Share

Bab 7 Ambisi Raymond

Author: XENA
last update Last Updated: 2025-04-09 10:05:21

Raymond meninggalkan rumah dengan membawa amarahnya pada sang istri. Dia merasa hina di mata istrinya. Memanglah benar dia telah berselingkuh dan berhubungan badan dengan wanita lain. Akan tetapi, hanya dengan satu wanita saja, tidak lebih.

Namun, bagaimanapun dia telah berselingkuh dari istrinya, dan dia menyadari hal itu. Awalnya dia hanya bersenang-senang dengan Sandra, tapi hubungan panas mereka membuat keduanya ketagihan. Sehingga ingin mengulangnya lagi dan lagi. Tanpa sadar mereka berdua saling terikat oleh kebutuhan biologis yang telah mereka lakukan.

"Shit!" umpatnya ketika mengingat tatapan mata sang istri pada saat bertanya padanya.

"Apa mungkin dia mengetahuinya?" gumamnya sembari mengemudi.

"Tidak. Aku rasa dia tidak mungkin mengetahuinya. Ini semua karena Mama," sambungnya kembali.

Beberapa detik kemudian, dia teringat akan sesuatu yang akan dilakukannya ketika bertemu dengan istrinya. Seketika dia mengerem mobilnya.

"Sial! Bukankah aku harus menanyakan padanya tentang keberadaannya semalam?" umpatnya kesal.

Tanpa berpikir panjang, dia pun merogoh kantong celananya, dan mengambil ponsel miliknya. Setelah itu, dia menghubungi nomor sang istri untuk menanyakannya. Sekali, dua kali, hingga tiga kali dia menghubungi istrinya, tapi panggilan teleponnya hanya berakhir sebagai panggilan tidak terjawab.

"Ke mana dia?!" gumamnya kesal sembari mengulang kembali panggilan teleponnya.

Tiba-tiba saja raut wajahnya berubah setelah beberapa kali panggilan teleponnya berdering.

"Apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa lama sekali mengangkatnya?" tanyanya penasaran.

'Apa yang kamu inginkan dariku? Sepertinya mendesak sekali. Jika kamu ingin membawaku untuk dipermalukan, lebih baik urungkan niatmu. Aku sedang tidak bisa melakukannya,' ucap Velicia dari seberang.

"Mempermalukan mu? Apa maksudmu? Lagi pula, sejak kapan kamu punya pilihan? Ingatlah tugasmu sebagai istri. Kamu harus mendukung karir suamimu, dan tidak boleh membantah perintahnya!" ujar Raymond menggebu-gebu.

'Sudahlah. Aku tidak mau berdebat,' sahut sang istri yang sedang kesal. Setelah itu, dia mengakhiri panggilan telepon dari suaminya tanpa mendengarkan ucapannya.

"Sial! Berani sekali dia menutup teleponnya!" umpat Raymond sambil memukul kemudi yang ada di hadapannya.

Raymond mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Kini, amarah yang sedang merajai hatinya itu dilampiaskan pada jalanan. Harga dirinya merasa telah diinjak-injak oleh sang istri. Hal itu membuatnya marah dan tidak terima. Baginya, hanya dialah yang mempunyai hak untuk memerintah, dan diperlakukan layaknya seorang raja. Sedangkan istrinya hanyalah seorang budak yang tidak mempunyai hak menyuarakan pendapatnya.

Namun, suara dering telepon membuatnya seketika menghentikan mobilnya. Dalam pikirannya saat ini istrinya lah yang sedang menelponnya. Dia bersiap-siap untuk memaki dan memarahinya.

Dahinya mengernyit melihat nama yang tertera pada layar ponselnya. Tanpa menunggu lama, dia pun bergegas menjawab panggilan telepon tersebut.

"Selamat pa--"

'Cepat datang ke ruanganku sekarang juga!' bentak seseorang dari seberang sana, hingga membuat Raymond bergidik ngeri.

Setelah panggilan telepon tersebut berakhir, Raymond melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju kantornya. Dalam hatinya merapal doa agar tidak mendapatkan masalah dengan pekerjaannya. Sedangkan otaknya berpikir keras untuk menerka-nerka alasan kemarahan atasannya.

Hanya beberapa saat saja mobil Raymond sudah mamasuki area parkir kantornya. Dia bergegas keluar dari mobilnya dan berlari menuju ruangan atasannya. Dengan tergesa-gesa diketuknya pintu ruangan tersebut. Setelah ketukan yang ketiga, dia pun masuk ke dalam ruangan tanpa menunggu dipersilahkan oleh si pemilik ruangan.

"Selamat pagi, Pak. Maaf jika saya terlambat da--"

"Apa saya hanya menjadi bahan lelucon bagimu, Ray?" tanya seorang pria paruh baya yang sedang duduk di kursi kebesarannya.

Dahi Raymond mengernyit. Dia menatap bingung pada pria tersebut.

"Bagaimana bisa anda berkata seperti itu, Tuan? Sedikit pun saya tidak pernah berpikir seperti itu," ucapnya membela diri.

Pria berkacamata itu tersenyum miring. Dia beranjak dari duduknya, dan berpindah duduk di sofa. Kemudian dia mempersilahkan Raymond untuk duduk di sofa yang ditunjuk menggunakan dagunya.

"Kamu tahu jika kami tidak akan rugi apabila kamu mempermainkan kami, bukan?" tanyanya dengan tatapan menyelidik.

"Apa yang telah saya lakukan sehingga anda semarah ini, Tuan?" tanya balik Raymond setelah duduk menghadapnya.

Pria berperut buncit itu memajukan badannya, sehingga wajahnya berjarak lebih dekat dengan wajah Raymond dan menatap serius padanya.

"Bukankah kamu sendiri yang mengatakan padaku, jika kamu akan menyuguhkan istri cantikmu itu untuk melayaniku dan menghabiskan malam indah bersamaku?"

'Shit! Aku lupa!' batinnya mengumpat pada dirinya sendiri.

"Apa kamu meremehkan ku, Ray?" tanyanya kembali dengan menyipitkan matanya, seolah sedang mencari kebenaran dari wajah Raymond yang sedang berusaha keras memikirkan alasan.

"Tidak. Bukan begitu, Tuan. Saya hanya--"

Pria yang dahinya lebar dan terlihat sangat licin itu tersenyum miring melihat raut kebingungan yang berusaha ditutupi oleh Raymond. Bahkan terdapat keringat dingin yang menetes di pelipisnya.

"Cukup! Kembalilah ke ruangan mu," perintahnya dengan tegas seraya beranjak dari duduknya.

"Tapi, Tuan. Saya--"

"Banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan," sahut si pemilik ruangan dengan ekspresi dinginnya, sedingin ruangan tersebut.

Tidak ada lagi yang bisa dilakukan oleh Raymond. Dia tidak bisa mengatakan sepatah katapun untuk membela dirinya. Bahkan dia belum sempat mengatakan alasan kenapa sang istri tidak bisa melayani atasannya itu untuk bersenang-senang pada pesta semalam.

Raymond keluar dari ruangan tersebut dengan membawa kemarahan yang teramat besar.

"Semua ini karena kamu, Velicia!" gumamnya dengan mengeratkan gigi-giginya. Tangannya mengepal kuat sambil berjalan menyusuri koridor kantor untuk menuju ruangannya.

Brak!

Pintu ruangannya menjadi korban pelampiasan kemarahan sang pemilik. Emosi seorang Raymond Davis terkenal buruk. Karena itulah bawahannya selalu meminimalisir kesalahan mereka dan berusaha membuatnya tidak marah.

"Aku harus mencari cara agar Tuan Alfredo tidak dendam padaku," ucapnya dengan amarahnya yang menggebu-gebu.

Tiba-tiba saja telepon yang ada di meja kerjanya berbunyi. Sontak saja dia bergegas mengangkat telepon tersebut dan menjawabnya.

"Selamat pa--"

'Selamat pagi, Tuan Raymond. Saat ini juga ada pertemuan mendadak di ruang pertemuan utama. Mohon secepatnya datang agar acara bisa secepatnya dimulai,' tutur seorang wanita yang sedang berbicara di telpon dengannya.

"Di ruang utama?" tanya Raymond seolah meragukan pendengarannya.

'Benar, Tuan. Semua anggota direksi telah hadir. Hanya Presdir yang belum hadir.'

"Presdir?!" celetuknya. Kemudian dia teringat akan event tahunan yang diselenggarakan oleh kantor tersebut.

'Jangan-jangan pertemuan ini membahas tentang kenaikan jabatan karyawan teladan yang dijanjikan oleh Tuan Alfredo waktu itu,' batinnya dengan mata berbinar.

'Benar, Tuan. Mohon untuk datang sekarang juga.'

"Tentu. Saya akan datang sekarang juga. Apa ini tentang karyawan yang akan mendapatkan kenaikan jabatan? Bisakah memberitahu saya, siapa yang akan mendapatkannya?" tanya Raymond penasaran.

'Pasti aku yang mendapatkannya,' sambungnya dalam hati sambil tersenyum miring membayangkan dirinya dinobatkan menjadi karyawan teladan, serta mendapatkan promosi kenaikan jabatan dalam pertemuan itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hanya Istri Hiasan: Manisnya Hasrat Tuan Mantan   Bab 75 Kegalauan Seorang Mantan Suami

    Raymond terlihat lesu duduk di sofa ruang tamu dengan penampilan berantakan. Kemeja kerjanya kusut dengan satu kancingnya yang terbuka. Dasi dan jasnya masih berada di atas sofa semenjak dilemparnya semalam, ketika akan keluar mencari Velicia. Rambutnya sangat jauh berbeda dari gayanya sehari-hari. Rambut yang biasanya rapi, kini menjadi berantakan, tidak beraturan layaknya orang yang sedang frustasi.Dia menghabiskan malamnya untuk mencari Velicia yang sedang mengandung, dan kini telah berstatus sebagai mantan istrinya. Raymond sangat menentang hasil perceraian tersebut. Baginya hasil persidangan tanpa kehadirannya tidak akan sah meskipun sudah tercatat resmi menurut pengadilan dan negara. "Raymond!""Ray!""Buka pintunya!"Mata Raymond yang sedikit terpejam, seketika terbuka lebar. Dia bergegas berjalan cepat menuju pintu, berharap Velicia lah yang datang dan memanggil namanya.Senyuman sumringahnya seketika musnah, berganti dengan wajah datar yang menyembunyikan rasa kesal pada so

  • Hanya Istri Hiasan: Manisnya Hasrat Tuan Mantan   Bab 74 Sah Cerai

    Raymond berjalan dengan lesu. Langkahnya terasa berat masuk ke dalam rumahnya. Dia menghela napas mendapati rumahnya yang terasa hening dan sepi. Bahkan terlalu kosong untuk rumah yang masih berpenghuni.Lagi-lagi dia merasa kesepian. Sepasang matanya menatap ke arah kamar belakang yang pintunya dalam keadaan tertutup."Pasti dia sudah tidur," gumamnya tidak bersemangat.Tidak dipungkiri sejak Velicia dinyatakan sedang mengandung, wanita itu selalu saja mudah mengantuk, sehingga Raymond tidak memprotesnya. Berbeda dengan sebelumnya yang harus ada setiap kali dibutuhkan oleh Raymond. Bahkan sebelum Raymond tertidur pulas, Velicia dilarang untuk tidur mendahuluinya.Pandangan mata Raymond tertuju pada sebuah amplop besar berwarna coklat yang berada di atas meja makan. Merasa sangat penasaran, dia pun bergegas mengambilnya. Seketika matanya terbelalak melihat lembaran isi dari amplop tersebut. "Tidak. Ini tidak mungkin," ucapnya sambil membaca lembaran itu secara teliti.Berkali-kali Ra

  • Hanya Istri Hiasan: Manisnya Hasrat Tuan Mantan   Bab 73 Perceraian dan Pernikahan

    Di tengah kesibukan Raymond menyiapkan pernikahannya, Velicia menyiapkan kepergiannya dari rumah mereka. Hanya tinggal menunggu waktu saja untuk menerima surat resmi perceraian mereka yang diurus oleh pengacara Arion.Siang ini, Arion mengajak Velicia untuk bertemu di tempat biasanya. Dengan hati berdebar, Velicia menunggu kedatangan mantan kekasihnya itu, berharap pria tersebut membawa berita baik untuknya."Ini. Bukalah," ucap Arion sambil meletakkan sebuah amplop besar berwarna coklat di atas meja."Apa ini?" tanya Velicia pada mantan kekasihnya yang duduk di hadapannya.Arion tersenyum menggodanya. "Bukalah. Kamu pasti akan senang melihatnya," jawabnya dengan mantap.Velicia menatap serius padanya. "Di dalam amplop itu ada sebuah hadiah yang aku persembahkan untuk ibu anakku," imbuh Arion kemudian."Apa mungkin ...." Perkataan Velicia tidak dapat diselesaikannya. Dia mendapatkan anggukan kepala dari Arion. CEO muda itu membenarkan pikiran mantan kekasihnya.Dengan tangan gemetar V

  • Hanya Istri Hiasan: Manisnya Hasrat Tuan Mantan   Bab 72 Kumpulan Angka yang Mematikan

    Berdasarkan perdebatan Raymond dengan kedua orang tuanya dan juga Sandra mengenai pesta pernikahannya, akhirnya mereka memutuskan untuk mengadakan pesta pernikahan itu semewah dan sebesar keluarga kelas atas pada umumnya. Tidak hanya itu saja, mereka menyuruh Raymond agar segera membeli rumah mewah untuk tempat tinggalnya setelah menikah dengan Sandra. "Jangan perhitungan, Ray. Nanti juga kamu akan mendapatkan lebih besar lagi dari yang kamu keluarkan," tutur Alexander dengan gaya bijaknya setelah Raymond mengantarkan Sandra pulang. Anna duduk di sebelah suaminya, dan menyahuti ucapan suaminya, "Benar, Ray. Mereka tidak mungkin membiarkan putri berharganya keluar dari istana dengan tangan kosong. Buktinya mereka masih memikirkan pesta pernikahan putrinya dan tempat tinggal setelah putrinya menikah. Apa kamu tidak berpikir jika ini merupakan salah satu ujian dari mereka untukmu?" Raymond menghela napasnya. Yang menjadi pertanyaannya saat ini adalah ... dari mana uang untuk membay

  • Hanya Istri Hiasan: Manisnya Hasrat Tuan Mantan   Bab 71 Rencana Pernikahan dan Rencana Perceraian

    "Kapan kalian menikah?" tanya Thomas Brooks ketika Sandra memberitahukan keinginan calon mertuanya untuk bertemu dengan mereka."Karena itulah orang tua Raymond ingin menemui kalian untuk membicarakan tentang pernikahan kami," jawab Sandra sambil tersenyum tipis.Pria paruh baya itu menatap sekilas pada wanita muda yang sudah diangkat menjadi anaknya, kemudian perhatiannya kembali pada kertas-kertas yang ada di hadapannya."Katakan pada mereka kami setuju dengan keputusan mereka. Kapan saja dan di mana saja mereka akan mengadakan pernikahan kalian," tuturnya tanpa melihat ke arah putrinya."Tapi, Pa ... Mereka--"Sontak saja pria paruh baya itu melihat ke arah Sandra yang sedang duduk di hadapannya. "Kami hanya perlu datang dalam pernikahan kalian sebagai walimu, bukan?" tanyanya dengan tegas.Seketika Sandra terdiam. Bibirnya kembali tertutup. Dia mengangguk sebelum akhirnya menundukkan kepalanya."Seberapa besar dan hebatnya pesta pernikahan kalian akan memperlihatkan strata sosial

  • Hanya Istri Hiasan: Manisnya Hasrat Tuan Mantan   bab 70 Tidak Menginginkan Bekas Wanita Lain

    Beberapa barang Velicia sudah dimasukkan ke dalam koper miliknya. Sama seperti awal dia datang ke rumah itu, Velicia hanya membawa dua koper yang berisi barang pribadinya tanpa membawa barang-barang yang dibeli menggunakan uang Raymond. Semua pakaian, perhiasan, sepatu yang dibelikan Raymond untuk menunjang penampilannya sebagai boneka hiasan suaminya di depan atasan dan koleganya, ditinggalkan begitu saja di tempatnya.Namun, ada sebuah gaun pesta dan sepasang sepatu berwarna senada di dalam koper tersebut yang tidak pernah dikeluarkannya. Semua itu pemberian dari Arion. Gaun pesta dan sepasang sepatu dari desainer ternama itu terlihat sangat mewah dan anggun ketika dipakainya. Velicia sengaja membawanya karena kenangan mereka sangatlah berharga untuknya. Dan ada sedikit harapan kala melihat benda kenangan tersebut, dia ingin bertemu kembali dengan sang mantan, dan menikah dengannya.Tentu saja itu hanya harapan kecil darinya. Akan tetapi, harapannya ketika terpaksa menerima perjodoh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status