetangga tahu maka akan menjadi gosip di kampungku.

****

Sejak kepergian Bapak, Ibu lebih sering mengurung diri dikamar sama seperti waktu aku di tinggal Mas Arka menikah dengan Maura, Aku sangat paham akan keadaan Ibu saat ini.

"Bu, ayo kita makan! Sejak pagi Ibu belum makan."

"Kamu makan saja Cil, ibu tidak lapar, Ibu hanya ingin sendiri," ucap Ibu dengan lirih.

"Arsila tahu perasaan Ibu bagaimana tapi ini sudah takdir dan Ibu tidak boleh larut dalam kesedihan."

"Iya, Ibu tidak apa-apa, biarkan Ibu sendiri ya Nak," titah Ibu membuatku tak berani lagi memaksanya untuk makan.

Semoga Ibu bisa melewati semua ujian hidup, usia Ibu memang sudah tidak muda lagi tapi jika ada lelaki yang sangat mencintai Ibu maka lebih baik jika Ibu menikah lagi karena Ibu sangat membutuhkan seorang pendamping.

Sibuk memikirkan Ibu, aku sendiri saja belum menikah, sudah dua bulan sejak Bapak meninggal Aku dan Mas Arka tidak bertemu, rasanya rindu sekali.

Entah bagaimana kabar kekasih hatiku itu, Mas Arka juga pulang ke rumahnya di Bandung untuk melihat istrinya Maura. Sampai dia sendiri yang menghubungiku aku tidak akan menghubunginya.

Dua bulan waktu yang lama meski tak terasa, siang ini aku putuskan untuk berkunjung ke rumah baru kami. Karena sejak dibeli aku belum datang lagi kerumah itu.

Dengan menggunakan taksi online aku berangkat kesana, Aku sudah tak sabar untuk melihat rumah baruku.

Sampai di rumah baru aku langsung masuk ke dalam rumah serta mengunci pintunya.

Aku kaget saat masuk kedalam rumah itu ternyata semua perabotannya sudah lengkap.

Mas Arka memang luar biasa, dia begitu perhatian. Ingin rasanya Aku menghubunginya tapi Aku takut jika Mas Arka sedang bersama Maura.

Aku putuskan untuk merebahkan diri di dalam kamar yang sudah ada tempat tidur serta lemari bahkan ada televisinya juga tak lupa aku menyalakan ac, sungguh nyaman sekali tinggal dirumah ini.

Saat aku sedang tertidur tiba-tiba ada suara orang yang sedang membuka pintu, aku kaget, bagaiman jika itu pencuri yang sedang menyelinap.

"Tapi kenapa siang-siang begini Ada orang maling sih," gerutu.

Aku hanya diam bersembunyi di dalam kamar, lampu kamar pun aku padamkan karena takut jika pencuri itu melihatku.

Kreit !

Suara pintu kamarku terbuka, salahnya tadi aku lupa menguncinya.

Aku berdiri di balik lemari sambil menutup mulit dengan kedua tanganku.

Lima menit kemudian ponselku bergetar, Aku bingung ingin menjawab panggilan telepon yang ternyata dari Mas Arka.

Tapi jika ku biarkan pasti Mas Arka bertanya-tanya kenapa aku tidak menjawab teleponnya.

Namun aku merasa curiga karena pencuri yang tadi masuk kedalam kamarku sepertinya tak bersuara dan akupun tak mendengar gerak-geriknya.

Kuputuskan untuk mengintip dari balik lemari tempat dimana aku bersembunyi, betapa terkejutnya Aku saat melihat sosok yang ada di dalam kamarku.

Aku mengucek kedua mataku untuk memastikan siapa yang ada diatas tempat tidur itu, enak saja pencuri itu tiduran di atas tempat tidur baruku.

Ku lepaskan sepatu yang dipakai untuk memukul lelaki yang sedang berada di dalam kamarku itu.

Saat Aku hendak memukulnya tiba-tiba saja aku terpeleset dan jatuh ke lantai.

Auw!

Sakit …!

Aku berteriak kesakitan

Sontak aku langsung menutup mulutku dan merintih kesakitan tapi lelaki itu tidak terbangun dengan suara teriakanku.

Apa jangan-jangan dia tertidur

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status