Share

Rumah Baru

Getaran ponselku membuyarkan lamunanku akan suasana rumah baruku bersama Mas Arka.

Saat kulihat ternyata Zahra teman satu kantor yang menelponku.

[ Hallo Cil, kamu lagi sibuk gak?]

[Halo juga, Aku baik kok, ada perlu apa Zahra malam-malam begini telepon, emang ada yang penting sampai kamu telpon Aku.]

[ Cuma mau bilang kalau besok kita ada meeting bulanan, kamu jangan sampai gak masuk kerja]

[Ouh iya, makasih ya udah ingetin Aku]

[Iya, Sama-sama]

Panggilan pun terputus, aku kira tadi ada hal yang lebih penting makanya Zahra menelponku, ternyata urusan kantor, tapi aku senang sih karena dia mau ingetin aku soal meeting besok kalau tidak pasti besok aku izin lagi.

Terpaksa deh, besok lihat rumah barunya sorean karena aku harus ngantor.

****

Pagi-pagi kulihat Ibu sudah membuat sarapan untuk kami semua, seperti biasa Ibu lah yang selalu menyiapkan sarapan jika tidak ada ibu kami pasti kewalahan.

"Cil, panggil Bapak buat sarapan tadi ibu lihat kalau bapak masih sibuk membersihkan halaman depan," titah Ibu padaku.

"Baik Bu, Cila akan panggil Bapak untuk sarapan."

Aku memanggil Bapak untuk sarapan bersama mungkin beberapa hari ini Aku jarang sarapan dirumah karena Mas Arka selalu mengajakku untuk sarapan bersama tapi hari ini karena aku harus ikut meeting jadi Aku sarapan dirumah bersama kedua orangtuaku.

Selesai sarapan Aku langsung berangkat ke kantor karena ada meeting pagi ini, Zahra juga sudah datang menjemputku untuk berangkat bareng.

****

Di kantor Zahra memberondong banyak pertanyaan padaku mungkin ia curiga dengan sikapku akhir-akhir ini.

"Cil, kamu kok kelihatannya ceria banget sih akhir-akhir ini? Ada apa sih kok cerita ke Aku?" Tanya Zahra saat kami istirahat makan siang selesai meeting.

"Emang ada yang aneh ya Zah? Perasaan biasa aja kok! Emang kamu gak suka kalau liat aku ceria maunya aku manyun terus gitu?"

"Bukan begitu juga! Aku seneng kok kalau kamu seneng, emang kamu sekarang lagi jatuh cinta ya? Sama siapa sih, jadi kepo aku?" Tanya Zahra sambil tertawa.

Aku hanya melempar senyum padanya seolah mengisyaratkan bahwa dugaannya itu benar. Aku belum berani untuk cerita banyak soal Mas Arka takut jika nanti ia akan marah padaku.

Lebih baik aku simpan dulu rapat-rapat soal hubunganku dengan Mas Arka jika memang waktunya sudah tepat barulah aku beritahu pada Zahra.

"Siapa sih lelaki yang sudah mencuri hati temanku ini," goda Zahra.

"Ada deh! Masih rahasia nanti kalau udah pas waktunya Aku Kasih tahu," ucapku sambil menghabiskan makan siang.

"Kok rahasia-rahasian sih Cil, sejak kapan kamu main rahasia-rahasian sama Aku." Zahra seakan tak terima jika Aku merahasiakan sesuatu padanya.

"Kamu sabar dong nanti juga tahu, ini kan belum pasti nanti kalau aku beritahu sekarang malah gagal, Aku jadi malu kan!"

"Ya sudah, beneran ya nanti cerita ke Aku," ancam Zahra sambil tersenyum.

"Siap," jawabku sambil membalas senyumnya.

Sore ini Mas Arka akan menjemputku di tempat kerja karena kami akan melihat rumah baru yang sudah di janjikan oleh Mas Arka padaku.

Meski ada rasa takut jika ia akan menjemputku di tempat kerja, Aku takut jika teman-teman kantorku tahu jika Mas Arka menjemputku maka akan menjadi gosip hangat di kantor.

Untungnya Mas Arka menjemput sedikit jauh dari kantorku maka teman-teman kantorku tak melihat jika Aku dijemput seseorang.

"Mas! Kok pake jemput Cila segala sih! Kan Cila bisa naik ojek Mas," ucapku saat sudah berada di dalam mobil Mas Arka.

"Emang kenapa? Gak boleh kalau Aku jemput tuan putriku?" Tanya Mas Arka membuatku tersenyum senang mendengar gombalannya.

"Bukan gitu juga, Aku senang kok dijemput sama Mas cuma …."

"Sudah-sudah kalau berdebat terus kapan kita berangkatnya," ucap Mas Arka memotong pembicaraanku, belum selesai Aku berbicara ia sudah melajukan mobilnya ke arah tujuan kami.

Didalam perjalanan menuju rumah baru yang akan kami kunjungi Aku bergelayut manja di sampingnya meski ia sedang menyetir karena seharian ini belum bertemu, rindu dalam hatiku sudah memuncak rasanya.

Aku benar-benar seperti jatuh cinta lagi.

Mobil yang dikemudikan oleh Mas Arka memasuki perumahan elit di kota ku, jantungku berdetak dengan cepat saat kami memasuki perumahan yang sebelumnya tak pernah kulihat, hati di televisi saja aku melihatnya.

"Mas, ini beneran tempatnya, kamu serius mau beli rumah di sini Mas?" Tanyaku penuh penekanan karena rasa tak percaya.

"Bener dong Sayang! Kamu gak percaya sama Masmu ini," ucap Mas Arka meyakinkanku.

"Percaya Mas! Cuma heran aja Aku Mas."

"Sudah! Kamu diem-diem aja duduk manis nanti kalau sudah sampai baru komentar."

Terpaksa Aku hanya menurut pada Mas Arka untuk tidak banyak tanya, saat kami sudah sampai di depan sebuah rumah yang begitu besar menurutku dengan cat warna putih keemasan. Di garasinya juga ada sebuah mobil berwarna merah.

Aku hanya bisa melihatnya dari luar karena memang kami belum bisa masuk, Mas Arka masih sibuk menelpon makanya aku masih berdiri di depan pintu pagar rumah itu.

Hatiku benar-benar bahagia sekali rasanya karena akan dibelikan sebuah rumah oleh Mas Arka apalagi rumah itu atas nama pribadiku sendiri, seolah ketiban durian runtuh, senyumku pun melebar.

"Ayo Sayang kita masuk," ajak Mas Arka saat ia sudah selesai menerima telepon.

"Mas!"

"Ayo masuk dulu," ajak Mas Arka, lagi-lagi memotong ucapaku.

Mataku terbelalak melihatnya, rumah yang indah dan juga mewah.

"Mas! Ini beneran kan Mas, Aku tidak sedang bermimpi kan Mas?" Tanyaku.

"Kamu cubit Aku dong Mas biar aku tahu jika ini bukan Mimpi," Ucapku.

Tiba-tiba Mas Arka mencium pipiku sambil tersenyum.

"Ngapain juga Mas cubit kamu mending dicium kan, " ucapnya sambil merangkul pundakku.

"Mas kok gitu."

"Udah jangan kebanyakan protes mending kita lihat ruangan-ruangan lainnya." Seolah mengalihkan pembicaraan.

Rumah yang sangat indah, disana terdapat tiga kamar semuanya ada kamar mandinya beda dengan rumahku yang hanya memiliki satu kamar mandi, dapurnya begitu luas membuatku akan betah tinggal disini.

"Gimana kamu suka kan dengan rumahnya? Tanya Mas Arka.

"Suka banget Mas, makasih ya Mas." Kali ini aku yang memberikan kecupan pada pipi Mas Arka tanda terima kasih dan sayangku padanya. Aku juga memeluk erat tubuhnya yang kekar. Sungguh bahagia sekali rasanya.

"Kapan kita bisa tinggal disini Mas?"

"Malam ini juga bisa kalau kamu mau," goda Mas Arka.

"Emang rumahnya sudah di beli Mas? Bukannya kita kesini mau lihat-lihat dulu?"

"Kelamaan kalau lihat-lihat dulu, Mas tau pasti kamu suka jadi Mas langsung beli aja., Disana juga sudah ada mobil buat kamu, kamu bisa pakai sesuka hati kamu tapi kamu harus belajar nyetir dulu."

Mataku mulai mengembun rasa ingin menangis, seakan kesendirianku selama sepuluh tahun ini terbayar sudah, tidak sia-sia jika aku masih sendiri saat ditinggal nikah Mas Arka.

"Mas sudah siapkan orang yang akan mengajarimu nyetir nanti setiap jam empat sore dia akan datang untuk mengajarimu," ucap Mas Arka.

Aku hanya menganggukan kepala tanda setuju, mulutku seakan tak mampu untuk berkata-kata lagi, bahagia tak terkira rasanya.

"Gimana malam ini mau nginep sini gak?"

"Gak ah, nanti Aku di cariin Ibu sama bapak Mas!"

"Ya udah, Ayo Mas antar pulang, besok siang kita datang kesini lagi buat beres rumah dan isi perabotannya."

Kami Pun pulang tak lupa kunci serta surat pembelian rumah juga diserahkan Mas Arka padaku, rasanya tak percaya jika sekarang Aku punya rumah dan mobil pribadi.

Sampai dirumah kulihat tampak sepi mungkin Ibu sama Bapak sedang keluar, aku bergegas masuk kedalam kamar.

Tapi hingga malam kedua orang tuaku belum kembali membuatku bingung dan bertanya-tanya kemana mereka pergi kenapa belum kembali.

Aku mencoba untuk menghubungi mereka, saat kulihat ponselku ternyata sudah ada puluhan panggilan tak terjawab dari Ibu, aku lupa jika tadi ponselku aku matikan nada deringnya karena tak mau diganggu saat bersama Mas Arka.

Aku menghubungi Ibu namun panggilan tak dijawab membuatku semakin bingung apa yang terjadi pada mereka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status