Share

Kabar baik

Auww!

Aku meringis kesakitan saat hendak bangkit dari lantai, kakiku terkilir sakit sekali rasanya, aku berusaha untuk bangkit dengan perlahan takut jika lelaki yang sedang terbaring diatas tempat tidurku terbangun.

Namun betapa terkejutnya saat aku menghidupkan lampu dan melihat sosok lelaki yang sedang tertidur ternyata Mas Arka. Dengan tertatih aku berjalan mendekat untuk membangunkannya.

"Mas! Bangun Mas," ucapku sedikit berteriak sambil menggoyangkan tubuhnya.

"Hem, Arsila," Mas Arka tampak kaget saat melihatku sudah berada di dalam kamar. Lekas ia bangkit sambil mengucek matanya.

"Kamu kapan datang Sayang? Tadi Mas telepon kok gak dijawab, Maaf Mas baru saja sampai dan capek banget makanya Mas tertidur."

"Sudah sejak tadi siang Mas! Aku di dalam rumah ini tapi tadi aku dengar ada suara orang membuka pintu,kupikir itu pencuri makanya Aku sembunyi dibalik lemari," ujarku memberi penjelasan.

"Kamu kenapa?" Tanya Mas Arka saat melihatku meringgis sambil memegang kaki.

"Aku terkilir Mas, niatnya tadi mau mukul kamu dari belakang eh taunya aku jatuh," ucapku sambil merengek manja pada Mas Arka.

"Ya ampun kasihan sekali cintaku, sayangku, cup … cup! Sini Mas lihat mana yang sakit." Dengan sangat hati-hati Mas Arka melihat kakiku yang terkilir ia juga membalurkan minyak gosok.

"Sakit Mas, pelan-pelan dong," teriakku.

"Ini sedikit Bengkak Sayang, udah Mas kasih Minyak mudah-mudahan cepet sembuh yach atau mau dibawah ke rumah sakit," ledek Mas Arka sambil mengusap kepalaku hingga rambutku berantakan.

"Mas! Kusut tau rambutnya," teriakku sambil merapikan kembali rambut yang berantakan.

Melihat tingkahku Mas Arka hanya melemparkan senyum manisnya membuatku tersipu malu. Sungguh bahagia hatiku setelah sekian lama tak melihatnya, rasa rindu ini seakan telah terobati.

"Sayang! Gimana rumahnya baguskan, semua perabotnya udah Mas beli, habisnya kelamaan kalau nungguin kamu."

"Bagus Mas, Aku suka sekali, makasih ya Mas," ucapku sambil memeluk tubuhnya yang gempal.

"Iya sama-sama, Mas juga senang jika kamu ikut senang, Mas ada kabar baik buat kamu!"

"Kabar apa Mas? Jangan buat aku penasaran dong Mas!"

"Kabar yang bakal bikin kamu makin bahagia," ucap Mas Arka membuatku semakin penasaran.

"Apa Mas, cepetan bilang, jangan buat Aku penasaran dong Mas?"

"Sabar dulu dong, kok jadi gak sabaran begitu sih."

"Ya iyalah Mas, aku gak sabar mau dengernya."

"Kemarin waktu Mas pulang ke Bandung Mas sudah bicarakan masalah kita berdua sama Maura."

"Apa Mas! Mas sudah bilang soal hubungan kita sama Istri Mas, Mas sudah gila yah! Terus kita gimana Mas? Gak bisa ketemu dong," ucapku panjang lebar.

"Kamu itu dengar dulu kenapa sih, main nyerocos aja kerjaannya."

"Iya deh, Aku dengerin Mas mau cerita apa? Cepetan Mas jangan buat Aku penaran gitu."

"Mas sama Maura menikah sudah sepuluh tahun, sampai saat ini Maura belum bisa memberikan Mas keturunan jadi Mas bilang ke Maura jika Mas mau punya keturunan apapun caranya."

"Terus Mas!"

"Mas bilang kalau mau menikah lagi dan kamu tahu apa yang dikatakan Maura saat Mas bilang kalau ingin menikah lagi dan punya anak?"

"Mana Aku tahu Mas ,Maura bilang apa? Emang apa yang dikatakan saat Mas pingin punya anak dan menikah lagi?"

"Awalnya dia diam, matanya mulai berkaca-kaca hingga akhirnya ia menangis, Ia menangis sesegukan hingga Mas tak tega melihatnya bersedih.

"Dia bilang jika dia sudah gagal menjadi seorang istri selama ini, dia minta maaf sama Mas karena dia belum bisa memberikan keturunan."

"Maura juga bilang jika Mas boleh menikah lagi jika ingin punya anak."

"Kamu tahu tidak, itu artinya kita bisa menikah dengan restu Maura dan tidak perlu sembunyi-sembunyi dari nya," ucap Mas Arka penuh kebahagiaan.

"Yang benar kamu Mas, kalau Maura kasih izin ke kamu buat Nikah lagi?" Tanyaku penuh selidik karena rasanya tidak percaya jika ada wanita yang mau berbagi suami dengan wanita lain.

"Ngapain juga Mas bohong sama kamu sayang, rencananya bulan depan kita Bandung buat ketemu sama Maura yach atau minggu depan juga boleh, lebih cepat lebih baik kan!"

"Mas sudah tidak sabar untuk menikahimu Cil."

"Aku juga sudah tidak sabar Mas mau jadi istri kamu, minggu depan kita ketemu Maura yach Mas!"

"Baiklah Mas janji minggu depan kita ke Bandung."

"Makasih yah! Mas memang the best banget dech," ucapku dengan senyum mengembang sambil memeluknya, sungguh betapa Aku sangat bahagia hari ini.

*****

Sesuai dengan janji Mas Arka padaku, hari ini kami berangkat ke Bandung untuk bertemu dengan Maura.

Mas Arka juga sudah bertemu dengan Ibu dan meminta restunya, rencananya jika memang Maura memberi izin kami akan segera menikah di Bandung nantinya.

Kondisi kejiwaan Ibu juga belum stabil jika kami menikah di rumahku, Ibu masih sering melamun sendirian dan menangisi kepergian Bapak.

Awalnya Ibu marah dan murka saat pertama kali melihat Mas Arka. Tapi dengan perlahan aku berusaha menjelaskan dan akhirnya Ibu mengerti dan merestui kami.

Ibu hanya ingin melihatku bahagia makanya ia memberikan restunya padaku dan juga Mas Arka.

Dalam perjalanan ke Bandung jantungku berdetak dengan kencang rasanya mau copot saja, tapi Mas Arka mencoba menenangkan hatiku, ia memang pandai membuatku nyaman saat berada di sampingnya.

"Mas, kita langsung ke rumah kamu ya dan ketemu Maura nanti saat sudah sampai Bandung?" Tanyaku sedikit gugup.

"Nggak dong, nanti kita istirahat dulu di hotel dan besok pagi baru kita bertemu dengan Maura."

Aku menarik nafas panjang, rasanya lega sekali karena masih ada waktu untuk menenangkan pikiranku sejenak.

"Tapi aku gugup loh Mas mau ketemu istri kamu! Takut jika nanti dia akan mengusirku Mas!"

"Kamu tenang, santai aja semuanya akan baik-baik saja kok, percaya deh sama Mas!" Mas Arka selalu meyakinkanku. Ia juga menggenggam erat tanganku saat aku merasa gugup dan takut.

"Sebaiknya kamu istirahat aja dulu atau mau tiduran juga boleh nanti kalau udah nyampe Mas bangunin."

Entah berapa lama Aku tertidur di Mobil, tidak tahu berapa jam perjalanan ke Bandung dari Jakarta karena ini kali pertama Aku pergi ke Bandung, tiba-tiba kami sudah sampai di Hotel.

Ternyata Mas Arka juga sudah memesan kamar Hotel buat Aku tempati, Aku masuk ke dalam kamar untuk beristirahat sedangkan Mas Arka pergi entah kemana. Ia hanya meninggalkanku di kamar hotel sendirian saat kami sudah sampai, mungkin ia pulang ke rumahnya pikirku.

Kamar hotel yang sangat nyaman yang belum pernah aku tiduri, rasanya tak ingin pergi dari kamar ini.

****

Pagi ini

Mas Arka sudah datang untuk menjemput dan mengajakku ke rumahnya untuk bertemu Maura, lagi-lagi jantungku berdetak dengan kencang.

Rasa takut, gugup menghantuiku, hatiku benar-benar kacau sekali tapi Mas Arka lagi-lagi menenangkanku, genggaman erat tangannya mampu membuatku merasa tenang.

"Ayo kita berangkat!" Ajak Mas Arka padaku saat melihatku ku berdandan rapi.

Kami berangkat menuju rumah Mas Arka, saat sampai di sana mataku membulat hingga mau keluar, Aku mengedarkan pandangannya ke sekitar.

"Mas! Mas …." Aku berteriak melihat semua yang ada di hadapanku.

Ini mimpi ataukah kenyataan!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status