Asri tak pernah menyangka pernikahannya akan menjadi neraka. Dicap pembawa sial, dihina, dan dijadikan babu oleh keluarga suaminya sendiri, ia terperangkap dalam hubungan toksik yang menggerogoti jiwanya. Luka batin itu dipendam Asri dalam diam, di bawah atap yang sama dengan para pencaci. Namun, di titik terendahnya, takdir berbalik. Sebuah peristiwa tak terduga mengubah segalanya, mengangkat Asri ke puncak kesuksesan yang membuat semua orang terkesima. Mereka yang dulu mencibir, kini merapat penuh harap. Tapi Asri yang lama telah mati. Ia bangkit, tangguh, dan siap membalas dendam setimpal.
view more“Mas, apa yang kamu lakukan?” tanya Dirga, ia tak habis pikir dengan sikap Ferdi yang baru saja datang dan berubah kasar.Semua orang di rumah itu serempak berdiri, pusat perhatian mereka tertuju pada amarah anak sulung keluarga itu.“Diam kamu, Dirga! Tidak usah kamu membelanya. Wanita ini memang sangat pantas aku tampar. Bahkan lebih dari ini pun, dia pantas menerimanya!” tunjuk Ferdi ke arah wajah Debi.Debi memegangi pipinya, ia begitu terkejut dengan perlakuan kasar suaminya yang secara tiba-tiba.Semua orang tidak paham dengan permasalahan yang terjadi. Dirga lantas bertanya, “Memangnya apa yang dilakukan Mbak Debi?”“Iya, Ferdi, kenapa kamu menampar istri kamu? Apa yang dia lakukan? Di sini ada kedua anakmu, mereka melihat sikap kamu yang kasar. Apa kamu tidak kasihan sama mereka?” timpal bu Tami.Ferdi mengusap kasar wajahnya, lalu menoleh ke arah kedua anak kembarnya yang berdiri ketakutan di belakang tubuh Dirga.“Rina, Rani, sebaiknya kalian masuk ke dalam kamar!” titah Fer
“Mikir nggak, apa yang sudah kamu lakukan? Dengar, aku bisa dipecat gara-gara ini!” ujar Dirga, tampak kilat kemarahan di matanya.Debi membekap mulutnya sendiri, mata yang membulat, tatapan penuh keterkejutan.“Ma-maksud kamu, Mas?” tanya Debi, nada bicaranya berubah gugup.Ferdi mengusap kasar wajahnya, sorot matanya menyiratkan kemurkaan yang membara.“Dia adalah bosku, orang yang menggajiku selama aku kerja di perusahaannya. Dan sekarang kamu … kamu membuat masalah seperti ini!” desis Ferdi.Debi tertunduk, wajahnya memucat seiring ucapan Ferdi yang terlontar.“Kamu harus minta maaf sama bosku, bila perlu kamu sujud di kakinya,” ujar Ferdi.“A-aku … aku!” Debi menghela napas panjang.“Iya, aku akan minta maaf sama bos kamu. Aku tidak tahu kalau wanita itu adalah bos kamu, Mas. Aku pikir kalian ada hubungan spesial di belakangku,” sahut Debi.Wanita yang diketahui adalah atasan Ferdi pun keluar dari toilet. Ia berjalan melewati Ferdi dan hendak pergi menaiki taksi.“Bu, saya minta
“Terima kasih, Mbak!” ucap Asri, saat ia baru saja memesan makanan untuk dibawa pulang.Asri keluar dari sebuah restoran, lalu memasuki taksi online untuk mengantarnya ke toko milikinya.Sesampainya di toko, suasana terlihat lebih ramai dari sebelumnya. Di sana telah banyak pelanggan berdatangan untuk membeli baju-baju yang ada di sana.“Alhamdulillah ….”Senyuman Asri kian merekah saat rezeki itu berdatangan dengan sendirinya. Mereka sangat menyukai kualitas dan harga pakaian di toko miliknya.Asri segera masuk, ia kemudian menyimpan makanan itu ke dalam ruangan miliknya, lantas membantu dua karyawan baru yang ia rekrut beberapa hari ini, untuk melayani pembeli.“Silahkan, Mbak dilihat-lihat dulu. Ini ada banyak sekali model pakaian terbaru dengan kualitas bagus.” Asri menyapa salah satu pelanggan.“Em … model bajunya terlihat bagus-bagus, dengan bahan yang sepertinya sangat nyaman untuk dipakai. Ternyata benar kata teman-teman saya. Selain harga yang bersahabat, di sini banyak sekal
“Ya ampun, Mas … aku lupa tadi aku lagi goreng ayam!” ucap Debi tiba-tiba panik.Debi berdiri lalu berlari secepatnya ke dapur.“Mama, ini kenapa banyak asap begini?” tanya Rina. Kedua anak Debi ketakutan karena asap yang ditimbulkan tidak sengaja terhisap dan membuat mereka terbatuk.“Sebaiknya kalian keluar dulu!” titah Debi pada kedua anaknya. Lantas Debi segera berlari ke arah dapur.“Mas, kebakaran!” teriak Debi.Keadaan dapur kembali kacau balau, di mana api telah menyambar ke beberapa benda yang ada di dapur dan juga gorden.Ferdi yang mendengar teriakkan Debi, berlari pontang-panting dan segera membuka selang tabung gas. Sementara Debi, ia segera mengisi ember dengan air, dan menyiramkan air tersebut ke arah api.Hal itu berulang ia lakukan dengan dibantu oleh Ferdi. Setelah susah payah dan cukup lama bergelut dengan api yang cukup besar, akhirnya perlahan api pun dapat dipadamkan. Beruntung dapur tidak sampai habis terbakar. Hanya saja beberapa barang-barang milik bu Tami hab
Di kediaman bu Tami, Debi tengah melakukan pekerjaan rumah tangga. Salah satunya memasak dan mencuci baju semua anggota keluarga. Penampilan kacau, bau dapur, bahkan tak jarang keadaan dapur kacau balau dengan dinding dan barang-barang gosong disebabkan kebakaran kecil akibat Debi sering kelupaan mematikan kompor.“Mas, aku capek! Ini bukan tugasku, kenapa aku harus mengerjakan semuanya? Di rumah orang tuaku saja, aku tidak pernah mengerjakan pekerjaan pembantu,” gerutu Debi, meninggalkan pekerjaannya lalu menghampiri Ferdi.Ferdi yang tengah menghisap satu batang rokok di teras, segera menoleh ke arah istrinya.“Ya terus aku harus bagaimana? Membantu kamu ngepel, cuci piring? Masa iya aku harus mengerjakan semua itu. Aku kan lelaki masa harus mengerjakan pekerjaan ibu-ibu,” sahut Ferdi.Ferdi kembali menghisap rokok yang tersisa setengah lagi. Ia pun kini mengeluarkan ponselnya, lantas bermain game tanpa mempedulikan Debi yang tengah mengeluh kelelahan.“Setidaknya kamu ngomong kek s
Tampak Dirga dan yang lain berlarian ke belakang. Asri cukup terkejut mendengar suara dentuman yang cukup keras itu. Jantungnya berdebar cukup kencang.Beberapa tetangga pun berlarian menuju rumah bu Tami. Mereka terlihat penasaran dengan suara yang ditimbulkan dari rumah itu.Asri tidak tahu suara itu berasal dari benda apa dan berhasil membuat mereka semua panik. Namun, Asri tidak peduli dan sama sekali tidak ingin tahu. Baginya, ia sudah tidak ada urusan lagi dengan mereka.Asri pun pergi dengan menaiki ojek untuk diantar pulang ke rumah barunya. Meninggalkan rumah sejuta kenangan pahit di tengah-tengah hubungan keluarga yang tidak sehat. Mulai hari ini, Asri akan melanjutkan hidupnya dengan menata sejuta rencana yang akan membawanya pada kehidupan yang lebih baik. Tok! Tok! Tok!Siang hari itu, setelah Asri menghabiskan makan siang di rumah barunya, di pintu utama terdengar seseorang mengetuk pintu. Bergegas Asri meninggalkan meja makan, mendekati pintu utama lalu membukanya.“Se
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments