Share

Bab 03 Pagi Yang Tidak Biasa

Author: Author Mya
last update Huling Na-update: 2024-10-16 09:55:55

“Nawa?”

Tak tahu lagi hendak ke mana, Nawa memutuskan untuk mendatangi tempat kos Airin, sahabat karibnya saat SMA dulu.

Gadis itu tentunya terkejut melihat Nawa yang basah kuyup malam ini, dan kedua mata sang sahabat membengkak, akibat terlalu banyak menangis.

“Rin, aku boleh numpang di sini dulu nggak, untuk sementara?”

“Loh, kenapa? kamu lagi ada masalah dengan Sakti?”

Tentunya, Airin sangat mengenal Sakti, laki-laki yang dulu satu SMA dengannya dan juga Nawa. Ia yang paling tahu bagaiamana perjalanan cinta Sakti dan Nawa, hingga keduanya bisa menikah, walaupun tanpa restu kedua orang tua Nawa.

Melihat Nawa yang sepertinya enggan untuk menceritakan persoalan pribadinya, maka Airin pun tak ingin memaksa.

“Masuk aja dulu, yuk. Kamu udah basah banget. Mandi ya, kamar mandinya ada di sebelah sana”

Airin menunjukkan kamar mandi yang tak terlalu lebar ukurannya, terdapat di sudut kamar. Nawa pun melangkah masuk, lalu meletakkan koper miliknya, di samping ranjang.

Cukup lama ia berada di kamar mandi, hingga akhirnya, Nawa ke luar dengan penampilan yang lebih segar dibandingkan sebelumnya.

“Wa, aku cuma punya roti dan teh manis anget aja. Kamu minum dulu ya.Biar enakan”

“Makasih ya Rin”

Nawa menyeduh teh hangat tersebut, dengan tangan yang bergetar. Airin sangat yakin, jika sang sahabat memiliki persoalan pelik di dalam rumah tangganya.

“Rin, maaf, kalau aku merepotkan kamu. Tapi aku benar-benar tidak punya tempat tinggal lagi sekarang.Aku dan Sakti..”

Nawa tak sanggup melanjutkan perkataannya. Airin langsung membelai lembut kepala sang sahabat, yang membuat Nawa kembali meneteskan air matanya.

“Wa, kamu boleh tinggal di sini, selama yang kamu mau. Tapi yaa.. keadaannya seperti ini. Kamar aku sempit. Tempat tidurnya juga kecil. Kalau kamu bersedia sih, aku nggak masalah”

“Aku bersedia tidur di manapun Rin. Nggak ada masalah sama sekali. Karena aku bingung, sekarang harus ke mana” Jawab Nawa, memelas.

Airin mengangguk tanda mengerti. Walaupun ia belum menikah, tapi ia paham, jika dalam sebuah rumah tangga, pasti banyak problematika yang harus dihadapi.

“Rin, kamu masih bekerja di Café yang kamu ceritakan tempo hari nggak?”

Nawa tiba-tiba saja teringat akan hal itu. Airin mengangguk, membenarkan perkataannya. “Masih, aku lumayan betah kerja di situ, walaupun gajinya pas-pasan sih” Jawabnya.

“Apa masih ada lowongan, Rin?”

Airin menatap lekat wanita tersebut. Sepertinya, Nawa berniat hendak mencari pekerjaan.

“Aku nggak tahu pasti sih Wa, tapi denger-denger, si pemilik Café mau buka cabang baru. Nah, kayaknya di situ tuh bakalan ada penerimaan karyawan besar-besaran”

“Aku boleh ngelamar nggak, Rin?”

Nawa menatap penuh harap. Tentunya, Airin merasa iba, melihat Nawa yang seperti ini. Padahal, ia terlahir dari keluarga yang terpandang. Kedua orang tua Nawa, mapan dari segi financial. Nawa dulunya juga seorang gadis cantik dan juga pintar, yang sempat menjadi idola di Sekolahnya.

Tetapi setelah berpacaran dengan Sakti, dan memutuskan untuk menikah muda, Nawa sudah mulai berubah. Bahkan kini, penampilannya sangat lusuh, tidak secantik yang dulu lagi.

“Boleh sih, Wa. Tapi apa suami kamu akan mengizinkan kamu bekerja?”

Nawa tersenyum miris. Tentunya, Sakti tidak akan melarangnya melakukan apa pun saat ini, karena laki-laki itu sudah mencampakkannya.

“Hubungan pernikahan aku dan Sakti, sepertinya udah nggak bisa diselamatkan lagi, Rin, Makanya, aku ingin hidup mandiri. Aku berharap, kamu bisa membantu. Karena hanya kamu harapan aku satu-satunya, Rin”

Tentu saja, Airin sudah menduga hal ini yang terjadi. Karena tidak mungkin Nawa meninggalkan rumah, kalau hubungannya dengan Sakti masih baik-baik saja.

“Ya udah, besok aku tanyain ke bos ya. Sekarang mendingan kamunya istirahat dulu. Jangan mikir yang macem-macem lagi, okey?”

Nawa mengangguk singkat. Ia kembali menyeruput teh hangat yang berada di genggamannya. Hatinya mulai merasa tenang. Setidaknya, ada setitik jalan, untuknya bisa mempertahankan hidup.

***

Pagi hari setelah kepergian Nawa, Sulasmi merasa sedikit kerepotan mengurus rumah sendirian. Biasanya, Nawa yang ia andalkan dalam mengerjakan pekerjaaan rumah, dan ia hanya berleha-leha saja di rumah peninggalan almarhum Suaminya itu.

“Bu, kemeja kerja aku mana ya? kok belum Ibu siapin? Aku udah terlambat ini..”

Sakti menghampiri ibunya yang kini sedang memasak di Dapur.Ia hanya memakai selembar handuk saja di tubuhnya, karena pakaiannya belum tersedia di atas tempat tidur.

Biasanya, Nawa yan menyiapkan semua itu. Sakti tak pernah merasakan kesulitan apapun, karena sang Istri selalu menyediakan semua yang ia butuhkan.

“Sebentar dulu, Sakti. Ibu lagi repot nih, bikin sarapan. Coba lihat di lemari aja deh. Barangkali si Nawa udah nyiapin di situ. Biasanya kan dia setrikain baju kamu, terus simpen di lemari”

“Aaah.. kenapa nggak Ibu siapin sih? Letakkin di atas Kasur dong, Bu. Biasanya kan Nawa begitu!”

Sakti berdecak kesal.Ia lalu membuka lemari cukup kasar, demi meraih kemeja miliknya. Namun ia sempat terpaku, ketika melihat sesuatu di dalam lemari.

Sebuah kue tart yang sudah basi dan sekotak hadiah ulang tahun pernikahan, yang pastinya disiapkan oleh Nawa untuknya. Sakti sempat merasakan Sesuatu yang menganggu pikirannya. Tapi rasa ego, melenyapkan semua akal sehatnya.

Ia sama sekali tak menyentuh dua benda itu. Sakti memakai stelan kerjanya, lalu merapikan rambutnya, agar bisa segera berangkat ke kantor.

“Sakti, makanya, kamu buru-buru nikahi Elena, ya. Supaya kamu ada yang ngurusin. Nggak usah ditunda-tunda lagi. Ceraikan saja Nawa, lalu segera nikahi Elena. Supaya kamu bisa cepat memiliki keturunan!”

Sakti tak menjawab apa-apa. Ia lalu meraih sebuah gelas, dan meneguk air mineral dengan cepat.

“Saya berangkat dulu, Bu..”

“Eh, kamu kan belum sarapan..”

Sakti tak mempedulikan seruan sang Ibu. Ia lalu melangkah menuju ke garasi, menyalakan mesin mobinya dengan cepat.

“Sakti.. sarapan dulu. Nanti kamu sakit perut!” Seru sang ibu, yang mengikuti langkah putranya hingga ke garasi.

“Udah telat Bu, mana saya ada meeting pagi ini dengan bos besar”

Sakti memundurkan mobilnya, ke luar dari garasi.

“Saktii!”

Suara Sulasmi terdengar menggelegar. Membuat para tetangga, langsung merasa penasaran apa yang sebenarnya telah terjadi.

Sakti melajukan kendaraannya dengan kecepatan yang cukup tinnggi. Namun di tengah perjalanan, ia langsung menghentikan Mobilnya, saat menyadari, jika ia belum mengenakan sepatu.

“Ah, sial banget sih pagi ini!”

Sakti tak henti-hentinya mengumpat. Memang biasanya, Nawa yang menyiapkan segala sesuatu untuknya, termasuk memasangkan sepatu suaminya setiap pagi.Tapi wanita itu sudah pergi meninggalkannya. Sakti terpaksa harus kembali lagi ke rumah, karena tak mungkin berangkat ke kantor tanpa memakai alas kaki.

Tetapi ia masih gengsi mengakui, kalau ia membutuhkan Nawa. Karena bayangan Elena yang sangat cantik dan seksi, cukup mengganggu pikiran liarnya. Ia ingin segera menikahi wanita itu, dan memberikan keturunan seperti yang diinginkan oleh ibunya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Hadiah Madu Di Ulang Tahun Pernikahan   Bab 20 Tak Siap Kehilangan

    Ayahanda Nawa, tak bisa membendung emosinya, saat melihat pria yang kini berdiri di hadapannya.“Kamu..? kamu menikah lagi dengan Wanita lain, dan mencampakkan putri saya begitu saja?” tudingnya.Pria itu langsung menarik kemeja yang Sakti kenakan saat ini, lalu mendorong tubuhnya ke dinding Rumah Sakit. Wajah Sakti tampak pucat, seperti tak berdarah. Orang yang paling ia takuti di dunia ini, kini sudah berada di hadapannya.Teringat olehnya, kejadian lima tahun yang lalu, saat dr. Richard menghajarnya habis-habisan, karena ia membawa lari Nawa. Itulah sebabnya, dengan sangat terpaksa, pria ini mengizinkan Sakti menikahi putrinya. Tapi yang terjadi kini, sungguh sangat menyakiti perasaannya. Sakti ternyata menikahi wanita lain, dan ia mencampakkan Nawa begitu saja.Jika bukan sedang berada di Rumah Sakit, mungkin kejadian lima tahun yang lalu akan Kembali terulang. Untung saja para perawat laki-laki di Rumah Sakit itu segera datang melerai, mencegah dr. Richard, menyakiti pemuda itu.

  • Hadiah Madu Di Ulang Tahun Pernikahan   Bab 19 Tak Pantas Dimaafkan

    “Aku tahu aku salah, Mas, dan aku meminta maaf untuk itu”Sebelum Sakti mengucapkan sesuatu yang mungkin saja bisa membuatnya semakin terpojok, Elena berinisiatif untuk meminta maaf terlebih dahulu. Ia yakin, sang suami nantinya akan luluh, pada kata-kata maaf yang ia ucapkan.Tapi Sakti masih memasang wajah datar saja, walaupun sang istri kini sudah meneneteskan air mata.“El, aku tahu, kalau pernikahan kita ini baru seumur Jagung. Tapi aku rasa..”“Cukup Mas, jangan diteruskan lagi. Aku tahu aku salah. Tolong, maafkan semua kesalahan aku, dan aku janji akan berubah”Sakti menggelengkan kepalanya. Karena ia tak terlalu yakin, kalau Elena bisa berubah secepat ini.“El, Ibu itu adalah satu-satunya orang tua yang aku punya saat ini! apapun akan aku lakukan, demi membuat Ibu bahagia. Termasuk menikahi kamu!”Dari kata-katanya, jelas terlihat, jika Sakti hanya terpaksa menikah dengannya. Dan Elena merasa sedikit tersinggung atas ucapannya.Tapi ia tak menunjukkan apa yang tersimpan di hat

  • Hadiah Madu Di Ulang Tahun Pernikahan   Bab 18 Pulang

    “Mami…?”Nawa tak menyangka akan bertemu lagi dengan sang Ibu, setelah selama lima tahun belakangan ini, tak pernah mendengar kabar tentang Ibunya.Pernah ia mencoba mengunjungi wanita ini, tetapi selalu saja mendapatkan penolakan, dan tidak diperbolehkan untuk memasuki rumah.Nawa mengalihkan pandangan ke arah seorang pria, yang berdiri persis di samping Ibunya.Pria itu adalah Ayahnya, yang langsung mengalihkan pandangan, seolah tak melihat keberadaan Nawa di tempat itu.“Ayo Mi, kita pulang, kamu sudah selesai kan belanjanya..” Pria itu berkata kepada istrinya, dengan nada datar.“Pi, ini kan Nawa, anak kita, kenapa nggak kamu sapa?” bisik sang istri kepada suaminya. Tetapi Pria yang berprofesi sebagai seorang Dokter itu, sama sekali tak menggubris perkatannya.Ia sudah telanjur kecewa pada keputusan Nawa, yang tetap menikah dengan Sakti, walaupun mereka sudah melarangnya. Karena Ayahanda Nawa sangat yakin, Sakti bukanlah Pria yang baik untuk putrinya.Sejak Nawa menikah dengan Sak

  • Hadiah Madu Di Ulang Tahun Pernikahan   Bab 17 Mengundurkan Diri

    “Boleh saya tahu, apa alasan kamu mengajukan pengunduran diri, Nawa?”Raya, istri dari Felix, menatap Nawa dalam-dalam, ketika wanita itu menemuinya di ruangan. Nawa baru saja mengatakan, kalau ia hendak mengundurkan diri dari Cafe tersebut.Tentunya Raya merasa heran, mengapa Nawa yang bahkan belum bekerja genap satu bulan di café tersebut, tiba-tiba berpikir untuk mengundurkan diri.“Saya, hanya ingin bersitirahat saja, Bu”Nawa sengaja menyembunyikan aib Felix, suami dari wanita itu, agar tak terjadi huru-hara. Ia juga heran,mengapa tak melihat keberadaan Felix di ruangan tersebut. Tapi tentunya ini lebih baik, agar Nawa bisa dengan cepat mengajukan pengunduran dirinya.“Nawa, jika ada masalah, katakan saja. Tentang apapun itu, tolong jangan sembunyikan dari saya”Raya mulai merasa curiga, jika semua ini berhubungan dengan Fekix, sang suami.Karena mereka sempat bertengkar hebat saat di Bali kemarin, yang mengakibatkan Felix langsung meninggalkannya, dan kedua anaknya begitu saja.R

  • Hadiah Madu Di Ulang Tahun Pernikahan   Bab 16 Kekecewaan Yang Mendalam

    “Pak.. dari mana Bapak tahu kalau saya tinggal di sini? bukannya bapak juga lagi ada di Bali?”Nawa tentunya tak menyangka, Felix bisa mendatangi kamar kos yang ia tempati. Apalagi, seingatnya, pria ini sedang berada di Bali bersama keluarganya. Apa mungkin, Felix tidak jadi berangkat?“Saya tahu tentang kamu semuanya, Wa.. semua..”Pria itu menampilkan seringaian di bibirnya. Nawa pun ngeri melihat hal itu. Apalagi, malam ini, ia memakai dress yang cukup seksi, yang mengekspos lekuk tubuhnya.Felix melangkah memasuki kamar. Tetapi Nawa memintanya untuk berhenti.“Tolong, saya tidak akan membiarkan Bapak memasuki kamar ini..”“Kenapa, Nawa? suami kamu udah nggak ada, kan? dia baru saja pergi. Mau mengunjungi istri keduanya pasti kan?Ternyata Felix benar, ia mengetahui semua tentang Nawa. Dan entah sejak kapan, pria ini mencari tahu semuanya.“Dari pada kamu malam ini sendirian, mendingan saya temenin, ya Wa..”Felix menutup pintu kamar kos itu. Dan Nawa tentunya terkejut melihat sika

  • Hadiah Madu Di Ulang Tahun Pernikahan   Bab 15 Pengakuan Sakti

    Sakti kewalahan menghadapi kemarahan Elena siang ini. Wanita itu berteriak-teriak di lobi kantor, membuatnya merasa malu.Ia berkali-kali menuding Sakt telah berselingkuh. Dengan sekuat tenaga, Sakti mengangkat tubuh wanita itu, lalu membawanya menuju ke mobil.Tentu saja, teman-teman di kantornya merasa heran, siapa Elena sebenarnya. Karena Sakti memang tak memberitahukan tentang pernikahannya dengan wanita itu.“Apa itu istrinya Pak Sakti?”“Nggak tahu juga sih, sepertinya istrinya bukan yang itu deh”Banyak yang berpikiran yang bukan-bukan tentang Elena. Karena memang, Sakti termasuk tipe pria yang tertutup, dan jarang ada yang mengetahui tentang seluk beluk rumah tangganya.“Kamu udah bikin aku malu, El!” teriak Sakti, saat tiba di Mobil.“Kamu yang memuat aku begini, Mas! pernikahan kita masih seumur Jagung, tapi kamu sudah berani membohongi aku, dan tidur dengan perempuan lain!”“Jangan asal tuduh kamu!”Sakti langsung tersulut emosi. Rasanya ia sudah tak kuat lagi menghadapi k

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status