Mendengar hal ini, Andra segera menyerah, dia mengangkat bahu, menarik kursi dan duduk di seberangnya, lalu mendesah pada dirinya sendiri, "Uh! Lala, aku benar-benar nggak berdaya menghadapimu!"Setelah membolak-balikkan buku menu dan memesan, Pamela menyerahkan menu itu kepada Andra dengan santai, lalu berkata, "Berhenti bicara omong kosong, pesanlah! Cepat makan dan kembali ke kantor lebih awal, ada yang harus kulakukan sore ini."Andra menerima buku menu itu, menghela napas sekali lagi, lalu menambah beberapa pesanan, kemudian menyerahkan buku menu kepada pelayan dan melambai untuk memintanya pergi."Lala, makan bersamaku saja kamu begitu berhati-hati? Memesan ruang pribadi saja kamu nggak mau, ini 'kan bukan hotel," kata Andra.Pamela lagi-lagi menatap ponselnya dan mengetik. Mendengar ucapan Andra, dia meliriknya sambil berkata, "Pria dan wanita dalam ruangan yang sama bisa menimbulkan ketidakjelasan. Karena kita di sini untuk membicarakan pekerjaan, maka kita makan di tempat umum
Saat mengangkat ponsel dan melihatnya, ternyata panggilan itu dari Kepala Sekolah anak-anak.Masalah ini berkaitan dengan anak-anak, seketika Pamela merasa gugup dan langsung menjawab panggilan, "Halo, Kepala Sekolah, ada apa?"Di ujung telepon, suara Kepala Sekolah terdengar panik, "Ibu Pamela, cepatlah ke sekolah sekarang! Revan memukuli anak lain, sekarang orang tuanya ingin bertemu denganmu!""Apa?" Pamela tiba-tiba berdiri. Dia tidak percaya Revan yang selalu berperilaku baik akan memukul orang. Kemudian dia menenangkan diri dan berkata, "Baiklah, Kepala Sekolah, aku akan segera ke sana!"Setelah memutuskan telepon, Pamela meletakkan sendoknya, dia bahkan tidak sempat menjelaskan apa pun pada Andra dan pergi begitu saja ...."Lala, kamu mau ke mana? Ada apa?" teriak Andra. Dia tahu terjadi sesuatu dan bangkit untuk mengejarnya, tapi dihentikan oleh pelayan untuk membayar tagihan. Ketika dia keluar, jejak Pamela sudah tidak terlihat lagi....Taman Kanak-Kanak.Pamela meminta sopir
Pamela berjalan masuk, dia memandangi anak yang sedang dikasihani orang tuanya itu.Anak itu teman sekelas Revan, Pamela pernah bertemu dengannya sewaktu menjemput anak-anak.Meski seumuran, anak itu lebih tinggi satu kepala dibanding Revan, juga lebih kuat, tidak seperti anak yang bisa dipukuli.Akan tetapi, anak itu memang terluka.Setelah mengamati anak yang dipukuli, Pamela menaikkan matanya dan berkata pada orang tua anak tersebut, "Maaf, aku baru saja tiba dan belum memahami situasinya. Aku perlu berkomunikasi dengan anakku terlebih dahulu. Mohon tunggu sebentar."Setelah itu, Pamela berbalik dan berjalan menuju Revan yang berdiri sendirian di sudut ....Orang tua dari anak yang dipukuli tidak puas akan hal ini, mereka memandang Kepala Sekolah dengan wajah cemberut.Ayah dari anak itu berkata, "Lihat, bagaimana sikapnya sebagai orang tua! Anak kami sudah terluka seperti ini, dia bukannya menyeret anaknya untuk minta maaf, malah mau komunikasi dulu! Apa yang mau dikomunikasikan? A
Ibu dari anak itu berkata, "Benar! Anak seperti itu nggak boleh dibiarkan bersekolah di sini, kali ini anak kami yang dipukuli, lain kali giliran anak lain!"Ketika mendengar mereka ingin memimpin orang tua lain untuk mengundurkan diri bersama dari sekolah ini, ekspresi Kepala Sekolah seketika berubah, dia segera berkata kepada Pamela, "Bu, minta maaflah kepada mereka! Jangan karena satu anakmu, memberi dampak begitu besar pada sekolah kami!"Pamela sudah berdiri, dia menepuk-nepuk debu di tubuhnya dan berjalan mendekat. Setelah meminta maaf kepada Kepala Sekolah, dia menatap pasangan orang tua itu dengan tatapan samar."Sampai saat ini, aku masih belum tahu akar permasalahannya, tapi anakku sudah mengakui, memang dia yang memukul, bagaimanapun, memukul adalah tindakan yang salah. Sebagai orang tuanya, aku minta maaf. Aku sendiri yang akan mengantar anak kalian ke rumah sakit untuk pemeriksaan menyeluruh, semua biaya pengobatan juga akan kutanggung."Ayah dari anak itu tidak mau menyer
Ibu dari anak itu berkata, "Betul itu!"Pamela angkat bicara, "Sebenarnya berkelahi atau pemukulan sepihak, kita akan tahu setelah melihat rekaman pengawasan. Kepala Sekolah, di mana kita bisa melihat rekaman itu?"Wajah Kepala Sekolah sangat masam, dia menatap Pamela, lalu menatap orang tua dari anak itu, "Itu ...."Ayah dari anak itu mendengus, "Oke, lihat saja rekaman pengawasan! Anakmu nggak terluka sehelai rambut pun, beraninya mencurigai mereka saling memukul? Aku mau lihat, apa lagi yang akan kamu katakan setelah melihat rekaman pengawasannya!"Karena orang tua kedua belah pihak setuju untuk memeriksa rekaman pengawasan, Kepala Sekolah pun membawa mereka ke ruang pemantauan ....Anak yang dipukuli itu menangis sedih di pelukan ibunya. Mendengar ayahnya akan melihat rekaman pengawasan, dia mengangkat kepalanya, mengulurkan tangan dan menarik ujung pakaian ayahnya dengan takut-takut.Ayah dari anak itu mengira anaknya ketakutan, jadi dia mengusap kepala kecil anaknya dan menghibur
Bocah gendut itu bukannya membujuk gadis kecil yang menangis itu, justru melemparkan jepit rambutnya ke lantai, kemudian tertawa terbahak-bahak!Gadis kecil itu menangis semakin keras. Revan yang duduk di depan dan membaca buku cerita, tidak tahan lagi. Dia menghampiri dan memarahi bocah gendut itu, memintanya memungut jepit rambut kupu-kupu dan mengembalikannya kepada gadis kecil itu.Bocah gendut itu tidak menghiraukan Revan dan memasang wajah provokatif padanya.Revan dengan marah memperingatkannya, jika dia tidak memungut jepit rambut kupu-kupu dan mengembalikannya kepada gadis kecil itu, Revan akan memanggil guru!Bocah gendut berkata, "Berani kamu? Kalau kamu berani mengadu pada guru, aku akan menghancurkan kepalamu!"Kemudian dia mulai memamerkan kekuatannya, meraih kerah Revan dan mengayunkan tinjunya untuk mengancam.Ekspresi Revan terlihat sangat buruk. Terlihat jelas, dia menahan diri, menarik napas dalam-dalam dan berteriak memanggil guru ....Untuk menghentikan teriakan Re
Ucapan Pamela membuat pasangan itu terdiam dan saling memandang.Pria itu sepertinya masih belum ingin mengakhiri masalah ini. Dia mengatupkan rahangnya, menggertakkan gigi, lalu berkata, "Aku nggak peduli dengan sebabnya! Anakmu memukuli anakku sampai seperti ini, kalian harus minta maaf dan bertanggung jawab! Kalau kamu nggak menyuruh anakmu minta maaf kepada anakku. Bukan saja anakmu nggak usah berharap bersekolah lagi di sini, aku juga akan membuatmu mustahil bertahan hidup di Kota Marila."Ibu dari anak itu juga merasa kasihan pada anaknya, sambil membelai wajah tembem dengan hidung memar dan mata bengkak anaknya, dia berkata, "Ya! Betul! Anakku nggak pernah menderita seperti ini! Lagi pula, anak-anak sudah biasa nakal, dia mengganggu teman sekelas perempuannya, untuk apa anakmu ikut campur?"Kepala Sekolah yang terjepit di tengah merasa kesulitan. Satu sisi, dia merasa ucapan pasangan orang tua itu tidak masuk di akal, di sisi lain, dia tidak berani menyinggung mereka ....Pasang
Kemudian, dia membungkuk, menggendong Vani, lalu bertanya, "Vani, beri tahu ibu, apakah akhir-akhir ini kamu pernah mendengar sesuatu tentang Kak Revan di sekolah?"Vani tidak seperti Heri, dia sangat bijaksana dan memperhatikan banyak detail yang tidak biasa.Mendengar Ibu menanyakan hal ini, Vani jadi penasaran, "Bu, bagaimana kamu bisa tahu kalau akhir-akhir ini ada rumor tentang Kak Revan di sekolah?"Ternyata benar!Tebakan Pamela benar. Saat melihat rekaman pengawasan, terdengar bocah gendut itu menyebut Revan anak haram, juga mengatainya anak pungut dan seisi sekolah sudah mengetahuinya, Pamela merasa masalah tidak sesederhana itu.Heri dan Vani masih belum tahu soal Revan yang memukuli bocah gendut.Pamela menjawab, "Ibu juga baru mendengarnya. Vani, apa yang kamu dengar akhir-akhir ini? Beri tahu Ibu, jangan menyembunyikan detail apapun."Vani tanpa sadar menatap Heri yang berdiri di bawah, seolah ragu apakah harus mengatakannya ....Melihat putrinya ragu-ragu untuk berbicara,