Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh

Aku yang Kau Buang, Kini Tak Bisa Kau Sentuh

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-09-11
Oleh:  Yuni Masrifah Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
121Bab
6.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Asri tak pernah menyangka pernikahannya akan menjadi neraka. Dicap pembawa sial, dihina, dan dijadikan babu oleh keluarga suaminya sendiri, ia terperangkap dalam hubungan toksik yang menggerogoti jiwanya. Luka batin itu dipendam Asri dalam diam, di bawah atap yang sama dengan para pencaci. Namun, di titik terendahnya, takdir berbalik. Sebuah peristiwa tak terduga mengubah segalanya, mengangkat Asri ke puncak kesuksesan yang membuat semua orang terkesima. Mereka yang dulu mencibir, kini merapat penuh harap. Tapi Asri yang lama telah mati. Ia bangkit, tangguh, dan siap membalas dendam setimpal.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 Pembawa Sial

“Pembawa sial, bisakah kau lihat ada apa di sudut ruangan ini?”

Asri yang tengah sarapan jam 12 siang, menoleh ke arah sudut ruangan dapur, sesuai arahan tangan ibu mertuanya, bu Tami. Sebuah tumpukan pakaian kotor menggunung di sana.

“Biar aku habiskan dulu makanannya, Bu. Aku sangat lapar karena dari pagi aku belum makan, Bu. Aku sibuk mengerjakan semua. Kasihan janin yang ada di dalam perutku, pasti dia juga merasa lapar,” sahut Asri.

Tatapan tak suka, selalu terlempar pada wanita yang beberapa bulan ini telah sah menjadi menantunya. Dari awal bu Tami memang tidak menyetujui pernikahan antara putranya dan juga Asri. Namun, Dirga tetap bersikeras ingin menikahi Asri yang berasal dari keluarga miskin.

“Jangan jadikan kehamilan kamu alasan untuk bermalas-malasan. Wanita hamil itu sudah seharusnya perbanyak gerak untuk memperlancar persalinan. Setelah ini kamu cuci baju-baju itu, terus kamu juga harus bersihkan rumah ini. Saya tidak mau rumah ini berantakan,” titah bu Tami.

Asri mengangguk, suapan demi suapan makanan ke dalam mulutnya, ibarat jarum yang siap menghunus ke segala sisi tenggorokannya. Matanya tidak bisa menahan tangis akibat ucapan pedas ibu mertuanya. Bu Tami lalu pergi dari hadapan Asri.

Terlihat Dirga, suami Asri baru saja pulang dari berjualan. Tampak lelaki itu tengah berjalan sambil menghitung sejumlah uang hasil jualan baju di toko milik ibunya.

Asri menyudahi sarapannya, lantas ia berjalan menghampiri Dirga.

“Mas, kamu sudah pulang? Wah … jualan hari ini sepertinya laris,” ucap Asri.

Dirga tidak menjawab, ia pun duduk di sofa sambil terus menghitung lembaran uang di tangannya.

“Mas!” panggil Asri, ia pun duduk di samping Dirga.

“Hmmm!” sahut Dirga, masih tetap fokus pada uang itu, tanpa menoleh sedikit pun ke arah Asri.

Dari arah kamar yang pintunya baru saja terbuka, muncul bu Tami lalu mendekati Dirga.

“Kamu sudah pulang, Dir? Bagaimana penjualan hari ini?” tanya bu Tami.

Dirga mengangkat wajahnya dengan senyuman merekah di bibirnya. Ia pun memperlihatkan uang itu kepada ibunya.

“Hari ini jualannya ramai, Bu. Lihat, ini!” 

Dirga kemudian memberikan sebagian besar uangnya kepada bu Tami.

“Ini untuk Ibu, dan untuk kebutuhan rumah ini,” ujar Dirga.

Asri pun ikut tersenyum mendengar ucapan Dirga, bahwa jualan hari ini laris. 

Dari luar terlihat kedua keponakan Dirga yang baru saja pulang sekolah. Mereka adalah anak kembar Ferdi kakak kandung Dirga dan Debi. Kedua keponakannya berlari mendekat ke arahnya. Sehingga fokus Dirga beralih kepada mereka.

“Wah … Om Dirga banyak sekali uangnya. Aku mau beli boneka dong, Om,” ujar Rina, salah satu anak kakaknya Dirga.

Dirga kemudian kembali menghitung uangnya, lalu memberikan sebagian uang kepada kedua keponakannya.

“Ini buat kalian beli boneka,” ujar Dirga.

“Terima kasih, Om.” ucap kedua keponakan Dirga, lalu mereka masuk ke dalam kamar.

Asri mengusap punggung tangan Dirga. Lantas ia kembali menengadahkan tangannya, meminta uang bagiannya pada Dirga.

“Kalau buat aku mana, Mas?” tanya Asri.

Dirga kembali menoleh ke arah Asri. Lantas memberikan uang lembaran berwarna hijau sebanyak satu lembar kepadanya.

Asri menatap datar uang 20 ribu dari Dirga. Tidak habis pikir kenapa Dirga hanya memberikannya uang paling kecil kepadanya. Baru saja Asri hendak membuka mulut, ingin protes kenapa ia hanya diberi uang paling kecil, sementara ibu dan keponakannya lebih besar. Namun, Dirga segera bersuara.

“Dengar, dia ibuku,” ucap Dirga dengan nada tegas, tangannya mengepal keras.

Matanya menatap tajam ke arah Asri, napasnya mulai memburu seiring emosi yang mengalir. Dirga seakan tahu isi pikiran Asri.

“Ibu yang melahirkanku ke dunia ini. Ibu yang pernah mengurusku hingga aku bisa sekolah tinggi,” lanjutnya.

“Menikah denganmu? Aku malah sial. Kamu tahu kan, aku langsung dipecat setelah menikah denganmu?!”

Deg!

Jantung Asri berdetak lebih kencang, dadanya terasa sesak. Tak terasa wajahnya memerah menahan tangis dengan bibir gemetar.

Lalu, Dirga menatap ibunya, “Tapi Ibuku yang membuatku bangkit, dengan mempercayakan usaha toko bajunya padaku!”

Bu Tami tampak tersenyum, ia mengusap punggung Dirga.

“Sekarang, kamu tidak usah protes dengan berapa pun uang yang aku beri buat kamu. Soal Rina dan Rani, mereka keponakanku. Kamu jangan coba-coba melarangku memberikan uang pada mereka!”

“Terima kasih, Nak. Kamu selalu membuat Ibu bangga sama kamu. Tapi … jangan seperti itu sama istri kamu. Dia kan lagi hamil,” timpal bu Tami.

Asri hanya melirik sekilas ke arah ibu mertuanya. Ucapannya memang manis jika di depan Dirga. Namun, jika di belakangnya, perangainya seketika akan berubah kasar.

“Tega kamu ngomong seperti itu sama aku, Mas!”

Asri berdiri lalu berlari ke dalam kamarnya. Ia menumpahkan tangisnya di dalam sana sambil memegangi uang 20 ribu dengan tangan bergetar. 

Bagaimana bisa, sikap Dirga berubah seperti itu. Dirga yang dulu ia kenal baik, kini perangainya berubah setelah ia dipecat dari pekerjaannya.

***

Malam itu, Asri dan Dirga tengah duduk berdua sambil menyaksikan acara televisi. Lalu dari arah pintu depan, muncul bu Tami dan Debi dari luar sambil membawa satu buah kantong kresek berwarna putih di sebelah tangan Debi.

Kedua wanita itu pun duduk di dekat Dirga dan Asri.

“Nak, kamu tidak usah masak, ya. Ibu sudah membeli makanan untuk makan malam kita semua,” ujar bu Tami, nada bicaranya begitu lembut.

Asri hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Wah … sepertinya Ibu dapat kiriman uang lagi dari ayah. Em … kapan ayah pulang, Bu?” tanya Dirga.

“Iya, tapi ayah kamu belum bisa pulang. Bosnya belum memberikannya waktu untuk cuti. Tapi tidak apa-apa, yang penting ayah kamu tidak lupa sama kewajibannya,” jawab bu Tami.

Asri bisa mencium aroma harum masakan dari dalam kantong kresek itu. Perutnya merasa lapar, lantas ia pun hendak membawanya untuk disiapkan di ruang makan.

“Biar aku saja yang siapkan!” Debi menepis tangan Asri, lalu membawa kresek itu ke belakang.

Asri menatap lurus tangannya yang terulur, mengurungkan diri saat Debi lebih dulu mengambil makanan itu dari meja. Asri lalu berdiri dan pergi ke ke belakang untuk buang air kecil dan mencuci tangan.

“Ye … makan!” Terdengar kedua keponakan Dirga berteriak gembira dari ruang makan.

Selesai membasuh tangan, Asri pun berjalan ke ruang makan, untuk bergabung bersama yang lain. Namun, di sana Asri tidak mendapati Dirga dan yang lain. Hanya ada Rina dan Rani yang ada di sana.

Asri pun kembali ke ruangan di mana Dirga dan yang lain berada. Namun, langkahnya sesaat terhenti dengan tubuh berdiri mematung, saat melihat Dirga tengah duduk bersebelahan dengan seorang wanita asing.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Yuni Masrifah
Novel ini masih ada hubungannya dengan novel yang berjudul "IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT" ya, guys!
2025-09-03 19:40:40
0
user avatar
Angsa Kecil
Semangat up yang banyak. Ditunggu updatenya
2025-07-24 15:53:06
4
121 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status