Andra mendekatinya dan berkata dengan wajah polos, "Bukankah aku sedang membantumu balas dendam? Tiga tahun nggak bertemu, dia sudah bersama wanita lain! Kamu nggak boleh kalah. Harus ada pacar di sisimu."Pamela mengernyitkan bibir, "Kalau begitu terima kasih."Saat bicara, Pamela sudah berjalan ke mobil, membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.Andra tahu dirinya tidak disambut, jadi dia segera masuk ke mobil melalui sisi lain, kalau tidak, Pamela akan meninggalkannya.Setelah masuk, mobil langsung melaju di jalan raya.Andra melihat Pamela sedang mengetik di ponselnya, seperti sedang mengirim pesan kepada seseorang.Merasa tertarik, dia menyipitkan matanya, berpikir sejenak, lalu tiba-tiba mengerti, "Lala, tadi kamu hanya berpura-pura? Kamu sudah bertemu Agam sebelumnya?"Pamela berfokus pada ponselnya, tanpa mengangkat kepalanya, dia berkata, "Jangan banyak bicara, diam saja!"Justru aneh kalau Andra bisa diam. "Lala, aktingmu bagus sekali, bahkan aku juga tertipu!"Pamela tidak men
Mendengar pria itu berinisiatif menanyakan Pamela, wajah Sophia menegang, "Dia ... dia! Dulu dia juga temanmu, dia kekasih Tuan Muda Andra. Wajar kalau kamu merasa familier!"Sambil berbicara, dia mengamati perubahan ekspresi Alex.Alex mengangguk, dengan tatapan ragu, dia bertanya, "Oh, ya?"Keraguan pria itu tidak hanya membuat Sophia khawatir dia mengingat sesuatu, tapi juga membuat Sophia lega dan percaya setidaknya dia tidak mengingat apa pun sekarang ...."Um .... Sudahlah, hari ini kita keluar bermain, jangan bahas mereka lagi! Ini, Alex. Potongan buah yang kubawa, makanlah bersama Kevin. Selanjutnya kita akan ke danau yang paling terkenal di Kota Marila, Pemandangan di sana sangat klasik!" kata Sophia.Alex menerima sepiring potongan buah yang diserahkan Sophia, lalu meletakkannya di atas meja kecil dalam mobil RV. Dia sendiri tidak memakannya, tapi menancapkan garpu kecil pada sepotong apel dan memberikannya pada Kevin."Makanlah buah."Kevin sedang melamun. Sejak melihat Pame
Mendengar hal ini, Andra segera menyerah, dia mengangkat bahu, menarik kursi dan duduk di seberangnya, lalu mendesah pada dirinya sendiri, "Uh! Lala, aku benar-benar nggak berdaya menghadapimu!"Setelah membolak-balikkan buku menu dan memesan, Pamela menyerahkan menu itu kepada Andra dengan santai, lalu berkata, "Berhenti bicara omong kosong, pesanlah! Cepat makan dan kembali ke kantor lebih awal, ada yang harus kulakukan sore ini."Andra menerima buku menu itu, menghela napas sekali lagi, lalu menambah beberapa pesanan, kemudian menyerahkan buku menu kepada pelayan dan melambai untuk memintanya pergi."Lala, makan bersamaku saja kamu begitu berhati-hati? Memesan ruang pribadi saja kamu nggak mau, ini 'kan bukan hotel," kata Andra.Pamela lagi-lagi menatap ponselnya dan mengetik. Mendengar ucapan Andra, dia meliriknya sambil berkata, "Pria dan wanita dalam ruangan yang sama bisa menimbulkan ketidakjelasan. Karena kita di sini untuk membicarakan pekerjaan, maka kita makan di tempat umum
Saat mengangkat ponsel dan melihatnya, ternyata panggilan itu dari Kepala Sekolah anak-anak.Masalah ini berkaitan dengan anak-anak, seketika Pamela merasa gugup dan langsung menjawab panggilan, "Halo, Kepala Sekolah, ada apa?"Di ujung telepon, suara Kepala Sekolah terdengar panik, "Ibu Pamela, cepatlah ke sekolah sekarang! Revan memukuli anak lain, sekarang orang tuanya ingin bertemu denganmu!""Apa?" Pamela tiba-tiba berdiri. Dia tidak percaya Revan yang selalu berperilaku baik akan memukul orang. Kemudian dia menenangkan diri dan berkata, "Baiklah, Kepala Sekolah, aku akan segera ke sana!"Setelah memutuskan telepon, Pamela meletakkan sendoknya, dia bahkan tidak sempat menjelaskan apa pun pada Andra dan pergi begitu saja ...."Lala, kamu mau ke mana? Ada apa?" teriak Andra. Dia tahu terjadi sesuatu dan bangkit untuk mengejarnya, tapi dihentikan oleh pelayan untuk membayar tagihan. Ketika dia keluar, jejak Pamela sudah tidak terlihat lagi....Taman Kanak-Kanak.Pamela meminta sopir
Pamela berjalan masuk, dia memandangi anak yang sedang dikasihani orang tuanya itu.Anak itu teman sekelas Revan, Pamela pernah bertemu dengannya sewaktu menjemput anak-anak.Meski seumuran, anak itu lebih tinggi satu kepala dibanding Revan, juga lebih kuat, tidak seperti anak yang bisa dipukuli.Akan tetapi, anak itu memang terluka.Setelah mengamati anak yang dipukuli, Pamela menaikkan matanya dan berkata pada orang tua anak tersebut, "Maaf, aku baru saja tiba dan belum memahami situasinya. Aku perlu berkomunikasi dengan anakku terlebih dahulu. Mohon tunggu sebentar."Setelah itu, Pamela berbalik dan berjalan menuju Revan yang berdiri sendirian di sudut ....Orang tua dari anak yang dipukuli tidak puas akan hal ini, mereka memandang Kepala Sekolah dengan wajah cemberut.Ayah dari anak itu berkata, "Lihat, bagaimana sikapnya sebagai orang tua! Anak kami sudah terluka seperti ini, dia bukannya menyeret anaknya untuk minta maaf, malah mau komunikasi dulu! Apa yang mau dikomunikasikan? A
Ibu dari anak itu berkata, "Benar! Anak seperti itu nggak boleh dibiarkan bersekolah di sini, kali ini anak kami yang dipukuli, lain kali giliran anak lain!"Ketika mendengar mereka ingin memimpin orang tua lain untuk mengundurkan diri bersama dari sekolah ini, ekspresi Kepala Sekolah seketika berubah, dia segera berkata kepada Pamela, "Bu, minta maaflah kepada mereka! Jangan karena satu anakmu, memberi dampak begitu besar pada sekolah kami!"Pamela sudah berdiri, dia menepuk-nepuk debu di tubuhnya dan berjalan mendekat. Setelah meminta maaf kepada Kepala Sekolah, dia menatap pasangan orang tua itu dengan tatapan samar."Sampai saat ini, aku masih belum tahu akar permasalahannya, tapi anakku sudah mengakui, memang dia yang memukul, bagaimanapun, memukul adalah tindakan yang salah. Sebagai orang tuanya, aku minta maaf. Aku sendiri yang akan mengantar anak kalian ke rumah sakit untuk pemeriksaan menyeluruh, semua biaya pengobatan juga akan kutanggung."Ayah dari anak itu tidak mau menyer
Ibu dari anak itu berkata, "Betul itu!"Pamela angkat bicara, "Sebenarnya berkelahi atau pemukulan sepihak, kita akan tahu setelah melihat rekaman pengawasan. Kepala Sekolah, di mana kita bisa melihat rekaman itu?"Wajah Kepala Sekolah sangat masam, dia menatap Pamela, lalu menatap orang tua dari anak itu, "Itu ...."Ayah dari anak itu mendengus, "Oke, lihat saja rekaman pengawasan! Anakmu nggak terluka sehelai rambut pun, beraninya mencurigai mereka saling memukul? Aku mau lihat, apa lagi yang akan kamu katakan setelah melihat rekaman pengawasannya!"Karena orang tua kedua belah pihak setuju untuk memeriksa rekaman pengawasan, Kepala Sekolah pun membawa mereka ke ruang pemantauan ....Anak yang dipukuli itu menangis sedih di pelukan ibunya. Mendengar ayahnya akan melihat rekaman pengawasan, dia mengangkat kepalanya, mengulurkan tangan dan menarik ujung pakaian ayahnya dengan takut-takut.Ayah dari anak itu mengira anaknya ketakutan, jadi dia mengusap kepala kecil anaknya dan menghibur
Bocah gendut itu bukannya membujuk gadis kecil yang menangis itu, justru melemparkan jepit rambutnya ke lantai, kemudian tertawa terbahak-bahak!Gadis kecil itu menangis semakin keras. Revan yang duduk di depan dan membaca buku cerita, tidak tahan lagi. Dia menghampiri dan memarahi bocah gendut itu, memintanya memungut jepit rambut kupu-kupu dan mengembalikannya kepada gadis kecil itu.Bocah gendut itu tidak menghiraukan Revan dan memasang wajah provokatif padanya.Revan dengan marah memperingatkannya, jika dia tidak memungut jepit rambut kupu-kupu dan mengembalikannya kepada gadis kecil itu, Revan akan memanggil guru!Bocah gendut berkata, "Berani kamu? Kalau kamu berani mengadu pada guru, aku akan menghancurkan kepalamu!"Kemudian dia mulai memamerkan kekuatannya, meraih kerah Revan dan mengayunkan tinjunya untuk mengancam.Ekspresi Revan terlihat sangat buruk. Terlihat jelas, dia menahan diri, menarik napas dalam-dalam dan berteriak memanggil guru ....Untuk menghentikan teriakan Re