Share

109. Healing

“Kak! Yuk turun! Mama bawa makanan banyak banget!”

Dinara tak sadar ini pukul berapa. Netranya menyipit saat Dikta membuka paksa gorden warna abu-abu di kamarnya sehingga cahaya matahari seakan merangsak masuk secara tiba-tiba. Terlihat sangat sulit untuk menyesuaikan, kelopak matanya rasanya seperti lebih tebal dan pedih daripada biasanya.

Dikta yang bayangannya belum seratus persen full HD terlihat mendekatinya. Baru setelah sepersekian detik Dinara sadar bahwa sang adik tengah menatapnya heran dari jarak yang cukup dekat.

“Sebelum turun kompres mata dulu deh kayaknya! Takut mama sama papa khawatir!” ujar Dikta sebelum lagi-lagi menarik seimut Dinara sehingga gadis yang sama sekali tak punya pembelaan itu kembali terkesiap.

“Ini jam berapa sih? Tumben mama udah sampai rumah,” keluh Dinara. Seingatnya, kedua orang tuanya itu masih belum sampai rumah semalam.

Dikta memutar matanya, “udah siang, mbak! Jam sebelas lho ini! Mama sama papa baru aja pulang.”

Dikucek sebentar matanya y
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (9)
goodnovel comment avatar
carsun18106
eh iya kira2 sandi ada kesepakatan atau ngatur strategi apa gitu sama dinara? kan keren tuh klo ternyata mereka kompak
goodnovel comment avatar
carsun18106
nooo i thank youuuu udh nulis cerita nan gregetan iniiii
goodnovel comment avatar
Estaruby
Bahahaha thankyouu selalu komenn! ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status