Home / Romansa / Hasrat Cinta Om Leo / Bab 5. Bersama Pria Lain

Share

Bab 5. Bersama Pria Lain

Author: Soesan
last update Last Updated: 2023-09-19 00:11:11

"Kamu yakin membiarkan Alana pergi bersama pria itu?"

Leo tetap mematri pandangnya pada gadis yang baru beberapa menit lalu duduk di sampingnya dan meninggalkannya, sedangkan kini tempat itu telah ditempati oleh Damian, sahabatnya.

Leo dan Damian memang telah bersahabat sejak lama. Apa yang terjadi pada Leo, Damian tau. Sebaliknya, apa yang terjadi dalam hidup Damian, Leo pun tau. Leo memang sengaja menghubungi Damian saat berganti pakaian dan mereka bertemu setelah Alana meninggalkan mobil untuk menemui kekasihnya, Barca.

"Aku tidak ingin merusak kebahagiaan Alana," jawab Leo meski sedikit terlambat karena telah membiarkan Damian menunggu sedikit lama. Bahkan sahabatnya itu berpikir Leo tidak akan memberinya jawaban.

"Tapi sekarang dia istrimu," sahut Damian.

Leo menarik perhatiannya, lalu berganti mengarahkan pada Damian. Tatapannya lekat dan mendalam. Hanya saja kali ini tatapan itu cukup sulit ditebak oleh Damian. Dia tau perasaan Leo saat ini sedang tidak baik-baik saja. Bukan karena dia cemburu melihat Alana yang kini berstatus menjadi istrinya, Leo tidak baik-baik saja karena terpaksa menikahi Alana yang sejak kecil telah dirawat dan dibesarkan olehnya.

"Aku akan menceraikannya setelah dia dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri," ucap Leo kembali meluruskan pandangnya ke arah perginya Alana.

"Kamu yakin?" Lagi-lagi pertanyaan ini yang dilontarkan oleh Damian untuk merespon perkataan Leo.

"Damian." Leo kembali memberi Damian tatapan lekat. "Kamu tau alasanku menikahinya?" sambungnya mengingatkan Damian pada alasan mereka menikah.

"Aku tau, tapi-"

"Aku tau kamu akan mengatakan bila pernikahan itu sakral, tapi aku tidak bisa memenjarakan Alana dengan alasan pernikahan."

Damian terdiam. Yang dikatakan Leo memang benar. Pernikahan itu sakral dan dia paham bagaimana Leo menyayangi Alana. Bahkan demi membesarkan dan merawat gadis kecil itu, Leo rela kehilangan kebahagiaan masa mudanya.

Demi Alana, Leo tidak pernah mendekati wanita, apalagi memikirkan pernikahan karena dia tidak ingin Alana merasa kasih sayangnya terbagi. Leo tidak mau Alana merasa cemburu karena yang dimiliki Alana hanya dia. Meski Damian juga sering memberi perhatian pada gadis itu, tapi sosok Leo untuk Alana adalah sosok orangtua pengganti.

"Alana berhak bahagia. Lagi pula saat umurnya telah genap dua puluh satu tahun, aku pun akan menyerahkan perusahaan padanya."

"Kamu yakin Alana sudah bisa mengelola setelah umurnya genap dua puluh satu tahun? Menurutku, dia harus belajar terlebih dahulu sebelum kamu benar-benar melepaskan," ucap Damian meragukan rencana yang telah dipikirkan oleh Leo.

Leo kembali menatap Damian, tapi kali ini disertai dengan senyuman.

"Kamu meragukan kemampuan keponakanku? Kamu meragukan hasil didikanku?"

Damian tertawa kecil.

"Bagaimana aku bisa meragukanmu, Leo? Itu sangat lancang," sahut Damian mengimbangi senyum Leo. Dia juga menepuk pundak Leo, tepuk persabahatan. "Okelah. Apa kamu mau terus menunggunya di sini? Kenapa kita tidak pergi minum sedikit untuk merayakan pernikahanmu?"

"Pernikahan ini hanya formalitas, kenapa kamu menganggapnya sungguhan?"

"Sinting! Kalian mengucap janji nikah di hadapan Tuhan dan aku salah satu saksinya, bagaimana kamu bisa mengatakan pernikahan ini hanya formalitas?"

Leo tertawa kecut.

"Bukankah sudah aku katakan? Aku tidak akan mengikat Alana dengan pernikahan ini? Alana tetap keponakanku dan aku masih om yang baik dan satu-satunya," ujar Leo, lalu menginjak pedal gas dan mengarahkan lingkaran setir meninggalkan tempat itu.

"Ingat masih ada aku, Leo! Aku juga om yang baik untuk Alana," protes Damian merasa tidak terima Leo melupakan jasanya dan tidak mengakui bila dia juga mempunyai andil dalam membesarkan dan menjaga Alana.

Leo tertawa dan tetap fokus pada jalanan. Dua pria itu telah sepakat pergi untuk minum, tapi bukan minum bir atau alkohol yang bisa orang muda lakukan. Mereka berdua lebih memiliki pergi ke cafe dan minum kopi atau yang lainnya.

Di saat Leo dan Damian menikmati siang mereka dengan minum kopi di sebuah cafe tempat mereka sering pergi dan nongkrong, Alana pun duduk manis dengan seorang pria di sebuah restauran.

"Alana, apa kamu sakit?"

Barca meraih dan menggenggam tangan Alana. Sejak kedatangan Alana, kekasihnya itu tampak tidak bersemangat dan murung. Pembawaan Alana tidak seperti biasanya. Hal ini membuatnya penasaran dan merasa ada yang telah terjadi pada kekasihnya.

Alana mengangkat wajah dan membalas tatapan Barca, bahkan bibirnya tersenyum memberikan respon baik-baik saja.

"Tidak," jawabnya singkat sembari membalas genggaman tangan Barca. "Aku baik-baik saja," sambungnya meyakinkan Barca.

Barca tersenyum. Meski Alana mencoba memberinya senyum, tapi wajah dan sorot mata Alana tidak bisa menipunya. Hanya saja dia tidak mau memaksa, apalagi hal itu bisa memicu keributan antara mereka.

Alana sendiri berusaha membuat air mukanya berseri. Dia tidak mau Barca cemas dan khawatir, apalagi sampai berpikir yang bukan-bukan. Alana tidak mau Barca mengetahui titik kecemasannya.

"Kita pesan makanan. Perutku sudah lapar," ucap Alana mengalihkan topik.

Barca membiarkan Alana melepaskan genggaman mereka untuk melihat-lihat menu makanan dan pesan.

"Aku mau pesan ini, ini, ini dan ini," ucap Alana sembari menunjuk gambar menu makanan. "Aku juga pesan minum ini dan ini," sambungnya menunjuk beberapa minuman.

Apa yang dilakukan Alana, terlebih apa yang ditunjuk Alana membuat mata Barca membola. Seketika itu juga Barca mengangkat wajah dan memperhatikan wajah Alana. Sayangnya, gadis yang diperhatikan sama sekali tidak mempedulikannya. Alana masih sibuk berbicara dengan pelayan restauran mengenai pesanannya.

"Barca, kamu mau pesan apa?" tanyanya.

Alana berbicara dan bertanya pada Barca, tapi matanya tidak lepas dari daftar menu makanan. Dia juga tidak sadar bagaimana Barca memperhatikan dirinya karena Alana selalu menghindari beradu padang dengan Barca.

"Barca," panggil Alana setelah beberapa saat tidak mendengar jawaban kekasihnya.

Alana baru mengangkat wajah untuk melihat Barca.

"Ada apa?" tanyanya saat mendapati tatapan Barca padanya lekat dan aneh.

"Alana, apa yang terjadi padamu?" Barca malah balik bertanya.

Alana mengernyitkan kedua alis membuat matanya sedikit menyipit.

"Memangnya apa yang terjadi padaku?" Alana berlagak tidak paham.

"Alana, aku mengenalmu bukan satu atau dua hari. Aku tau kamu tidak akan pernah bisa menghabiskan makanan sebanyak itu, tapi sekarang kamu memesan banyak makanan, pasti ada yang tidak beres," ucap Barca melontarkan kecurigaannya.

Alana tertawa kecil, lalu mencondongkan tubuh ke arah Barca. Bahkan salah satu tangannya dibentangkan di sisi wajah, lalu bersuara lirih, "Aku sedang datang bulan, makanya napsu makanku meningkat."

Alana membuat seolah-olah dia malu bila ucapannya terdengar oleh pelayan yang masih menunggu pesanan mereka.

"Kamu yakin?" Barca masih tidak muda percaya.

"Hemm." Alana mengangguk. "Kalau tidak percaya, tanya saja pada mbaknya!"

Alana mengarahkan ekor mata melirik pelayan yang berdiri di sampingnya dan kebetulan pelayan itu seorang wanita muda.

"Mbak-"

"Oke, oke. Aku percaya," ucap Barca menghentikan Alana saat memanggil pelayan.

Alana tersenyum menang. Pada akhirnya Barca percaya. Padahal dia hanya ingin melampiaskan perasaan kacaunya dengan makan. Dia tidak mungkin mengungkapkan perasaannya di rumah, di hadapan Leo. Hanya saat jauh dari Leo, Alana bisa mengekspresikan perasaannya yang kacau.

"Alana, pelan-pelan!" Barca kembali dikagetkan dengan cara makan Alana yang seperti orang kesurupan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat Cinta Om Leo   Bab 164. Aura Erzan Samudera

    "Sudah, Bear. Aku kenyang," ucap Alana.Alana menolak suapan Leo dengan menutup mulutnya menggunakan tangan. Dia juga menoleh sedikit ke samping menghindari sendok yang disodorkan Leo padanya."Satu kali lagi, Sayang. Kamu sudah mengeluarkan banyak tenaga saat melahirkan. Sekarang, kamu harus mengganti tenagamu dengan makan yang banyak," ucap Leo."Bear, sampai siang ini saja kamu sudah memintaku makan banyak makanan. Kalau tidak salah ingat, kamu sudah memberi aku makan tiga kali, dua kali makanan ringan, dua kali jus buah. Perutku rasanya seperti mau pecah karena kekenyangan," ucap Alana melakukan protes atas tindakan Leo yang terus membujukkan untuk makan.Leo tertawa mendengar keluhan dari Alana. Dia berpikir bahwa karena istrinya telah melalui perjuangan yang melelahkan untuk melahirkan putra mereka, maka dia harus memberikan makanan bergizi yang cukup agar istrinya bisa pulih dengan cepat. Namun, ternyata usahanya tersebut menimbulkan protes dari Alana. "Baiklah. Kali ini aku t

  • Hasrat Cinta Om Leo   Bab 163. Berada di Sisimu

    "Dokter, bagaimana?" Leo tidak sabar menunggu penjelasan hasil pemeriksaan kehamilan istrinya."Usia kehamilan istri Anda sudah cukup bulan, Tuan. Tinggal menunggu waktu lahir saja," jelas dokter.Dokter itu mengarahkan pandang pada Alana dengan senyum ramahnya."Nyonya, kelahiran seperti apa yang Anda inginkan?""Dokter, aku tidak ingin istriku kesakitan saat melahirkan. Bisakah kami ajukan untuk melakukan operasi saja?" ucap Leo cepat sebelum Alana memberi jawaban."Bear!" Alana memberi wajah protes."Sayang." Leo meraih tangan Alana dan mengenggamnya lembut. "Aku tidak mau melihatmu kesakitan."Wajah Leo tampak sedih membayangkan istrinya kesakitan saat melahirkan. Makanya, dia ingin kelahiran anak mereka melalui operasi caesar saja dengan tehnologi terbaru agar istrinya tidak merasakan sakit. Namun, niat baik Leo melindungi istrinya dari rasa sakit mendapat penolakan tegas dari Alana."Aku tidak mau, Bear. Aku mau melahirkan secara normal saja," u

  • Hasrat Cinta Om Leo   Bab 162. Berita Duka

    “Damian, ada apa?” tanya Leo dengan wajah penasaran sembari berjalan meninggalkan Alana dengan langkah hati-hati agar langkahnya tidak menimbulkan suara. “Apa Marco sudah memberitahumu?” tanya Damian di ujung sana, di balik teleponnya. Suaranya terdengar tidak biasa seperti ada sesuatu yang terjadi.“Apa?” tanya Leo semakin penasaran.“Siang tadi, Arga berusaha memberontak dengan melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan. Saat mereka mengejar dan mencarinya, mungkin juga karena panik, pria itu tidak melihat jalanan. Dia juga tidak melihat ada truk yang melintas saat menyeberang jalan,” cerita Damian.Damian menceritakan tentang kecelakaan yang dialami oleh Arga saat pria itu melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan mereka. Karena ceroboh dan mungkin juga panik karena takut penjaga mengejarnya, Arga tidak memperhatikan ada truk yang melintas dengan kecepatan tinggi saat dia menyeberang jalan, sehingga tubuhnya tertabrak dan terpental hingga beberapa meter.“Mereka baru

  • Hasrat Cinta Om Leo   Bab 161. Semakin Terlihat Seksi

    “Sayang, kamu cantik sekali menggenakan pakaian ini,” puji Leo sembari mengelus perut buncit Alana."Bear, kamu mengejutkan aku?" Alana kaget, tiba-tiba Leo memeluknya dari belakang.Sore ini Alana mengenakan pakaian daster tidak berlengan, sehingga perutnya yang besar terlihat. Bahan yang lembut dan jatuh membuat perut Alana yang membesar terlihat menonjol dan lebih seksi ditambah dengan bentuk tubuhnya yang memang indah semakin membuat Leo tidak mau melepaskan pelukannya."Kenapa berdiri di sini sendirian?" lirih Leo."Pemandangannya bagus, Bear. Lihat itu!" Alana menunjuk langit sore, di mana matahari hampir tenggelam di antara bukit-bukit hijau. Bias sinar yang mulai redup menghias langit sore tampak semburat merah keemasan memberi warna indah yang membuat mata sejuk dan hati teduh."Indah banget langitnya!" decak kagum Alana.Leo tersenyum. Peluknya semakin erat. Meski perut Alana sudah membesar, tetapi tidak menjadi penghalang untuk tetap memeluknya. Sebaliknya, perut besar Ala

  • Hasrat Cinta Om Leo   Bab 160. Kalian Bersandiwara

    "Nyonya, teh Anda."Dona mendekati Alana yang sedang duduk santai di bangku taman yang berada di dekat kolam renang belakang rumah. Kemudian, memberikan secangkir teh yang masih hangat pada Alana dengan penuh kebaikan hati."Terima kasih."Alana pun merasa sangat berterima kasih dan mengucapkan kata-kata itu dengan senyum yang manis, lalu menyeruput teh hangat sembari menunggu Dona duduk di depannya.Suasana taman sore ini terasa semakin nyaman dan tenang dengan hadirnya secangkir teh hangat tersebut."Mulai hari ini, jangan panggil aku nyonya lagi! Aku bukan nyonyamu," kata Alana sembari meletakkan cangkir di atas meja.Dona tercengang kaget."Kenapa? Apa aku telah melakukan kesalahan?" Dona merasa perlu tau alasan Alana. Dia tidak merasa melakukan kesalahan. Hubungan mereka beberapa hari ini juga baik-baik saja, tetapi tiba-tiba Alana mengatakan hal itu padanya. Jelas saja hal ini membuatnya bingung dan bertanya-tanya.Melalui ekspresi kagetnya saja, seharusnya Alana sudah mengerti

  • Hasrat Cinta Om Leo   Bab 159. Wanita Itu Kekasih Marco

    “Bear,sebenarnya kita mau ke mana?” tanya Alana bingung.Leo menoleh, lalu memberi senyum manisnya.“Bukankah kita sudah membicarakannya, Sayang? Aku akan membawamu ke tempat yang tenang dan sejuk. Kita akan ke luar kota,” jawab Leo mengingatkan Alana tentang apa yang sudah pernah mereka bicarakan.“Tapi, kenapa pakaian yang kamu bawa sangat banyak?” Alana melempar pandangnya ke arah tumpukan pakaian dalam koper yang belum tertutup.Leo pun melirik ke arah yang dikatakan istrinya. Bibirnya kembali menyunggingkan senyum.“Karena kita akan melakukan liburan dalam waktu yang lumayan cukup lama,” jawab Leo.Dia sibuk mengemas beberapa pakaian mereka dan memasukkan ke dalam koper. Ada dua koper di sana, salah satunya sudah terisi penuh dengan pakaian Leo sendiri. saat ini suami Alana itu sedang menegmas pakai Alana. Tadinya, Alana ingin membantu, tetapi Leo melarangnya dan memintanya duduk saja di tempat tidur.Setelah merasa cukup dan selesai, Leo bangkit dari tempatnya, lalu mendekati A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status