Home / Romansa / Harta, Tahta, My Anna / 3. Aku berbahaya

Share

3. Aku berbahaya

Author: Daisy
last update Last Updated: 2023-08-06 23:09:10

Suara ayam berkokok membuat kedua mata yang tertutup rapat itu perlahan terbuka. Gama kembali mendapati pemandangan atap sederhana di depan matanya. Namun, kesadarannya mulai terkecoh oleh obrolan kecil seseorang di luar kamar.

Dalam beberapa langkah, lelaki itu sudah mendekat ke ambang pintu, mendengar lebih jelas pembicaraan perempuan bernama Anna dengan seseorang yang belum ia ketahui.

Tidak ada hal buruk yang ia dengar selain kekurangan ekonomi untuk menghadapi Luis. Ya! Luis, kejadian tak terduga membuat Gama mengetahui beberapa fakta tentang Luis.

"Ya, sudah. Ibu akan siapkan makanan, Anna periksalah kondisi tuan Gama."

Kalimat yang terdengar samar-samar itu sontak membuat Gama terkejut ketika pintu terbuka secara tiba-tiba. Baik Anna maupun Gama menjadi tersentak satu sama lain.

"Tu-tuan sudah bangun?"

"Sudah."

"Istirahat saja lagi, sampai tuan benar-benar pulih."

Gama tidak menolak, ia berjalan kembali dan duduk di tepi ranjang. Kini lelaki itu menatap Anna yang masih berdiri di posisi semula.

"Kenapa di sana? Kemarilah. Aku perlu menanyakan sesuatu padamu."

Anna kemudian duduk di kursi kayu kecil tak jauh dari ranjang berada. Perempuan itu menunduk, entah karena malu atau karena takut, Gama masih menerka-nerkanya sendiri.

"Apa tidak ada rumah sakit di sini? Kenapa aku tidak mendapat perawatan medis saja? Kenapa kamu dan ibumu malah merawatku seenaknya?"

"Maaf, Tuan. Rumah sakit di sini cukup jauh dan harus di tempuh beberapa kali dengan kendaraan umum, akan ada banyak pengeluaran yang harus kami siapkan, sedangkan kami tidak memilikinya. Tapi, tuan tidak perlu khawatir, aku sudah banyak belajar tentang pengobatan alternatif, tuan pasti akan segera pulih."

Mendengar penuturan Anna membuat Gama melirik dari ujung rambut sampai ujung kaki sosok di depannya. Cantik, pandai, sopan, namun tetap tidak memilih untuk menerima banyak harta dari lelaki yang tergila-gila padanya.

"Usiamu berapa?"

Anna mengangkat wajah menatap Gama dengan sedikit kerutan di keningnya. "Hah?"

"Usiamu berapa?" Gama kembali mengulangi pertanyaan yang sama.

"Sembilan belas tahun."

"Apa? Sembilan belas tahun? Kamu dua belas tahun lebih muda dariku."

"Tuan sudah tiga puluh tahun?" Anna ikut memperjelas.

'Ternyata sembilan belas tahun, aku bahkan mengira dia masih sekolah.' Gama bergumam dalam hati seraya menatap Anna yang masih terkejut.

"Apa tuan akan pulang setelah mengingat semuanya?" tanya Anna tiba-tiba.

Gama yang semula masih memerhatikan Anna mulai tersadar. "Kamu mengusirku?"

"Bukan, bukan begitu. Maksudku ... apa yang akan tuan lakukan? Jika tuan ingat sesuatu pasti tuan merindukan keluarga tuan, bukan? Begitu pun keluarga tuan, mereka pasti sangat cemas. Terlebih anak-anak, biasanya mereka akan cenderung terus bertanya pada ibunya."

"Anak-anak?"

Anna mengangguk dengan polosnya. Ia tidak sadar jika kalimat itu sedikit menyindir lawan bicaranya.

"Apa aku terlihat setua itu? Jangankan anak, menikah saja belum."

"Apa?!" sentak Anna.

"Apa? Apanya yang apa? Tidak jelas?"

Melihat bagaimana Anna terkejut membuat Gama mendekatkan wajahnya tepat di depan telinga perempuan di depannya secara tiba-tiba. "Aku belum menikah," bisiknya berhasil membuat Anna bergidik geli.

Tidak hanya merasa menggelikan, wajah polos Anna tampak berubah kemerahan hanya karena bisikan singkat dari lelaki untuk pertama kalinya. Tangannya dengan refleks mengusap leher seolah ada sesuatu yang masih membuat bulu kuduknya berdiri.

"Kenapa diam? Masih belum jelas?"

Anna berdiri dengan cepat. "Jelas, Tuan. Aku sudah mendengarnya."

"Kenapa wajahmu merah?"

Anna menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa."

"Apa Luis itu kekasihmu? Mantan kekasih?"

Tatapan Anna berubah seketika, berubah menjadi sebuah ketidaksukaan yang jelas dipamerkan. Ia duduk kembali sebelum akhirnya membuka suara.

"Bukan, dan tidak akan pernah. Aku tidak suka lelaki pemaksa sepertinya. Lelaki yang mengira bahwa semua bisa dikendalikan dengan uang."

"Tapi, faktanya memang begitu, bukan?" timpal Gama, "Dia memiliki segalanya."

"Tapi, tidak dengan cinta," timpal Anna singkat dan jelas.

"Tahu apa anak muda yang belum berpengalaman sepertimu mengenai cinta, dari gerak-geriknya saja sudah bisa ditebak jika kamu tidak tahu apa pun."

Pembicaraan keduanya tampak memicu sedikit percekcokan. Anna tidak begitu senang dengan cara Gama menilainya saat mereka tidak saling mengenal satu sama lain.

"Cinta itu di mana seseorang merasa pulang ketika bersamanya, merasa nyaman dan merasa cukup."

Jawaban Anna membungkam Gama yang hendak melontarkan kembali ejekan pada sosok di depannya. Entah apa yang lelaki itu lihat dari seorang Anna, namun ia merasa seperti sedang berhadapan dengan anak kecil, meski jauh dari dalam hatinya, ia tetap berhutang nyawa pada Anna.

"Baiklah, baiklah, lalu apa Luis itu kekasihmu? Jujur saja. Dia sepertinya sangat tergila-gila padamu. Berapa usianya?" Pertanyaan Gama masih menimbulkan rasa tak suka dari Anna.

"Tuan, dia bukan kekasihku, kami tidak memiliki hubungan apa pun. Dia hanya anak orang terpandang di desa ini. Semua orang patuh padanya karena sebagian banyak lahan adalah milik ayahnya, termasuk tanah yang aku pijak ini."

Gama menggeleng-gelengkan kepalanya secara perlahan, ia mengerti apa yang dijelaskan oleh sosok di depannya tersebut. Di pedesaan, mungkin Luis termasuk pemegang kekuasaan.

Cukup lama berpikir, Gama kembali menatap Anna dengan lebih serius. Entah apa maksudnya, namun pikirannya telah jauh berkelana ke kehidupannya sendiri.

"Kenapa tuan menatapku begitu? Apa ada yang salah?"

Tanpa menjawab pertanyaan dari perempuan di depannya, Gama berdiri dan berjalan mendekat, hingga Anna mundur beberapa langkah untuk memberikan jarak.

"Tu-tuan, ada apa?"

Dugg!

Suara benturan kecil di kepala belakang Anna menghentikan langkah keduanya. Anna yang menadahkan wajah seketika menunduk membuat Gama hanya bisa melihat pucuk kepala Anna.

"Kepalamu terbentur. Kenapa, kamu takut? Kalau kamu takut, kenapa merawatku sebaik ini?" ucapnya seraya mengusap kepala Anna dengan lembut.

Anna dibuat mematung meraskan usapan lembut di kepalanya. Tangannya memilin ujung baju untuk melampiaskan kegugupan tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"Luis bukan siapa pun bagimu, tapi bagi lelaki seperti dia, kamu adalah miliknya dan akan sulit melepaskan diri. Berhati-hatilah padanya. Dia berbahaya. Dia bisa melakukan apa pun dengan uang, termasuk mendapatkanmu."

Masih menunduk gugup, Anna mengangguk cepat. "Aku akan berhati-hati, Tuan. Terima kasih banyak sudah mengingatkan."

"Tapi ..."

Anna menongak menatap Gama yang menahan kalimatnya. "Tapi apa?"

"Dia berbahaya, tapi ... aku lebih berbahaya darinya," jawab Gama membuat Anna menelan ludah dengan berat.

Kegugupan kian dapat dirasakan, Gama dibuat tersenyum melihat kedipan takut dari Anna ke padanya. Dengan cepat tangan kekar itu mengusap wajah Anna cukup keras. "Aku tidak akan memakanmu, tenang saja," ujar Gama seraya kembali duduk di tepi ranjang meninggalkan Anna yang masih mematung di dinding kamar.

'Apa maksudnya?' tanya Anna dalam hati, lalu menatap Gama yang juga menatapnya sembari berbaring. Anna dengan cepat menggelengkan kepala, 'Sebenarnya apa maksud kata-kataya?'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Harta, Tahta, My Anna   35. Pilihan hati

    Seperti hari sebelumnya, Gama kembali bekerja ditemani Anna yang masih perlu mempelajari banyak hal tentang dunia perusahaan. Kehadiran Anna di perusahaan itu tampaknya memberi dampak baik bagi Gama, khususnya suasana hati yang juga turut dirasakan oleh para karyawan-karyawannya.Sikap dingin Gama jauh lebih memudar setiap kali sosok Anna ikut serta di sesi rumitnya pekerjaan kantor. Bahkan Gama terlihat tidak sungkan memamerkan kemesraannya pada Anna. Dia tidak peduli meski Anna menunjukkan gelagat tak nyaman setiap lelaki itu mencoba mengikis jarak."Pakaikan!" pinta Gama membuat Anna mengerutkan dahi keheranan.Bukan tanpa alasan, Anna merasa heran karena dasi berwarna hitam itu semula sudah terpakai rapi di dada kekasihnya. "Aku? Pakaikan dasi? Aku tidak bisa. Aku tidak pernah memakaikan itu.""Ya, sudah belajar sekarang."Melihat situasi lift yang kosong, Anna diam sejenak, lalu menoleh kembali pada lelaki di sampingnya. "Nanti saja kalau sudah di ruanganmu," ucapnya."Memangnya

  • Harta, Tahta, My Anna   34. Hilang kendali 21+

    "Terima kasih untuk hari ini, Ann. Maaf harus menceritakan hal kurang menyenangkan. Semoga itu tidak merubah pertemanan kita. Aku tidak terlihat berlebihan sebagai seorang lelaki, 'kan?" ucap Alex dengan sedikit nada menggoda. Anna tampak tersenyum lebar. Telapak tangannya mendarat di bahu lelaki di depannya dengan cukup keras. "Tidak sama sekali. Lagi pula itu tidak berlebihan menurutku. Aku justru senang kamu mempercayaiku untuk mendengarkan semuanya, walau pun aku tidak pandai memberi saran. Tapi, setidaknya aku senang sudah dipercaya." "Apa kalau begitu artinya aku harus terus sedih agar kamu senang mendengar ceritaku?" Pukulan Anna kian lebih keras untuk kedua kalinya. Kali ini dengan tatapan tajam setelah mendengar penuturan Alex terhadap ucapannya. "Bicara apa kamu ini. Jangan, jangan terlalu larut. Aku ada kapan pun kamu inginkan. Telingaku memiliki kapasitas luas untuk cerita-ceritamu." "Bisa saja. Belajar dari mana perempuan kecil sepertimu bisa berkata begitu, hah?" "K

  • Harta, Tahta, My Anna    33. Boleh memelukmu?

    Pagi menjelang, bukan sinar matahari yang membangunkan Anna dari tidur, tetapi suara pintu tertutup dan aroma bunga yang baru saja menyeruak ke setiap sudut kamarnya. Anna mulai bangkit dan kedua matanya langsung tertuju pada segunduk besar bunga mawar putih yang berada di atas meja. Pemandangan indah itu berhasil menciptakan senyum manis di wajah cantik Anna yang beberapa saat lalu sempat dilanda kesedihan. 'Menikahlah denganku, Anna.' Senyuman Anna kian mengembang setelah membaca isi pesan singkat yang terselip di antara bunga berwarna putih tersebut. Anna duduk cukup lama seraya menatap objek yang sama. Namun, pikirannya masih saja bergelut pada permasalahan sebelumnya. Ia sadar bahwa ibu dari Gama tidak menyetujuinya. Namun, ia sadar bahwa dirinya mencintai Gama seperti Gama memperlakukannya dengan sangat tulus. Tatapan fokus Anna pada bunga mulai teralihkan oleh sebuket bunga yang tiba-tiba mendarat di roof top kamarnya setelah terbentur jendela cukup keras. "Alex," seru An

  • Harta, Tahta, My Anna   32. Lupakan pernikahan!

    "Maaf semua tidak sesuai janjiku, Ann." Setelah sekian lama perjalanan tidak terdengar suara, Gama akhirnya memecah keheningan karena tidak tahan melihat kekasihnya diam seribu bahasa. Ada banyak hal yang mengusik ketenangan Anna setelah pertemuan dengan dua perempuan yang ia pikir akan memahami posisinya. "Ann?" sebut Gama lebih keras hingga Anna berhasil menoleh dan menunjukan ekspresi bingung. Gama yang paham pun ikut tersenyum tipis. "Maaf semua tidak sesuai perkataanku. Aku tidak menyangka jika ibu dan Mona bisa merendahkanmu sampai seperti itu."Anna mengangguk dengan senyum getir. "Tidak apa-apa. Itu memang fakta. Mana bisa aku marah.""Ann, kamu tidak begitu.""Benar kata ibu. Aku tahu sekarang kenapa ibu tidak setuju dengan hubungan kita.""Ann, aku mohon jangan bilang begitu. Keputusanku tidak akan berubah.""Tuan, kita jangan bicarakan ini. Aku ingin istirahat, rasanya sangat lelah," timpal Anna berusaha mengalihkan.Gama tidak lagi kukuh saat Anna berusaha menghindari se

  • Harta, Tahta, My Anna   31. Ibu?

    Hari yang telah ditunggu oleh Anna dan Gama akhirnya datang. Anna tampak cantik dengan dress yang telah dipilihkan langsung oleh Gama. Dress berwarna sage itu berhasil membuat warna kulit Anna kian cerah dan lebih terkesan ceria. Tidak terhitung seberapa rasa senang yang tengah menyelimuti Gama dan Anna, rasa cemas jauh lebih besar bagi Anna. Ia tidak bisa menyembunyikan perasaan itu dari kekasihnya yang sudah memperhatikan sikap gugupnya. "Segugup itu, Ann?" tanya Gama tiba-tiba. Anna mengangguk cepat. "Iya. Bagaimana jika aku bersikap buruk di depan keluarga tuan?" "Ann, di rumah hanya ada ibuku. Jadi, kamu tidak perlu segugup itu. Semua akan baik-baik saja." "Begitu, ya?" "Tapi, rencananya hari ini aku akan bicara juga dengan Mona. Ya ... sekaligus memperkenalkanmu padanya. Tidak apa-apa, 'kan?" lanjut Gama memberi tahu niatnya pada Anna. Anna kembali mengangguk-anggukan kepalanya. Ia hanya mengiyakan apa yang Gama rencanakan. Sepenuhnya Anna percaya pada Gama, meski kecemas

  • Harta, Tahta, My Anna   30. Menikahi Anna?

    Sepanjang perjalanan menuju rumah, Gama tidak berhenti tersenyum bahagia. Terlihat jelas bahwa lelaki itu sangat senang dengan niat yang akan dilakukan pada Anna. Ia sudah siap membawa Anna ke hadapan sang ibu untuk meminta doa restu, meski kemungkinan sangat sedikit karena hubungannya dengan Mona. Tapi, Gama sudah merencanakan tahap lain agar pernikahan itu terjadi. Di tengah rasa bahagia yang menguasai. Gama dibuat heran oleh Anna yang sibuk mengotak-atik kain di lehernya. Perempuan berbalut dress biru itu tampak risih dan sibuk sendiri. "Ada apa, Ann? Apa lehermu gatal?" Tanpa menjawab pertanyaan Gama dengan ucapan, Anna menatap tajam, lalu membuka kain yang menunjukan sebuah bekas kemerahan akibat ulah dari Gama. Gama sontak tertawa melihat raut kesal Anna terhadapnya, belum lagi tanda merah kecil yang membuat Anna menyatakan perasaan terhadapnya. "Kenapa tertawa? Apanya yang lucu. Bagaimana jika ibuku lihat? Habis aku dimarahi," dengus Anna. "Coba pakai alas bedak. Itu past

  • Harta, Tahta, My Anna   29. Menikahlah denganku!

    Suasana ruangan pagi itu terasa sedikit menegang. Kemewahan ruang makan menjadi tidak ada artinya bagi Mona yang masih mencoba membeberkan semua kabar tentang hubungan Gama dan Anna di hadapan Dena. "Siapa yang memberimu kabar kalau Gama pergi ke luar untuk pekerjaan membawa perempuan bernama Anna itu?" Mona dengan cepat menaruh beberapa lembar foto di mana menunjukan kebersamaan dua sejoli di dalam sebuah minimarket, dalam mobil dan di halaman rumah milik Gama. Dena menelaah satu demi satu foto tanpa memberi ekspresi apa pun. Ia tidak tahu harus berkata apa lagi pada anaknya yang lagi lagi sulit dikendalikan. "Mereka tinggal satu atap, Bu. Apa ibu tidak tahu?" Mona menambahkan kabar yang tidak kalah mengejutkannya. "Satu atap? Maksudnya ini menjadi alasan Gama tidak pernah pulang ke rumah ini? Dia sudah hidup dengan perempuan yang usianya jauh lebih muda?""Iya, Bu.""Apa anak itu seorang pekerja dunia malam? Kenapa Gama bisa tertarik dengan seseorang yang tidak jelas bibit bobo

  • Harta, Tahta, My Anna   28. Ann, boleh?

    Selama Gama melakukan meeting, Anna hanya duduk di salah satu kursi yang tersedia untuk menunggu Gama membutuhkan bantuannya. Saat itu, Anna mulai melihat sisi lain lagi dari seorang Gama. Tidak salah jika Gama dikenal bos yang tegas dan cukup digemari. Anna yang tidak begitu paham dunia barunya itu pun dibuat kagum. Cara Gama menjelaskan proyek dan planningnya terhadap client sangat menarik dan tidak membosankan, namun sangat mudah dipahami. Cukup lama membahas untuk program kerja sama, Gama akhirnya menutup pertemuan saat melihat kekasihnya duduk dalam keadaan tertidur. "Saya rasa semua sudah cukup jelas. Kesepakatan kita sudah ada dalam kertas kerja sama. Sisanya, kita hanya tinggal survei langsung ke lapangan. Bagaimana?" tutur Gama mendapat anggukan setuju dari beberapa orang client. Uluran tangannya pun disambut hangat. "Terima kasih Pak Gama. Asisten saya akan segera mengubungi asisten ...." Lelaki paruh baya yang menjadi client Gama menggantung kalimatnya saat menyadari ba

  • Harta, Tahta, My Anna   27. Luar Kota dengan kekasih

    Hari pertama bekerja cukup berkesan bagi Anna. Ia diajak berkeliling oleh Gama, ia juga diberikan penjelasan tentang hal-hal yang perlu ia kerjakan. Ternyata, Anna hanya diperlukan saat Gama memerintah. Namun, ia juga diberikan pelajaran bagaimana mengerjakan urusan sederhana di perusahaan tersebut. Menghabiskan banyak waktu di kantor, Gama dalam perjalanan pulang bersama Anna menuju ke kediaman yang sama. Rasa lelah Anna setelah banyak berinteraksi dengan orang lain membuat perempuan itu tidur lelap dalam mobil. Gama hanya tersenyum, bahkan lelaki itu dengan sigap membopong tubuh kekasihnya menuju kamar untuk langsung beristirahat. Di dampingi Lusi, Gama membuka sepatu dan menyelimuti sebagian tubuh Anna. "Aku ke kamar dulu, Bu. Anna mungkin sedikit kelelahan hari pertama bekerja. Biarkan saja dia istirahat dulu." "Iya, Tuan," timpal Lusi seraya tersenyum hangat menatap kepergian tuan rumah itu dari hadapannya. Setelah memastikan Gama benar-benar telah turun dan ke kamarnya, Lusi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status