Share

Bab 551

Penulis: Rina Safitri
Begitu Tania tahu apa yang menimpa Puspa, wajahnya langsung berubah masam. Mulutnya nggak berhenti mencibir, hidungnya pun rasanya nggak sudi hirup udara di ruangan yang sama dengan Wira.

Wira merasa sangat nggak adil. 'Apa hubungannya dengan aku? Aku ini korban, bukan pelaku! Aku kerja dengan jujur, hidup dengan lurus, tidur pun cuma di ranjang sendiri, nggak bikin masalah sedikit pun. Tapi kenapa tiba-tiba aku ikut-ikutan kena getahnya?'

Tania menatapnya dingin.

“Kamu belum pernah dengar kata orang, ‘burung sejenis akan terbang bersama’? Kalau kamu bisa temanan dengan orang-orang macam mereka, berarti kamu juga bukan orang baik!”

Benar-benar satu kelompok dungu. Mereka itu kalau mikir nggak pakai otak, tapi pakai pantat. Setiap kali coba mikirin sesuatu, pasti rencana busuk dan bodoh. Memuakkan! Kapan mereka semua akan lenyap dari dunia ini?

Wira nggak terima.

“Kalau menurutmu gitu, berarti satu ranjang pun nggak bisa tampung dua macam manusia dong? Kalau aku ini bukan orang baik, la
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 600

    Terjatuh nggak buat Puspa berhenti gerak. Dengan tangan dan kaki gemetar, ia berusaha bangkit dari lantai.Tepat saat itu, sesuatu tiba-tiba melilit lehernya. Sebuah tarikan keras menghentakkannya kembali jatuh, dan sesak napas langsung menyerbu dada.Dasi yang semula hendak dipakai pria itu untuk ikat tangannya, kini dia pakai untuk cekik leher Puspa. Puspa berusaha tarik dasi itu ke arah berlawanan, namun rasa sesak buat wajahnya memerah seketika.Pria itu rapatkan cengkeramannya. “Sialan, masih berani lawan?!”Suara pergulatan di dalam kamar buat penjaga di luar menoleh. Ia dorong pintu, dan langsung lihat Puspa ditekan ke lantai, lehernya tercekik dasi.Pria itu merasa terganggu, lalu menggeram nggak sabar, “Ngapain masuk?! Keluar!”Sebelum menutup pintu, penjaga itu sempat berkata, “Bos Hasyim, Kak Bimo bilang boleh main sesuka hati, asal jangan sampai mati.”Setelah itu, ia tutup pintu dengan manis.Pandangan Puspa memerah, telinganya berdengung. Ia nggak bisa lagi dengar dengan

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 599

    Puspa tahu, niat Lukman untuk hancurkan dia semakin besar dari hari ke hari. Begitu obat terkutuk itu dipaksa masuk ke tubuhnya, ia langsung paham apa yang menantinya.Ia lihat gelas yang ditinggalkan di lantai, obat yang ada di dalamnya sudah masuk seluruhnya ke perutnya.Ia banting gelas itu, lalu ambil salah satu pecahan terbesar. Tanpa ragu, ia hunjamkannya dalam-dalam ke pahanya sendiri.Rasa sakit yang mengguncang membuat rona merah di wajahnya langsung memudar. Ia nggak berhenti, ia tusuk lagi, dua kali ke bagian dalam pahanya.Rasa nyeri yang menusuk itu akhirnya buat pikirannya jernih untuk sementara. Baru kini ia punya kesempatan lihat keadaan sekelilingnya.Ruangan ini hanya punya satu pintu, tanpa jendela atau jalan lain. Jika ingin keluar, pintu depan adalah satu-satunya pilihan.Ia nggak perlu tebak. Sudah pasti ada orang berjaga di luar. Lukman nggak mungkin biarkan dia kabur begitu saja.Seorang pria berwajah cabul dan berminyak masuk dengan ekspresi yang bersemangat. B

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 598

    Puspa hanya merasa sakit, ia nggak tahu bagian mana yang paling perih, karena seluruh tubuhnya seperti sedang dihantam rasa nyeri yang sama rata.“Puspa.”Suara yang begitu familiar buat bola matanya bergerak. Dengan susah payah ia buka mata, dan wajah penuh kelembutan milik Nenek Yanti muncul di hadapannya.Bibir Puspa bergerak lirih, suara seraknya dipaksa keluar dari tenggorokan. “Nenek…”Nenek Yanti mengusap kepala cucunya dengan penuh kasih. “Matahari sudah setinggi ini, kamu kok masih saja tidur. Ayo bangun, kamu harus berangkat sekolah.”Saat telapak tangan hangat itu sentuh kepalanya, seluruh rasa sakit seolah menghilang. Yang tersisa hanyalah kerinduan yang memenuhi matanya.“Nenek, apa kamu datang jemput aku?”Ia benar-benar kangen wanita tua itu.Nenek Yanti mengusap kepalanya lagi. “Nenek akan siapkan sarapanmu. Jangan malas-malasan di tempat tidur, ayo bangun, cepat makan, lalu berangkat sekolah.”Saat Nenek Yanti berdiri dan melangkah pergi sambil tersenyum, Puspa spontan

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 597

    Soal reaksi Lukas terhadap tangisan Leon, itu nanti saja, yang jelas, hati Sinta sebagai seorang ibu sudah remuk redam.“Leon!”Indra nggak punya kesabaran untuk drama ibu-anak itu. Dengan suara sedingin es, ia berkata, “Kalau kita terus buang waktu, Puspa bisa celaka. Dan anakmu juga nggak akan baik-baik saja!”Ucapan itu buat Sinta runtuh seketika. “Indra! Kamu nggak boleh sentuh anakku!”“Urusanmu dengan Keluarga Darkan jangan libatkan Keluarga Haposan! Aku akan cerai sekarang juga dengan Lukas! Mulai hari ini, Leon akan pakai nama keluargaku! Kalau kamu mau sandera seseorang, tangkap saja Lukas! Pakai dia saja untuk tekan Lukman!”Lukas terdiam.Benar-benar istri yang luar biasa, belum pernah ia lihat seseorang seret suaminya ke dalam api seperti ini.Namun bagi Sinta, apa salahnya? Semua ini ulah Keluarga Darkan. Kenapa anaknya yang harus tanggung akibatnya?Anaknya nggak pernah berutang apa pun ke Keluarga Darkan!Begitu pikirkan putranya kelaparan dan diancam, dadanya seperti di

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 596

    Sinta hampir semalaman nggak tidur, pikirannya terus dipenuhi kekhawatiran tentang putranya. Keesokan paginya, ia langsung desak Lukas untuk segera bawa anak mereka pulang. Lukas nggak nolak, dan langsung telepon orang untuk antar Puspa.Namun, begitu panggilan tersambung, raut wajahnya langsung muram.“Kalian itu gimana kerjanya sih?!”Lihat perubahan ekspresinya, wajah Sinta pun ikut mengeras. Ia menatap suaminya tajam, penuh rasa selidik.Begitu Lukas tutup telepon, ia langsung mendesak, “Ada apa? Jangan-jangan Puspa kenapa-kenapa?!”Lukas memandang istrinya yang panik, dan seketika ia nggak tahu harus mulai dari mana. Ia memang sudah seharusnya tahu, adiknya bukan tipe orang yang bisa menelan kekesalan dengan diam.“Lukman bawa Puspa pergi.”Kata-kata itu baru saja terucap, Sinta langsung meledak dan lontarkan dua pertanyaan sekaligus.“Dia bawa kemana?! Untuk apa dia bawa?!”Selesai tanya, ia nggak peduli apa suaminya berniat jawab atau nggak, Sinta langsung tumpahkan seluruh amar

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 595

    Puspa jatuh ke lantai ikuti dorongan tangannya. Ia nggak gerak, nggak tunjukkan reaksi apa pun, seakan nggak dengar sepatah kata pun dari Lukman.Lukman teriak cukup lama, namun nggak dapat respons. Ketidakpuasan dan amarahnya semakin mendidih. Ia adalah tipe orang yang ketika menindas, harus lihat korban bereaksi, kalau nggak, ia merasa nggak puas.Ia beri perintah agar Puspa diangkat dan dipaksa berlutut di hadapannya. Dengan tongkatnya, ia angkat dagu Puspa, lalu menusuk-nusuk pipinya. Wajah yang sudah kotor itu kini ditambah lagi debu dan noda.Sambil menusuk-nusuk wajahnya, Lukman terus lontarkan hinaan.“Kalau kamu mohon, mungkin saja aku bisa bermurah hati dan akhiri penderitaanmu dengan cepat.”Tiba-tiba Puspa terkekeh pelan.Tatapan Lukman mengeras.“Kamu tertawa apa?”Meski berada dalam posisi paling lemah, Puspa tetap nggak menunduk. Ia mendengus pelan.“Aku tertawakan kamu, sampah sepertimu akan jadi pengemis lumpuh seumur hidup.”Sambil bicara, tatapannya melintas pada ked

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status