Share

Bab 124

Author: Rina Safitri
Indra duduk dengan tenang. Begitu tenang, seolah yang sedang mereka bicarakan hanyalah makan malam apa yang harus disiapkan nanti.

Beda dengan Rini. Di bawah tatapan dingin pria itu, jantungnya seperti terhimpit, bulu kuduknya meremang. Ia menelan ludah yang seakan tak ada, mata tiba-tiba memerah. “Kakak ipar, meski aku memang salah ke kakak, tapi kamu nggak bisa ingkari anakmu sendiri. Ucapanmu barusan, apa kamu benar-benar ingin maksa aku dan anak ini mati?”

Mona langsung maju, penuh iba melihat putrinya tersakiti. “Indra, seorang lelaki harus berani tanggung jawab. Kamu nggak bisa habis berbuat terus lepas tangan.”

Rini menggigit bibir, wajahnya penuh tekad. “Kalau kamu beneran nggak mau ngakuin anak ini, aku akan mati dengan anak ini!”

Selesai bicara, ia pura-pura hendak lari keluar.

Mona buru-buru menahan tubuhnya, suaranya serak penuh air mata. “Rini, anak baikku, Kamu bicara apa? Mati? Kalau kamu mati, gimana aku dan ayahmu bisa hidup? Kamu satu-satunya anakku!”

Ibu dan anak i
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
aqillap621
pls thor, hapus indra dr hidup puspa, jauhkan puspa dari keluarga benalu.
goodnovel comment avatar
Ai Ni
peluk puspa dari dunia fana ini,,,, kamu kuat kamu hebat, lepaskan semua jika itu sudah sangat menyakitkan.... Thor berbaik hatilah pada puspa.... beri dia kebahagiaan tanpa ada indra d dalamnya...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 228

    Kondisi Wulan akhirnya mulai stabil. Dokter kasih penjelasan dengan suara tenang, “Pasien sebaiknya banyak istirahat. Untuk saat ini, emosinya nggak bisa terima guncangan besar.”Indra mengangguk, tanda sudah mengerti. Di dalam ruang rawat. Wulan telah sadar. Wajahnya pucat pasi, tubuh tampak lemah. Ia noleh ke arah Indra, suaranya tipis nyaris berbisik, “Kak Indra, maaf aku ngerepotin kamu lagi.”Indra berdiri di depan ranjang, tatapannya datar. “Aku punya sebuah pulau kecil. Pemandangannya indah, sepanjang tahun hawanya sejuk. Sangat cocok untuk istirahat. Aku akan kirim kamu ke sana, tinggal di sana beberapa bulan.”Dengar itu, wajah Wulan langsung berubah drastis. “Kak Indra, maksudmu apa? Kamu mau kurung aku?”Indra menutupinya dengan alasan yang lebih halus, “Berita di internet cepat sekali gantinya. Kalau kamu pergi menghilang sementara waktu, mereka pasti cepat lupain kamu.”Tatapannya melayang turun, jatuh pada dada Wulan. “Dokter juga bilang, kamu perlu banyak istirahat. K

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 227

    Endah berdiri dengan tangan di pinggang, wajah penuh amarah. Ia ingin segera telpon Puspa agar kembali. Tapi Puspa nggak bawa HP. Baik HP maupun tasnya, semuanya ketinggalan di mobil Indra. Nggak bisa hubungi menantunya, ia segera telepon Indra. Namun nggak disangka, baik istri maupun anaknya sama-sama nggak angkat. Amarahnya memuncak, kepalanya sampai terasa berdenyut. Keluar dari Vila Asri, mobil yang ia bawa langsung ditinggalkan begitu saja di bawah apartemennya. Ia sendiri milih naik taksi untuk temui Tania. Ia nggak pergi ke kantor hukum, melainkan panggil Tania keluar secara diam-diam, agar nggak ketahuan si pengkhianat Wira. Begitu ketemu Puspa, Tania terbelalak melihat kondisi temannya. “Kenapa kamu sampai berantakan gini? Urusan cerai itu, gimana tanggapan keluarga mereka?” Puspa nggak langsung jawab. Ia cuma suruh pelayan antarkan segelas air, lalu meneguknya sampai habis dalam sekali minum. Baru setelah tenggorokannya yang kering terasa lega, ia mengusap sudut bibir den

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 226

    Mata Wulan berkaca-kaca, seolah nggak sanggup terima kenyataan di hadapannya. Saat Indra masih tertegun, Puspa sudah cepat-cepat turun dari tubuhnya, dorong pintu mobil, lalu pergi keluar. Di sudut yang nggak terlihat oleh Indra, tatapan Wulan berubah tajam penuh kebencian, menusuk ke arah Puspa. Namun Puspa sama sekali nggak peduli. Ia berjalan cepat, tanpa noleh sedikit pun. Wulan segera raih lengan Indra yang baru turun dari mobil. “Kak Indra, aku…aku sedang diomongin banyak orang.” Suaranya bergetar penuh keluhan.Indra tarik tangannya kembali, pandangannya hanya tertuju ke Puspa. “Cakra, antar dia pulang.”Wulan tertegun. Tangannya menggantung di udara, kosong, hanya bisa menatap nanar saat Indra lari ngejar Puspa. Puspa percepat langkahnya, lalu berlari kecil. Namun gimana mungkin ia bisa lari dari Indra? Dalam sekejap, langkah panjang pria itu menyusulnya. Tangan besar mencengkeram lengannya dari belakang. “Ayo pulang rumah.”Puspa meronta sekuat tenaga. “Lepaskan! Itu buk

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 225

    Endah mana berani utarakan pendapatnya? Ia hanya bisa mengangguk cepat, mengiyakan dengan patuh. Puspa dan Indra terus bertengkar sepanjang jalan, sampai akhirnya dipaksa masuk ke dalam mobil. “Aku mau turun!” Puspa bentak dengan keras.Indra nggak bergeming. “Jalan!”Cakra nggak banyak bicara, langsung nyalakan mesin. Ia bahkan naikkan sekat pemisah, buat bagian depan dan belakang mobil terpisah menjadi dua ruang. “Lepaskan aku! Aku mau turun!”Puspa meninju keras-keras sekat itu. Cakra pura-pura tuli, dalam hati terus mengulang mantra: 'Aku tuli. Aku nggak dengar apa-apa. Aku nggak tahu apa-apa.' Tiba-tiba Indra tangkap pergelangan tangannya, seret tubuh Puspa ke arahnya. “Jangan ribut!”Puspa meronta, berusaha lepaskan diri. “Tanda tangani surat cerai itu! Aku janji nggak akan bicara sepatah kata pun lagi denganmu!”Tangannya yang lain menekan bahu Indra, memaksa. “Lepaskan aku!”Gerakannya mengenai luka di punggung Indra. Ia meringis, alis menegang, wajahnya seketika kehilanga

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 224

    Orang yang datang itu nggak lain adalah Jimmy. Dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku, ia melangkah masuk dengan sikap cuek seenaknya, penuh rasa nggak peduli. Kakek Budi langsung mengernyitkan dahi. “Kamu ngapain datang ke sini?”Jimmy menyunggingkan senyum tipis. “Masalah kakak sudah buat gempar di luar. Tentu saja aku harus pulang untuk ‘tunjukkan perhatian’.” Meski bibirnya menyebut kata ‘perhatian’, namun ekspresi wajahnya jelas sekali tunjukkan kalau ia cuma datang untuk nonton keributan. Sifat dan kelakuannya, Kakek Budi mana mungkin nggak tahu? “Ini bukan urusanmu. Pulang saja.” Namun, orang sudah datang, mana mungkin ia mau pergi begitu saja? Tatapannya pun beralih ke Indra dan Puspa. “Kakak, sejak kapan kamu suka main paksa seperti gini? Kakak ipar sudah bilang mau cerai, kamu masih maksa nggak mau lepas. Apa kamu nggak malu? Di mana harga dirimu?”Lalu ia mengalihkan pandangan ke Puspa, seakan makin perkeruh suasana. “Kakak ipar, kalau kamu butuh bantuan, bilang

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 223

    Ruang tamu seketika sunyi senyap. Nggak seorang pun bicara, semua mata hanya terarah padanya. Puspa kembali buka suara lirih tapi tegas, “Aku nggak ingin hidup dengan dia lagi.”Endah segera menekan nada suaranya, penuh teguran, “Puspa, kamu ngomong apa? Jangan sembarangan!”Baru saja sang kakek nutup persoalan ini, mengapa menantunya justru ungkit itu lagi? Sang kakek menarik napas, lalu berkata, “Puspa, Indra sudah jelaskan. Dia dan Wulan nggak ada hubungan apa-apa. Aku akan pastikan perempuan itu dikirim jauh-jauh, nggak akan muncul lagi di depanmu. Suami-istri mana bisa dengan mudah bilang cerai hanya karena satu dua masalah kecil?”“Kakek, mungkin memang dia nggak punya hubungan dengan Wulan, tapi di hatinya, selalu ada kakak Wulan. Aku cuma hancurkan sesuatu yang paling dia sayangi, dan dia hampir cekik aku sampai mati. Aku nggak tahu, mungkin lain waktu kalau nyinggung dia lagi, apa dia akan langsung bunuh aku.” Puspa balas dengan getir.“Omong kosong! Indra bukan orang sekeja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status