Zoya tak menyangka dirinya akan terbangun di atas ranjang yang sama dengan kakak iparnya, Gama, usai pesta perusahaan semalam. Usahanya untuk menjauhi Gama pun terasa sulit, apalagi ketika sikap Zein, suaminya yang kasar, justru semakin menjadi-jadi. Di sisi lain Gama menawarkan kenyamanan yang tidak pernah Zoya dapatkan sebelumnya. "Berhenti mendekatiku, Kak! Aku sudah bersuami!" "Tidak ada yang bisa kau harapkan dari laki-laki kasar seperti Zein, Zoya!" Zoya tahu ini salah, tapi bagaimana bisa ia melepaskan diri dari Gama saat pria itu berkata akan merebutnya dari Zein?
더 보기Zoya tersenyum saat Gama meraih tubuhnya dan membantu untuk membersihkan. Sudah lama tak ia rasakan diratukan hingga seperti ini. Rasanya malu tapi dia suka, seperti ada kupu-kupu yang tengah menggelitik perutnya. "Kak... " Zoya terpekik saat Gama begitu isengnya meremas miliknya. Geregetan sekali dengan Gama padahal sedang melayang diperlakukan lembut oleh Gama tapi pria itu dengan isengnya asal remas saja hingga mengejutkan dirinya. "Gemas Sayang, salah siapa malah melamun? Hehehe Apa masih kurang lemas? Aku siap menambahkan jika kurang." "Kak jangan menggodaku. Kita akan terus begini jika kamu tidak melepaskanku. Aku duluan," ucap Zoya yang kemudian melangkah gontai meraih handuk dan mengenakannya kemudian segera keluar dari kamar mandi. Dia meninggalkan Gama yang masih sibuk di dalam. Salah siapa sejak tadi menggodanya saja hingga tak kunjung selesai. Zoya pun tidak ingin lagi terjebak di dalam yang berujung akan mengulang kembali kegiatan panas mereka. Bukan tak ingin
Zoya terpekik saat tubuhnya dijatuhkan dengan lembut oleh Gama di ranjang yang akan menjadi saksi cinta mereka. Sekarang Zoya sudah tak berbalut apa-apa bahkan dengan mudah Gama pun bisa mengeksekusinya. Tangannya meremas sprei saat rasa yang ia rindukan kembali dapat ia rasakan tapi kali ini rasa itu berbeda, Gama sungguh luar biasa. Rasa itu membuat candu karena lidah Gama yang begitu lihai menyapa sesuatu di bawah sana. "Kak.." "Sebut namaku, Sayang!" pinta Gama yang mendongak menatapnya. Zoya pun kembali mendongak saat lidah itu kembali menyapa. Mulutnya terbuka dan desahan kembali tercipta. "Kak Gama.. Akh... " Sungguh luar biasa rasa yang Gama ciptakan karena lidan pria itu yang begitu lincah menciptakan rasa nikmat yang tak bisa didefinisikan hingga cengkeraman tangan Zoya semakin kencang. Sprei pun mulai berantakan akan dirinya yang tak tahan. "Kak aku sampai... " Kalimat itu keluar sebelum gelombang cinta datang. Rasanya sangat luar biasa dan Gama tersenyum
"Kak nggak mau! Belum apa-apa sudah minta dimandikan. Aku malu loh Kak!" Zoya menolak Gama yang kini sudah membawanya kembali masuk kamar. Bagaimana Zoya tak menolak jika malam pertama saja belum, tapi dia sudah diminta memandikan suaminya. Gama betul-betul sangat meresahkan. "Salah siapa membuatku pusing, Sayang?" "Ya tapi nggak gitu, Kak. Aku malu, setidaknya pengenalan dulu." "Bukannya kamu sudah mengenalku, hhm? Kita sudah sama-sama tau anatomi manusia Sayang. Bisa kenalan nanti di dalam sana." Gama kali ini tak terbantahkan. Zoya terus dibawa masuk ke dalam kamar mandi. Salah siapa membuat gemas. Sekarang tanggung sendiri akibatnya. "Kak jangan buka dulu! Aku tunggu di luar." Hawanya Zoya ingin kabur saja. Mereka sudah berada di dalam kamar mandi dan Gama sudah membuka kancing kemeja yang pria itu kenakan. Sontak Zoya membuang muka. Malu meskipun bukan lagi pengalaman pertamanya melihat dada bidang seorang pria. Dia janda, bukan gadis perawan tapi entah men
Di dalam lemari itu didominasi dengan lingerie dan pakaian dalam yang berwarna senada. Memang ada pakaian lainnya tapi tidak banyak dan jika dilihat ukurannya pas, warnanya kontras, dan modelnya kekinian. Padahal Zoya sendiri tidak pernah membeli modelan seperti ini. Dia juga tidak mengatakan ukuran dan warna kesukaannya tapi yang tersedia benar-benar sesuai ukuran dan warna yang cocok untuk dirinya. "Kak aku serius. Jangan bikin aku kesel! Beneran ini Pak Dito yang nyiapin? Tau dari mana ukuran aku? Atau kamu yang bilang? Malu loh aku Kak." "Untuk apa malu Sayang? Dito 'kan asisten aku. Ya sudah sepantasnya dia menyiapkan itu. Nggak ada yang aneh. Nggak ada juga yang mau bikin kamu malu." Entah mengapa kali ini Gama membuat Zoya kesal. Zoya mengambil pakaian tidur yang masih tertutup dan aman dipakai kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Hawanya kok sewot menghadapi Gama. Baru kali ini semenjak dekat, Gama tak sepemikiran dengannya dan cenderung nyebelin. Hati yang tadi berbu
Zoya merengut saat jawaban dari Gama tak dia dapatkan. Pria itu hanya tersenyum miring dan meraih tangannya untuk dikecup. Bukan itu yang Zoya inginkan. Zoya ingin Gama menjawab akan hal yang membuatnya penasaran. Mana tau benar ada CCTV yang terhubung pada Asisten Dion. Kalau begitu jelas Zoya harus berhati-hati. Dia tidak boleh terlalu intens dengan Gama. Malu sekali jika ada yang melihat adegan mereka. Zoya membayangkan orang yang bersangkutan seperti sedang menonton live streaming adegan panas antara dia dan Gama. Sampai di rumah besar keluarganya Prasetyo, Zoya kembali mengalami kesulitan. Ingat betul di setiap sudut ruangan memiliki kenangan buruk yang sulit dilupakan. "Turun, Sayang! Sudah jangan kamu ingat apalagi kamu pikirkan! Kita masuk ya." Gama pun mengajak Zoya agar segera turun dan masuk. Gama lebih dulu turun kemudian membukakan pintu mobil untuk Zoya. Perlahan Zoya pun keluar dan masuk ke dalam rumah. Suasana sore di rumah itu kembali menyapa. Suasana
Zoya hampir kewalahan mengikuti pergerakan lidah Gama yang begitu nakal. Agaknya Gama tak sabaran. Begitu menggoyang dan mengabsen tanpa terlewatkan. Zoya begitu sulit mengimbangi, sepertinya nanti malam dia akan habis di tangan Gama. Masih sangat ingat betul, bagaimana rasanya setelah bermain dengan Gama kala itu. Sangat berbeda sekali saat dia bersama Zein. Berjalan saja rasanya sangat mengganjal seperti ada yang tertinggal di bawah sana. Apa malam ini pun ia akan merasakan hal yang luar biasa? Mendadak Zoya merinding sendiri memikirkan itu. Tubuhnya tiba-tiba geli akan sentuhan tangan nakal Gama. "Kak!" pekik Zoya saat ia merasakan tangan besar itu meraih sesuatu yang sangat sensitif milik Zoya. Rasanya sesuatu di bawah sana ikut berdenyut. Zoya resah merasakan itu. Gama memang semeresahkan itu hingga dia tak tahan dan mengeluarkan desahan yang membuat Gama tersenyum nakal. "Kenapa, Sayang?" bisik Gama. "Kak tangan kamu!" Zoya mendorong tangan Gama agar tak merai
"Ini berkasnya, Kak!" Zoya meletakkan berkas itu di meja Gama kemudian kembali pamit ke ruangannya. "Aku kembali ke ruanganku ya, Kak." "Buru-buru banget, kamu nggak capek dari tadi kerja. Mau makan di luar?" tanya Gama yang kemudian mengambil berkas yang Zoya berikan. Pria itu mengecek satu persatu lembaran yang sudah Zoya kerjakan. "Laper sich, tapi nanggung banget. Nanti aja dech, Kak." Zoya menolak dan lebih memilih segera kembali ke ruangannya tetapi kembali ditahan oleh Gama yang terlihat gemas mendengar penolakan tersebut. "Kerjaan bisa dilanjut nanti. Kalau nggak mau keluar bisa pesan makan. Aku hubungi Dion dulu." Gama yang hendak mengambil gagang telepon segera ditahan oleh Zoya. "Eh jangan dulu, Kak! Aku aja yang pesan. Mungkin kamu lapar. Biar aku saja, kasihan Pak Dion. Tadi saja dia pusing mikirin kita." "Mikir apa? Bicara apa dia sama kamu?" tanya Gama membuat Zoya menoleh ke arah pria itu. "Jangan posesif gitu! Hanya dia bingung kenapa setelah menikah
"Apalagi Sayang? Bukan aku tidak sayang pada adikku tapi dia sudah sangat keterlaluan. Kurang apa aku selama ini? Tapi jika dia terus menyakiti orang yang aku sayang. Tak mungkin aku hanya diam." Zoya benar-benar tak menyangka jika Zein masuk penjara. Semudah itu? Gama memang tak bisa dianggap sepele. Gama bisa mudah memenjarakan orang dengan bukti-bukti yang pria itu dapatkan. Gama terlihat tenang, tanpa kita tau pergerakan Gama sangatlah lihai. Tak terlihat saat sedang mencari bukti kesalahan orang tetapi hasil tak main-main. Sekali membuat laporan, orang yang bersangkutan langsung kena pasal. "Kak aku kok jadi ngeri. Bagaimana jika Mas Zein semakin murka dan ingin balas dendam? Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa. Bisa nggak jangan bikin aku khawatir?" "Justru jika manusia seperti Zein dibiarkan saja. Dia akan semakin menjadi Sayang. Biarkan saja dia menikmati hukuman yang ada! Bukankah sudah waktunya kita bahagia?" "Terlalu cepat jika semua orang tau kamu menikahiku, Ka
Bohong jika Zoya mengatakan tidak padahal nyatanya dia mengagumi milik Gama. Bahkan darah Zoya terasa mengalir sangat deras hingga debaran jantungnya tak dapat ia kendalikan. Zoya menelan salivanya. Ini saat dia harus mengeluarkan keahliannya untuk memuaskan Gama dari pada harus melakukan lebih. Zoya memang ingin tapi bagaimana jika terjadi sesuatu meskipun Gama sudah mengatakan akan menikahinya. Rasanya Zoya belum lega jika belum benar-benar ada ikatan pernikahan. Seingin-inginnya dia, banyak cara untuk menuntaskan tapi resiko jika sudah melakukan dengan Gama itu sangat besar. Rencana boleh saja tapi bukankah kita hanya bisa berencana tanpa tau hasilnya seperti apa. Haish... Rasanya ini terlalu penuh sekali jika masuk ke dalam mulutnya tetapi Zoya harus menuntaskan inginnya Gama, duda yang memiliki gairah sangat besar. Suara lenguhan dan desahan dari Gama menggema saat sesuatu keluar dan melegakan. Rasanya begitu indah. Kejutan yang tak terduga karena Zoya yang begitu pand
Matahari mulai meninggi, sepasang mata lentik terbuka dengan mendesis merasakan tubuhnya yang terasa remuk redam.Ditambah lagi kepalanya yang berdenyut nyeri membuat paginya terasa tak nyaman. Matanya menyipit, melihat ruangan yang begitu asing hingga ia memekik saat sadar kini tubuhnya dalam keadaan polos bahkan banyak sekali bekas merah yang tertinggal di sana.Dia paham betul dengan tanda itu. Bukan serangga ataupun binatang buas. Melainkan jejak nakal pria yang sengaja dibuat. Kedua mata Zoya membulat dengan sempurna saat sadar dia tak sendiri. Bahkan pria itu pun dalam keadaan yang sama.Seketika jantungnya berdegup kencang. Matanya memanas dengan menggigit bibir bawahnya dengan kuat. "Ya Tuhan... Apa yang telah aku lakukan? Siapa dia?" Posisi pria itu terlentang dengan kepala yang menoleh membelakanginya. Zoya belum tau siapa orang itu, tetapi rasanya ia ingin berlari sekencang mungkin.Memilih pergi sebelum pria itu terbangun. Namun, gerakannya yang gelisah membuat
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
댓글