Share

Rumah Baru

Author: Sarye
last update Last Updated: 2022-07-23 16:25:54

Getaran ponselku membuyarkan lamunanku akan suasana rumah baruku bersama Mas Arka.

Saat kulihat ternyata Zahra teman satu kantor yang menelponku.

[ Hallo Cil, kamu lagi sibuk gak?]

[Halo juga, Aku baik kok, ada perlu apa Zahra malam-malam begini telepon, emang ada yang penting sampai kamu telpon Aku.]

[ Cuma mau bilang kalau besok kita ada meeting bulanan, kamu jangan sampai gak masuk kerja]

[Ouh iya, makasih ya udah ingetin Aku]

[Iya, Sama-sama]

Panggilan pun terputus, aku kira tadi ada hal yang lebih penting makanya Zahra menelponku, ternyata urusan kantor, tapi aku senang sih karena dia mau ingetin aku soal meeting besok kalau tidak pasti besok aku izin lagi.

Terpaksa deh, besok lihat rumah barunya sorean karena aku harus ngantor.

****

Pagi-pagi kulihat Ibu sudah membuat sarapan untuk kami semua, seperti biasa Ibu lah yang selalu menyiapkan sarapan jika tidak ada ibu kami pasti kewalahan.

"Cil, panggil Bapak buat sarapan tadi ibu lihat kalau bapak masih sibuk membersihkan halaman depan," titah Ibu padaku.

"Baik Bu, Cila akan panggil Bapak untuk sarapan."

Aku memanggil Bapak untuk sarapan bersama mungkin beberapa hari ini Aku jarang sarapan dirumah karena Mas Arka selalu mengajakku untuk sarapan bersama tapi hari ini karena aku harus ikut meeting jadi Aku sarapan dirumah bersama kedua orangtuaku.

Selesai sarapan Aku langsung berangkat ke kantor karena ada meeting pagi ini, Zahra juga sudah datang menjemputku untuk berangkat bareng.

****

Di kantor Zahra memberondong banyak pertanyaan padaku mungkin ia curiga dengan sikapku akhir-akhir ini.

"Cil, kamu kok kelihatannya ceria banget sih akhir-akhir ini? Ada apa sih kok cerita ke Aku?" Tanya Zahra saat kami istirahat makan siang selesai meeting.

"Emang ada yang aneh ya Zah? Perasaan biasa aja kok! Emang kamu gak suka kalau liat aku ceria maunya aku manyun terus gitu?"

"Bukan begitu juga! Aku seneng kok kalau kamu seneng, emang kamu sekarang lagi jatuh cinta ya? Sama siapa sih, jadi kepo aku?" Tanya Zahra sambil tertawa.

Aku hanya melempar senyum padanya seolah mengisyaratkan bahwa dugaannya itu benar. Aku belum berani untuk cerita banyak soal Mas Arka takut jika nanti ia akan marah padaku.

Lebih baik aku simpan dulu rapat-rapat soal hubunganku dengan Mas Arka jika memang waktunya sudah tepat barulah aku beritahu pada Zahra.

"Siapa sih lelaki yang sudah mencuri hati temanku ini," goda Zahra.

"Ada deh! Masih rahasia nanti kalau udah pas waktunya Aku Kasih tahu," ucapku sambil menghabiskan makan siang.

"Kok rahasia-rahasian sih Cil, sejak kapan kamu main rahasia-rahasian sama Aku." Zahra seakan tak terima jika Aku merahasiakan sesuatu padanya.

"Kamu sabar dong nanti juga tahu, ini kan belum pasti nanti kalau aku beritahu sekarang malah gagal, Aku jadi malu kan!"

"Ya sudah, beneran ya nanti cerita ke Aku," ancam Zahra sambil tersenyum.

"Siap," jawabku sambil membalas senyumnya.

Sore ini Mas Arka akan menjemputku di tempat kerja karena kami akan melihat rumah baru yang sudah di janjikan oleh Mas Arka padaku.

Meski ada rasa takut jika ia akan menjemputku di tempat kerja, Aku takut jika teman-teman kantorku tahu jika Mas Arka menjemputku maka akan menjadi gosip hangat di kantor.

Untungnya Mas Arka menjemput sedikit jauh dari kantorku maka teman-teman kantorku tak melihat jika Aku dijemput seseorang.

"Mas! Kok pake jemput Cila segala sih! Kan Cila bisa naik ojek Mas," ucapku saat sudah berada di dalam mobil Mas Arka.

"Emang kenapa? Gak boleh kalau Aku jemput tuan putriku?" Tanya Mas Arka membuatku tersenyum senang mendengar gombalannya.

"Bukan gitu juga, Aku senang kok dijemput sama Mas cuma …."

"Sudah-sudah kalau berdebat terus kapan kita berangkatnya," ucap Mas Arka memotong pembicaraanku, belum selesai Aku berbicara ia sudah melajukan mobilnya ke arah tujuan kami.

Didalam perjalanan menuju rumah baru yang akan kami kunjungi Aku bergelayut manja di sampingnya meski ia sedang menyetir karena seharian ini belum bertemu, rindu dalam hatiku sudah memuncak rasanya.

Aku benar-benar seperti jatuh cinta lagi.

Mobil yang dikemudikan oleh Mas Arka memasuki perumahan elit di kota ku, jantungku berdetak dengan cepat saat kami memasuki perumahan yang sebelumnya tak pernah kulihat, hati di televisi saja aku melihatnya.

"Mas, ini beneran tempatnya, kamu serius mau beli rumah di sini Mas?" Tanyaku penuh penekanan karena rasa tak percaya.

"Bener dong Sayang! Kamu gak percaya sama Masmu ini," ucap Mas Arka meyakinkanku.

"Percaya Mas! Cuma heran aja Aku Mas."

"Sudah! Kamu diem-diem aja duduk manis nanti kalau sudah sampai baru komentar."

Terpaksa Aku hanya menurut pada Mas Arka untuk tidak banyak tanya, saat kami sudah sampai di depan sebuah rumah yang begitu besar menurutku dengan cat warna putih keemasan. Di garasinya juga ada sebuah mobil berwarna merah.

Aku hanya bisa melihatnya dari luar karena memang kami belum bisa masuk, Mas Arka masih sibuk menelpon makanya aku masih berdiri di depan pintu pagar rumah itu.

Hatiku benar-benar bahagia sekali rasanya karena akan dibelikan sebuah rumah oleh Mas Arka apalagi rumah itu atas nama pribadiku sendiri, seolah ketiban durian runtuh, senyumku pun melebar.

"Ayo Sayang kita masuk," ajak Mas Arka saat ia sudah selesai menerima telepon.

"Mas!"

"Ayo masuk dulu," ajak Mas Arka, lagi-lagi memotong ucapaku.

Mataku terbelalak melihatnya, rumah yang indah dan juga mewah.

"Mas! Ini beneran kan Mas, Aku tidak sedang bermimpi kan Mas?" Tanyaku.

"Kamu cubit Aku dong Mas biar aku tahu jika ini bukan Mimpi," Ucapku.

Tiba-tiba Mas Arka mencium pipiku sambil tersenyum.

"Ngapain juga Mas cubit kamu mending dicium kan, " ucapnya sambil merangkul pundakku.

"Mas kok gitu."

"Udah jangan kebanyakan protes mending kita lihat ruangan-ruangan lainnya." Seolah mengalihkan pembicaraan.

Rumah yang sangat indah, disana terdapat tiga kamar semuanya ada kamar mandinya beda dengan rumahku yang hanya memiliki satu kamar mandi, dapurnya begitu luas membuatku akan betah tinggal disini.

"Gimana kamu suka kan dengan rumahnya? Tanya Mas Arka.

"Suka banget Mas, makasih ya Mas." Kali ini aku yang memberikan kecupan pada pipi Mas Arka tanda terima kasih dan sayangku padanya. Aku juga memeluk erat tubuhnya yang kekar. Sungguh bahagia sekali rasanya.

"Kapan kita bisa tinggal disini Mas?"

"Malam ini juga bisa kalau kamu mau," goda Mas Arka.

"Emang rumahnya sudah di beli Mas? Bukannya kita kesini mau lihat-lihat dulu?"

"Kelamaan kalau lihat-lihat dulu, Mas tau pasti kamu suka jadi Mas langsung beli aja., Disana juga sudah ada mobil buat kamu, kamu bisa pakai sesuka hati kamu tapi kamu harus belajar nyetir dulu."

Mataku mulai mengembun rasa ingin menangis, seakan kesendirianku selama sepuluh tahun ini terbayar sudah, tidak sia-sia jika aku masih sendiri saat ditinggal nikah Mas Arka.

"Mas sudah siapkan orang yang akan mengajarimu nyetir nanti setiap jam empat sore dia akan datang untuk mengajarimu," ucap Mas Arka.

Aku hanya menganggukan kepala tanda setuju, mulutku seakan tak mampu untuk berkata-kata lagi, bahagia tak terkira rasanya.

"Gimana malam ini mau nginep sini gak?"

"Gak ah, nanti Aku di cariin Ibu sama bapak Mas!"

"Ya udah, Ayo Mas antar pulang, besok siang kita datang kesini lagi buat beres rumah dan isi perabotannya."

Kami Pun pulang tak lupa kunci serta surat pembelian rumah juga diserahkan Mas Arka padaku, rasanya tak percaya jika sekarang Aku punya rumah dan mobil pribadi.

Sampai dirumah kulihat tampak sepi mungkin Ibu sama Bapak sedang keluar, aku bergegas masuk kedalam kamar.

Tapi hingga malam kedua orang tuaku belum kembali membuatku bingung dan bertanya-tanya kemana mereka pergi kenapa belum kembali.

Aku mencoba untuk menghubungi mereka, saat kulihat ponselku ternyata sudah ada puluhan panggilan tak terjawab dari Ibu, aku lupa jika tadi ponselku aku matikan nada deringnya karena tak mau diganggu saat bersama Mas Arka.

Aku menghubungi Ibu namun panggilan tak dijawab membuatku semakin bingung apa yang terjadi pada mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hadiah Anak untuk Mantan Kekasihku   Bertemu Nadia teman lama Arsila

    "Arsila!" "Kamu siapa? Kamu mengenalku?" Tanya Arsila yang meringis kesakitan. Karena kepala mereka terbentur satu sama lain. "Kamu lupa denganku?"Arsila berusaha mengingat seseorang yang ada di hadapannya, pikirannya jauh ke beberapa tahun silam. "Nadia! Kamu Nadia kan?" "Sekarang kamu sudah jadi dokter? Nad! Wah keren banget kamu," Arsila baru mengingat sosok wanita yang tak sengaja ia tabrak."Arsila kamu ngapain disini? Siapa yang sakit? Ibu kamu atau Ayahmu yang sakit?" Tanya Nadia dengan memegang pundak Arsila. Arsila tersenyum lalu menggelengkan kepalanya " bukan Nad! Istri Mas Arka yang sakit," Jelas Arsila. "Istri Arka mantan kamu itu? Yang sudah jelas-jelas ninggalin kamu demi perempuan kaya," ucap Nadia penuh emosi. Bagaimana tak emosi, Nadia tahu betul perjalanan cinta Arsila dan Arka hingga mereka terpaksa berpisah karena Arka harus menikahi wanita kaya pilihan orang tuanya. "Iya Nad, Maaf.""Kamu gak salah Sil! Ngapain kamu liat Istri laki-laki yang benar-benar

  • Hadiah Anak untuk Mantan Kekasihku   Kondisi Maura pasca kecelakaan

    "Dokter kenapa diam? Katakan yang sebenarnya dok?""Istri Anda saat ini belum sadar kan diri, kepalanya sedikit kena benturan tapi kakinya patah dan untuk saat ini ia belum bisa berjalan," jelas sang dokter yang bernama Pasha."Apa dok! Istri saya lumpuh," lirih Arka sambil mengusap air matanya."Saya belum bisa memastikan, kita lihat hasil pemeriksaannya besok, permisi."Mendengar berita itu membuat Arka terduduk lemas, Arsila hanya mampu menenangkannya meski sebenarnya ia bingung harus berbuat apa. Ada rasa cemburu dalam diri Arsila melihat suaminya begitu panik dan bersedih, apakah Arka akan berbuat hal yang sama jika ia sakit."Mas! Kamu yang tenang ya, Mbak Maura pasti akan baik-baik saja," tukas Arsila sambil mengelus-elus punggung Arka dengan lembut.Arsila bisa melihat dari manik mata Arka yang begitu merasa bersalah atas kecelakaan yang menimpa Maura. "Iya, Sayang! Makasih kamu sudah mau menemani Mas buat jagain Maura, Mas hanya takut terjadi apa-apa pada Maura, bagaimanapu

  • Hadiah Anak untuk Mantan Kekasihku   Kecelakaan

    "Maaf sebelumnya Bu, sebenarnya istri saya sedang dan sekarang dirawat di rumah sakit, sehingga saya tidak merasa tenang Bu. Tapi sebagai sopir saya harus mengantarkan Ibu." "Siapa yang menjaga istri Mamang di rumah sakit?" "Tidak ada siapa-siapa Bu, saat ini istri saya sendiri," jawab Mang Jajang sedih. "Ya sudah kalau begitu Mamang pulang saja izin berangkat sendiri, ini uang untuk biaya rumah sakit, semoga setelah saya kembali istri Mamang sudah sembuh." Ucap Maura sambil memberikan sejumlah uang kertas berwarna merah beberapa lembar pada driver yang sudah setia Anda. "Terimakasih Bu! Ibu hati-hati dijalan, jangan ngebut-ngebut ya Bu." "Saya berangkat kalian jaga rumah dengan baik," Maura mengingatkan para pembantunya yang sudah berdiri mengantarnya di depan pintu pagar. "Baik Bu, ibu hati-hati di jalan," jawab para pembantu yang berkumpul tiga orang sedang tersenyum penuh kemenangan seolah bebas dari penjara. Bagaimana tidak senang karena sebagai majikan Maura begitu mengeka

  • Hadiah Anak untuk Mantan Kekasihku   Kehamilan Arsila dan pembantu baru

    "Selamat pagi Bu, perkenalkan saya Jum yang kemarin sudah menghubungi Ibu untuk bekerja disini," ucap Wanita yang tampak sudah sedikit menua. "Silakan masuk Bik! Mari silahkan duduk," ajak Arsila dengan ramah pada calon pembantu rumah tangganya. "Iya Bu, terimakasih sudah mengijinkan saya bekerja disini." "Sama-sama Bik. Kita langsung ke dapur saja kalau begitu Bik," Arsila langsung memberitahukan tugas apa saja yang akan dilakukan Bik Jum dan menunjukan tempat tidurnya karena bik Jum berasal dari kampung maka tidak mungkin jika ia harus pulang setiap harinya. "Semoga betah ya bik, kerja sama saya." "Iya Bu." "Ya sudah kalau begitu saya ke kamar dulu ya Bik, hari ini bibik bisa istirahat dulu karena perjalanan jauh dari kampung, Bibik bisa mulai bekerja nanti karena tak terlalu banyak yang dikerjakan bik, saya hanya berdua saja sama suami saya." "Terimakasih Bu, kalau begitu Bibi pamit untuk ke kamar sebentar dan nanti akan langsung bekerja sesuai arahan Ibu." Arsila senang kar

  • Hadiah Anak untuk Mantan Kekasihku   Orang tak dikenal

    Mataku terbelalak saat melihat layar ponsel, ternyata nomor yang tidak aku kenal, entah siapa yang menelpon tapi sungguh Aku tak berani untuk menjawabnya. Aku mengabaikan panggilan telepon yang masuk karena tidak ingin menjawabnya. Ponselku berdering lagi tapi tetap saja ku abaikan. Tiba-tiba ada notifikasi dari aplikasi hijau. Ternyata masih dari nomor yang menelpon tadi. [Hai, apa kabarmu disana? Kuharap kamu baik-baik saja] [Aku dengar kamu sudah menikah, padahal aku berharap jika kamu akan menjadi wanitaku tapi kau sudah menjadi wanita lelaki lain] [ Sungguh Aku merasa sangat kecewa padamu] [Tapi Aku akan selalu menjagamu dari kejauhan] [Salam sayang dariku, Lelaki hatimu] Deck, hatiku merasa kaget membaca pesan dari lelaki yang sama sekali tidak aku kenal, foto profilnya pun tidak ada jadi aku tak bisa mengenalinya. Sungguh Aku penasaran dibuatnya. Ingin membalasnya tapi dalam hatiku ada keraguan, bagaimana jika itu Mas Arka yang hanya ingin mempermainkanku saja, batink

  • Hadiah Anak untuk Mantan Kekasihku   Teman Baru

    Di Jakarta Aku tidak merasa kesepian karena sudah punya Mira teman baru ku selama Mas Arka ke Bandung, Aku menghabiskan waktu bersama Mira. Kami pergi ke salon untuk perawatan agar nanti jika suami Kami kembali akan terlihat cantik dan mempesona. Kami juga ke mall untuk berbelanja pakaian dinas malam, Aku yang tadinya tidak tahu soal baju dinas malam itu, berkat Mira jadi tahu dan membeli beberapa helai untuk ia pakai jika suamiku kembali nanti. Sepulang dari salon dan Mall, Aku langsung mencoba gaun dinas malamku yang tadi ku beli bersama Mira. di dalam kamar aku tertawa sendiri melihat tubuhku dibalut lingerie merah yang sudah kubeli. Apakah benar jika Aku mengenakan lingerie itu Mas Arka akan suka dan bergairah melihatnya. Aku mencoba semua lingeri yang sudah Aku beli dengan berbagai warna dan saat suamiku pulang nanti akan langsung di pakai. Aku sudah tak sabar ingin mengenakan lingerie itu untuk menyambut kedatangan Mas Arka malam ini karena menurut jadwal malam ini Mas Arka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status